REWRITE | Chapter 3

9 1 0
                                    

Jakarta, Indonesia

Gilang terus mencoba menghubungi kekasihnya. Tidak pernah putus asa, laki-laki itu terus mencoba dan tidak pernah menyerah. Panggilan yang biasanya hanya memanggil, kini berdering.

Ia bangkit dari duduknya di kursi taman karena terkejut. Ia sangat berharap bahwa gadisnya menjawab teleponnya, namun harapannya sirna karena gadisnya tidak menjawab. Ia mencoba menelpon lagi, namun nomor itu sudah tidak aktif lagi.

Ia mengerang. Ia sudah meminta teman-temannya untuk membantunya mencari Shasha, namun tidak ada yang menemukannya. Bahkan Reza juga tidak menemukannya. Ia berkali-kali juga menghubungi Brian, namun laki-laki itu terus menolak panggilannya.

Gilang menggenggam erat ponselnya dengan mata yang tersorot marah. "Sampai kapanpun, kamu gak akan bisa lepas dari aku, Sha."

Ia berjalan meninggalkan taman kampus dan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Ia akan mendatangi rumah Jeany, orang tua angkat Brian. Hanya mereka yang sering berkomunikasi dengan Brian, dan mungkin kali ini ia akan mendapatkan jawabannya.

Jeany yang sedang menyiapkan makan siang dengan asisten rumah tangganya dan juga Naura-istri Reksa pun terkejut ketika Pak Tara- satpam di rumahnya mengatakan kalau Gilang datang. Jeany dan Naura meninggalkan dapur untuk menghampiri Gilang yang duduk di teras.

Ia berdiri di dekat pintu utama dan menatap Gilang tak suka, Gilang yang melihat Jeany pun berdiri menghampiri wanita yang seumuran dengan Mamanya itu. "Tante, mbak" sapanya.

Naura berdiri disamping ibu mertuanya dengan tatapan galak. "Mau apa kamu kesini lagi?" Jeany tidak suka basa-basi dengan laki-laki itu. Ia bahkan tidak mau repot-repot menawarkan minum ataupun masuk kedalam rumahnya.

"Tante, baru saja nomor ponsel Shasha aktif. Apa kalian sudah mendapat kabar tentang dirinya?" Naura berdecih.

"Itu bukan urusan kamu." Gilang beralih menatap Naura. "Berarti bener, kalian udah dapat kabar dari Shasha?"

"Sudah saya katakan, kalau itu bukan urusan kamu. Sekarang kamu pergi dan jangan pernah datang lagi." Usir Naura, namun Gilang tidak bergerak sedikitpun.

Terdengar suara langkah kaki tergopoh-gopoh dari dalam rumah. "Nya, maaf mengganggu. Ada telpon dari mas Brian." Ujar asisten rumah tangganya. Jeany segera masuk kerumah dan mengambil alih telepon.

"Halo, Bri. Gimana kabar kamu disana? Kamu udah sarapan kan?" Tanyanya lembut.

"Brian udah makan, Bund. Bunda gimana? Seharusnya disana udah waktunya makan siang kan?"

"Bunda masih masak, sayang. Kamu disana baik-baik aja kan? Gak sakit kan?" Terdengar kekehan geli dari sana.

"Brian baik-baik aja kok bund. Alhamdulillah, Brian selalu sehat."

"Alhamdulillah kalau gitu. Kamu kapan pulang? Bunda kangen sama kamu, satu tahun kamu nggak pulang. Dulu waktu Shasha masih disini, kamu padahal sering pulang. Sekarang malah nggak pernah."

Brian menghela napas pelan. "Maaf bund, nanti Brian pulang kok. Dan, tadi Shasha nelpon Brian."

"Shasha nelpon kamu?" Tanyanya terkejut. Gilang yang mendengar itupun menerobos masuk kedalam rumah dan mengabaikan seruan dari Naura. "Dia bilang kangen, bund. Kangen sama kita semua, dan dia bilang dia bakal pulang. Tapi belum tau kapan pastinya."

Jeany tersenyum senang. "Gimana kabarnya? Dia baik-baik ajakan?"

"Dia baik-baik aja bund"

"Tante saya mau bicara sama Brian." Ujar Gilang dengan penekanan di setiap katanya. Naura tetap kekeuh ingin mengusir Gilang. "Mbak, sebentar aja. Gilang cuma pengen tau kabar Shasha, dan Gilang cuma pengen tau alasan Shasha menghilang." Ujarnya sembari menatap mata Naura.

RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang