02 - Tanda tangan OSIS

18 3 0
                                    

Pulang sekolah, Doha dan Dohyon pulang bersama dengan berjalan kaki, rumah mereka didekat sini. Dohyon sibuk membahas foto Amin di grup keluarganya, sedangkan Doha sibuk memainkan tali tasnya, kakinya sesekali menendang batu kerikil.

"Yon, ternyata bener ya, dunia udah maju."

"Maju? Apanya?"

"Udah berkembang pesat, bidadari sekarang sukanya main ke sekolah!"

Dohyon menatap aneh temannya itu, tak peduli, ia kembali berbalas pesan dengan kakaknya.

**

Esoknya kakak bidadari masuk lagi di kelas mereka, kemarin anak-anak Osis sudah mengajak musyawarah pemilihan ketua kelas sementara. Dan Amin terpilih.

Anggota OSIS yang menjadi penanggung jawab kelas mereka ada 3 orang, dan tidak satu pun dari ketiga orang itu adalah kakak bidadari, jadi saat kakak bidadari berkunjung ke ruangan ini, Doha senang sekali, kakak bidadari menjadi penanggung jawab 2 kelas dari ruangan ini.

Kakak bidadari melirik Doha sekali dan tersenyum kecil membuat sentruman kecil pada dada Doha, Doha menunduk, menggigit bibirnya kuat.

"Kalian udah pada kenal gue gak?"

"NGGAK, KAK!" anak-anak kelas menjawab lantang, Doha hanya tersenyum kecil dan menjawabnya dari dalam hati.

"Yaudah, karena tak kenal maka tak sayang, ayo kenalan, nama gue, Alisa Chandra. Kelas 12 IPA 4, gue dari seksi bidang pembinaan sastra dan budaya."

"Catat, Do."

Doha berkedip kaget, dia baru ingat harus mencatat nama kelas dan asal seksi bidang anggota OSIS untuk tugas akhir MPLS nanti. Dirinya keasikan menatap kakak bidadari-Alisa, ah namanya cantik!

Doha mengeluarkan buku catatannya, menulis nama Alisa dengan sangat rapi, nama orang cantik harus ditulis dengan perasaan!

Kemudian dirinya kembali menatap Alisa, hari ini cewek itu mengikat rambutnya, ikat rambut simpel berwarna cokelat menambah kesan dewasa yang makin mempercantik dirinya, Doha rasanya ingin menjerit. Dan semakin ingin menjerit saat Alisa melangkah mendekatinya.

"Lo gak dengerin kakak itu ngenalin dirinya ya?"

Doha berkedip-kedip bingung. Apa dirinya ketahuan menatapi Alisa?

"D-dengerin kok Kak."

"Coba nama yang itu siapa?"

"ng..."

"Lo juga gak nyatet nama mereka. Lo mau manggil mereka apa besok? Jamelah?"

"Udah sih, Lis, biarin aja, dia sendiri yang susah nanti."

"Tau Lis, galak amat, itu temennya Minjae polos-polos ganteng gitu, jangan dimarahinlah, gak tega."

"Lia, gak usah centil lo," Lisa maju menoyor kepala temannya, "kalau salah ya harus dimarahin. Gue gak marah tanpa alasan ko, lagian gue negur baik-baik."

**

Di kantin, Doha membeli susu kotak cokelat dan makan siomay. Duduk bertiga dengan Amin dan Dohyon, anak Hidayat itu memaksa Amin untuk bersama mereka, lagi pula Amin juga tak ada temannya, wajahnya galak. Ya, memang lumayan galak sih.

Doha merengut, teringat kakak bidadarinya tadi memarahinya.

Doha jadi sedih, Doha sudah membuat kakak bidadari jadi kesal, bagaimana jika nanti kakak bidadari membencinya? Doha tidak mau dianggap anak nakal oleh kakak bidadari.

Asik memikirkan Alisa, Doha terkejut melihat kakak bidadari memasuki kantin, mendekat ke kulkas dipojokan mengulurkan tangan hendak mengambil minuman dan beberapa detik kemudian Doha melihat tangan itu seperti menggantung di udara, kemudian kakak bidadari meremat udara kosong, mata sinis milik kakak bidadari terhunus pada seorang cowok yang baru saja melenggang pergi dengan sekotak susu cokelat ditangannya.

𝐸𝒩𝐸𝑅𝒱𝒜𝒯𝐸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang