AKU TAK MEMBENCI MEREKA

758 208 192
                                    


Burung-burung berterbangan bebas,

Matilah engkau dalam lautan.
Kau tak terkekang, kau tak membusuk
Ternggelam lalu terlupakan

──────────────

Dalam dingin dan gelap, cahaya lampu lentera samar terlihat dari balik jendela kecil di sana, mungkin lebih terlihat seperti lubang udara di antara dinding kelam, aliran air hujan perlahan masuk melewati celah-celah kecil dan sebagian mengalir lewat jendela tersebut. Ruang bawah tanah, sebuah ruangan yang menjadi saksi bisu akan hal yang tak pernah ia mau, dan tak pernah semua orang impikan. Hingga ia berharap pada sang tuhan untuk melindungi burung-burung agar tak sampai terjatuh di tanah lalu hidup terkekang dalam sangkar. Bibirnya membungkam setelah lelah dengan jeritan, tangan nya gemetar karna amarah, matanya terpejam menahan rasa sakit tak kunjung henti.

Dia pucat dengan tubuh berlumur darah, tepat pada umur 6 tahun
jangankan sebuah kebahagiaan namun sebuah peristiwa yang menghampiri membuat sebuah trauma terdalam baginya. Tidak, Ini pasti sebuah ilusi selama bertahun-tahun dengan iringan tangis. dia hanya menyakinkan bahwa itu tak apa, bahwa hari ini baik-baik saja karna semua telah usai.

Hujan rintik semakin deras malam ini saat ia mencoba terlelap sirine berdengung di segala arah, seperti terkepung. Namun ia merasakan ada sepintas cahaya menyorot dari arah jendela kecil di atas sana, itu polisi. Tapi mengapa? Pintu jati berukir itu mulai terbuka, kini debu-debu kecil yang bertebangan dapat ia lihat di hadapan nya. Darah kering pada tembok, rantai berkarat, nathan mulai membuka matanya dan di saat itu juga ia menangis.

"Aku tak membeci kalian, sampai kapan pun. Tidak akan pernah."

-○0○-

ATHAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang