REWRITE | Chapter 1

12 3 0
                                    

California, San Fransisco, Amerika Serikat

Seandainya aku tidak melihatnya...

Seandainya aku tidak mendengarnya...
Seandainya aku tidak mengetahuinya..
Seandainya...

Begitu banyak kata seandainya yang gadis itu renungkan. Setelah mengetahui terobsesinya Alexa terhadap kekasihnya membuat Shasha benar-benar muak. Gadis itu akan melakukan seribu macam cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Ia bahkan rela membunuh adiknya hanya karena sifat iri yang melekat pada dirinya itu. Gadis itu pernah mendekam di penjara selama setahun, dan sekarang gadis itu kembali.

Beberapa bulan yang lalu, Shasha mengubah keputusannya untuk mengambil beasiswa ke Milan. Ia hanya ingin menghindar dari semua hal yang membuatnya lelah. Ia ingin tenang dalam waktu yang lama.

Gadis itu kini berjalan membawa pesanan seorang tamu. Bekerja paruh waktu di sebuah kafe menjadi rutinitasnya setiap hari. Setiap kelasnya selesai, ia bergegas menuju kafe di dekat kampusnya untuk bekerja.

Shasha beruntung karena ia diterima bekerja sebagai pelayan kafe, teman-teman kerjanya juga sangat ramah dan mengerti situasi Shasha. Usai mengantarkan pesanan, Shasha menghampiri Chloe di kasir untuk mengambil pesanan.

"Meja no. 7, hati-hati pelanggan yang itu terlihat galak." Ujar Chloe menggoda Shasha. Shasha hanya terkekeh mendengar godaan Chloe.

Shasha berjalan menuju meja nomor 7 dan meletakkan pesanan tersebut. "Permisi, saya ingin meletakkan pesanan anda." Setelah dipersilakan, Shasha menyusunnya dengan rapi.

"Terima kasih" sebelum meninggalkan pelanggannya, ia sempatkan untuk membungkuk dan tersenyum lebar. Pelanggannya tidak galak, namun sangat angkuh. Shasha berjalan menuju kasir lagi untuk mengambil pesanan.

"Bagaimana? Cukup galak bukan?" Gadis itu terkekeh geli, Shasha hanya mendengus mendengarnya. "Oh iya, ini pesanan di meja nomor 2. Seingatku, dia sering mengunjungi kafe ini. Jadi, bersikaplah lebih ramah lagi, Sha"

"Baiklah" Shasha membawa nampan berisi cokelat kocok beserta dengan sepotong kue dengan selai blueberry itu ke pelanggan di meja nomor 2. "Permisi, saya ingin mengantarkan pesanan Anda."

Orang itu menurunkan bukunya dan mempersilahkan Shasha untuk meletakkan pesanannya. Setelah selesai, Shasha berpamitan. Pria itu menatap Shasha dengan senyum tipis. "Kenapa aku belum pernah melihatnya?"

Pria itu Nughi, Nughi Reviano Dalbert. Pria kebangsaan Amerika Serikat itu menempuh pendidikannya di Stanford University mengambil fakultas kedokteran. Berada di semester 5, pria itu sangat pintar da juga sangat ramah.

Nughi menyeruput minumannya dan tersenyum tipis. "Sepertinya aku harus lebih sering datang kesini."

Nughi meletakkan gelasnya kembali dan melanjutkan membaca bukunya. Chloe memajukan tubuhnya agar bisa berbisik dengan Shasha. "Aku dengar, dia juga berkuliah di Stanford sama sepertimu. Apa kalian tidak pernah bertemu?"

Shasha melengos. "Sepertinya aku kurang bergaul, dan lagipula aku tidak ada waktu untuk melakukan itu." Ucapannya diakhiri dengan kekehan.

"Ck. Bagaimana kau punya waktu, sedangkan waktumu kau gunakan untuk belajar dan bekerja. Apakah teman satu kamarmu tidak bosan denganmu?" Ucap Chloe sedikit ngegas.

"Aku pikir mereka tidak mempermasalahkan itu. Kami punya kesibukan masing-masing, dan kalaupun kami lenggang kami akan menghabiskan waktu bersama." Shasha meletakkan nampan kosongnya di atas meja.

RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang