**
Semua sudah dikumupulkan di lapangan, jam menunjukkan pukul 2 siang, langit yang tadi mendung sudah kembali panas, seperti sengaja bersinar dengan sangat cerah disaat siswa-siswi baru sedang dijemur begini.
Dohyon kembali berlindung di belakang Doha meskipun percuma, anak itu mendapatkan 47 tanda tangan, ia tersenyum bangga, pasti ia yang mendapatkan paling banyak, Dohyon tak sabar menerima hadiah dari seniornya.
"Kamu kenapa?" Dohyon melongokan wajahnya ke depan untuk melihat kembaran beda rahimnya itu.
"Aku gak dapat TTD-nya kak Ayu."
Bukan prihatin, Dohyon terkikik geli. Akhirnya sahabat sehidup sematinya ini akan merasakan dihukum sepertinya tadi pagi! Inilah yang dinamakan sahabat! Merasakan susah senang bersama! Dohyon bersorak-sorak dalam hatinya.
"Palsuin aja, Do."
Amin hendak menarik kertas di genggaman Doha, namun Doha menghindar, masih dengan kepala menunduk dan bibir mengerucut. "Bisa ketahuan... tadi kak Ayu udah kasih misi soalnya, pokoknya kakak itu tau akuuuu...."
Doha menghentakkan kakinya sedikit membuat Amin makin prihatin.
Barisan mereka terdiam saat anak OSIS sudah datang ke lapangan dan 2 orang senior mendekat ke barisan kelas Doha.
Alisa datang seperti preman sambil menyeret tubuh Ayu dan mendorongnya ke arah Doha, "Kasih TTD lo, goblok." Kemudian Alisa pergi meninggalkan Ayu yang sudah menggerutu sambil meraih kertas ditangan Doha.
"Kok jadi gue sih yang nyamperin lo? Harusnya lo yang nyamperin gue!" omelnya membuat Doha makin tertunduk takut, "Eh, dek manis jangan takut dong," ujarnya menggoda Doha.
Alisa bersandar dipilar depan ruang guru sambil memainkan kukunya.
"Bodoh banget gue..."
**
Sudah satu minggu, dan semua berjalan baik-baik saja, kelas sudah dibagikan, Doha sempat cemas saat dia dan Dohyon tak sekelas, namun Doha bisa bernafas lega karena Amin sekelas dengannya, serta kelas Dohyon yang ada tepat di samping kelasnya. Setiap jam istirahat Dohyon sudah berdiri didepan kelasnya berteriak, "Dohaaaaaa Minjaeeeee!"
Bahkan kadang kepala Dohyon tiba-tiba menyembul di jendela samping Doha sambil tercengir-cengir padahal jam pelajaran sedang berlangsung.
"Ketua Minjae, nanti main ke rumah aku, yuk."
"Aku?" tanya Doha.
"Ikut aja kalau mau."
"Saya gak mau," ketus Amin, dia masih sering naik pitam tiap melihat Dohyon, belum lagi dipanggil-panggil Minjae.
Dohyon menggemnbungkan pipinya sebal, padahal ia sudah janji pada keluarganya akan membawa Lee Minho ke rumah!
Dohyon merajuk, namun tak diacuhkan oleh Amin yang asik memainkan ponsel.
Sebuah ide terlintas di kepala Dohyon untuk mengganggu Amin, dirampasnya cepat ponsel Amin membuat sang empunya menjerit marah.
"Cie! Amin asik chatan sama siapa nih!"
Dohyon mengangkat tinggi-tinggi ponsel dalam genggamannya agar Amin yang bertubuh pendek tak dapat meraihnya, layar ponsel itu Dohyon arahkan ke bawah agar bisa ditatap.
"Oh sama mamah—hah? Bit siapa?"
Dohyon cengo, Amin segera naik ke atas kursi dan merampas ponsel miliknya kemudian mendoronh-dorong Dohyon kesal.
"Kok kamu dipanggil BIT!!?"
"Berisik!" Amin membekap mulut Dohyon, menarik anak itu duduk agar lebih tenang dan tak menarik perhatian anak kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐸𝒩𝐸𝑅𝒱𝒜𝒯𝐸
Teen FictionDia bingung, dan ia justru membiarkan dirinya tersesat dalam kebingungan.