11

720 120 13
                                    

Matahari sudah terbit. Sinarnya terang melewati jendela kamar sang puding.

Disana sudah jam 05.00 pagi.

Dan diranjang Kenma tumbennya sudah bangun. Wajahnya kacau matanya juga memerah.

Dia menepuk kedua pipinya lalu segera bangun dan turun kebawah.

Di dapur terdapat sang ibu sedang memasak sendiri. Ibunya terkejut melihat anaknya yang sudah bangun.

Lalu Kenma berjalan ke ruang keluarga. Dia melihat bunga kuning yang kemarin ia beli bersama orang tersayangnya.

Teringat akan buah mimpi malam tadi, yang menggunjang jantung sang lelaki.

Ia memejamkan matanya ketakutan. Seluruh tubuhnya bergetar.

Air mata juga ia tahan.

"Ada apa ini.."






"Yo! Kenma-san! Ohayou!" Sapa semangat (name) seraya menepuk punggungnya. Ia juga bersama Yamamoto dan Fukunaga.

(Name) kali ini normal, sehat dan dapat berjalan sendiri.

Hari ini pula Kenma sungguh lebih lemas dari biasanya.

Namun saat ia melihat si gadis matanya membulat. Segera ia cengkram kedua pundaknya.

"(Name)?! Ini (name)? Sungguhan?" Ucap Kenma panik.

(Name) ikutan panik, "hah? Hah??? Iya ini aku? Kamu liat aku yang lain?! Jurig gitu?!"

"Kamu gapapa kan?!"

"?????? Iya gapapa???"

"Seriusan? Sungguh? Kamu gak sakit apa-apa?"

(Name) terdiam sebentar, "Kenma-san? Kamu gapapa? Gak sakit?" Ia menyentuh dahi Kenma.

"Khawatirkan dirimu sendiri sebelum mengkhawatirkan yang lain." Ucap (name) lembut.

"Aku.. hanya.. ugh.." ia mengacak rambutnya.

"Oi, Kenma. Mau ke UKS aja? Tau gitu gak usah masuk." Ucap Yamamoto juga ikut khawatir.

"Mau ku antar?" Tanya Fukunaga.

"Enggak, gak usah. Aku ke kelas saja." Ucapnya pergi pelan.

Ketiga makhluk itu terdiam melihatnya pergi menjauh.

"Kamu emangnya kenapa (name)?" Yamamoto.

"Aku gapapa kok. Dia lihat apa ya?" (Name)

"Ntar tanyain aja lagi." Fukunaga.














Kenma dikelasnya berdiam diri semenjak pelajaran berlangsung. Matanya perih tak sanggup menatap depan papan tulis.

Ia memilih tidur saja. Ia meletakan kepalanya diatas meja.

Tak sampai beberapa menit gurunya sudah menegur. Tetapi gurunya sepertinya tau akan kondisinya.

Gurunya menyuruhnya untuk ke UKS saja untuk beristirahat. Kenma hanya dapat menggangguk.

Ia berjalan terhuyung-huyung keluar kelas sampai akhirnya sampai ke ruang kesehatan.

Disana tak ada siapa-siapa melainkan kasur kosong.

Segera ia tempati salahsatu kasur disana dan ia rebahkan tubuhnya.

Sepertinya inilah pertama kalinya ia mengkhawatirnya seseorang secara berlebihan. Karena pada dasarnya Kenma anak yang bodo amat.

Saat ia mencoba menutup matanya, entah kenapa ia kembali melihat (name) dengan alat bantu berjalannya.

Tersentak, ia membuka matanya begitu saja. Ia membangunkan tubuhnya.

Dream & MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang