Baru baru ini dokter memfonis ku mengalami PTSD. Penyakit mental yg disebabkan traumatik masa lalu akibat ingatan kelam kehidupan ku.
Namaku Shally, 20 tahun. Rasa rasanya hidup ini tak seindah yg di ungkapkan. Meskipun mati bukanlah pilihan yg bijak, karena dianggap tidak bersyukur akan kesempatan yg diberikan Tuhan kepadaku.
Hari hari ku biasa saja, tidak bahagia tapi juga tidak terlalu bersedih. Aku orang yang tertutup, terlahir dengan keadaan orang tua yg tertutup. Jika kalian membayangkan ayah dan ibu yang mencintai kalian sebagai anak nya, memberikan kasih sayang secara penuh, menunjukkan rasa sayang mereka kepada mu. maka, harus kukatakan, bersyukurlah kalian. Karena bagiku, mereka ada, tetapi seperti tidak pernah hidup.
Ayah seorang pekerja di salah satu perusahaan swasta, bekerja dengan sistem shift dan ada jam lembur. Ibu ku seorang ibu rumah tangga biasa tetapi bukan tipe ibu yg berbagi cerita dengan anak nya. Ayah lebih cenderung dingin dan tidak menganggap ku sebagai anaknya, entah apa yg di benaknya. Aku anak perempuan pertama di keluarga, tetapi di perlakukan seperti binatang. Tamparan di wajah, pukulan, dan semua sikap tempramental ayah yg ringan tangan kerap menghampiri wajah ku sejak aku di usia belia. Tragis, atau sadis, entahlah.. aku pun tak begitu menggubris.
Ibu adalah orang yg sangat baik dan sangat ramah, tetapi kepada orang lain. Tidak kepadaku, yg nyata sebagai anak darah daging nya. Kepercayaan ibu kepada orang lain inilah, yg menjadikan ku mengalami tekanan yg berat dan menyakitkan hingga detik ini berjalan.
Dan petaka ini datang, tapi tak seorang pun di sisi ku. Tidak ayah tidak juga ibu. Aku hanya seorang diri merasakan ujian ini.
Rasanya aku ingin menyerah saja.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan Hati Shally
Mistério / Suspenseshort story diangkat dari kisah nyata seorang sahabat.