Tersakiti

2.3K 483 37
                                    

Celine meletakkan kembali sendok makan di atas piring berisi nasi goreng mendengar tiga kali ketukan pintu. Ia pikir tamu tak diundang di depan kamar kostnya akan pergi karena tidak mendapat respons darinya.

Nyatanya, suara menyebalkan itu menjadi terdengar lebih keras. Mendengus sebal ia bangkit dari karpet duduk yang terdapat sebuah televisi flat berukuran mini.

Hampir dua bulan ia tinggal di rusun yang berisi wanita-wanita single. Dari status sebagai mahasiswa sampai pekerja buruh yang menjadi tetangganya. Selama tinggal, Celine tidak banyak berinteraksi dengan orang sekitar karena rata-rata memang sibuk dengan rutinitas masing-masing. Makanya Celine sengaja tidak berniat menerima tamu di saat waktu teman-teman kostnya tidak ada di tempat.

Dengan malas kenop pintu dibuka. Rasa beku langsung menerpa. Tubuhnya menegang beberapa saat mendapati sosok wanita mengenakan baby doll motif shabby berpotongan leher rendah dengan rambut dicepol hingga menampilkan bentuk lehernya yang jenjang. Ekspresi mematung Celine dimanfaatkan tamu menyebalkan itu untuk masuk ke dalam tanpa permisi.

"Selain nggak punya malu ternyata kamu juga nggak tau diri," cibir Celine menatap mengejek pada wanita yang menyunggingkan senyum pongah.

"Adik sepupu datang, tuh, disambut. Lagian, udah lama juga kita nggak ketemu. Aku pikir hidup kamu sehancur seperti yang Mas Hugo bilang, tapi nyatanya kamu baik-baik aja. Malah lebih bersemangat. Buktinya aku datang langsung disambut intonasi tinggi," balas Vega santai seraya menghempaskan bokongnya di sebuah kursi dekat jendela kamar.

Celine mengangkat dua alisnya menatap wanita lebih muda satu tahun di bawahnya. Memindai seluruh tubuh wanita itu dengan tatapan menelisik. Kemudian kelopak matanya menyipit pada satu titik fokus area perut Vega yang sedikit menonjol. Bahkan jika diperhatikan sekali lagi, tubuh adik sepupunya lebih berisi dari biasanya karena memang wanita itu sangat ketat menjaga pola makannya demi tubuh ideal.

"Di dalam sini ada Hugo Farrel junior. Ya, walaupun belum bisa dipastikan jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan," terangnya seolah membaca pikiran Celine dengan senyum kemenangan.

Celine melempar pandangan ke arah lain guna menyembunyikan rasa sakit hatinya. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan wanita culas ini. Entah terbuat dari apa hatinya sampai tega memberi kabar sialan yang sukses membuat harga diri Celine tercabik-cabik saat masih menjadi istri sah seorang Hugo Farrel.

Sekarang Celine paham, ternyata kehamilan Vega yang membuat Hugo berani mengakui affair mereka. Mungkin, jika janin itu belum ada, kebusukannya masih tersimpan apik.

"Mas Hugo seneng banget waktu aku kasih tau kabar ini. Katanya, udah lama banget dia nungguin buah hati yang nggak kunjung hadir di perut istrinya. Makanya--"

"Apa tujuan kamu ke sini?" desis Celine memotong ucapan Vega. Bola matanya nanar menatap jijik wanita yang masih memiliki ikatan darah.

"Aku cuma mau ngucapin terima kasih sama Mbakyu aku yang cantik ini karena merelakan melepas suaminya yang sempurna buat aku. Meski memang seharusnya Mbak lakukan demi kebahagiaan Mas Hugo. Itu artinya langkah kami membina keluarga sempurna dan bahagia jauh lebih mudah sekarang. Apalagi aku butuh secepatnya pengakuan pada janin yang akan menjadi ahli waris Papa Jaya Herdian," tukas Vega penuh percaya diri.

Celine berdecih dengan tatapan sinis. "Bener-bener nggak punya akhlak. Dengan pede-nya ngeklaim hak waris papa mertua yang sampai detik ini masih berpihak membelaku sebagai menantunya. Dan kamu ... dengan bangganya memanfaatkan bayi hasil perbuatan zina. Kamu pikir aku iri? Nggak akan! Kamu bukan level aku. Lagian, kamu yakin bener Papa Jaya bakalan ngakuin status bayi kamu yang pada saat proses bikinnya aja nggak direstui sama Tuhan," kata Celine mengejek seraya mengangkat dagunya menunjukan bahwa dirinya jauh lebih baik dan bermartabat.

Sejujurnya dalam dirinya ada kekhawatiran karena membenarkan pernyataan Celine bahwa hingga detik ini calon papa mertuanya tidak juga memberi restu atas hubungan terlaranganya pada Hugo. Pria paruh baya gagah itu terang-terangan menentang perbuatan putra semata wayangnya dan lebih membela Celine yang notabene sebentar lagi akan menyandang status mantan menantu.

"Tapi kami saling mencintai," sentak Vega tak terima.

"Sekali zina tetaplah zina. Nggak akan ada pertimbangan untuk perbuatan hina itu," tekan Celine menghina dengan sorot mata tajam.

Wajah Vega memerah mendengar makian yang tertuju padanya. Tatapannya berubah bengis menatap Celine yang acuh menyilang tangan di depan dada.

"Ah, ya, bukan cuma Papa Jaya, tapi juga Bude Ayu yang membelaku, bukan putrinya yang bejat," tambah Celine sengaja menyebut nama wanita yang melahirkan Vega.

Vega tak terima. "Aku tau kamu sebenernya iri, kan? Hampir empat tahun nikah, tapi belum juga hamil, sedangkan aku yang baru beberapa bulan ditidurin udah bisa kasih keturunan buat--"

"Cukup! Sekarang kamu keluar!" putus Celine serak dan sarat penekanan.

Vega tersenyum sinis memandangi seksama puncak emosi Celine yang tengah mati-matian ditahan. "Besok sidang putusan akhir perceraian kalian. Kuatkan mentalmu, ya, Cel."

"Aku bilang keluar sekarang juga, Jalang!" hardik Celine membuat nyali Vega menciut mendapati pelototan tajam.

Baru saja tubuh Vega berada di ambang pintu, Celine membanting sekuat-kuatnya hingga wanita hamil di balik pintu terlonjak kaget kala pintu tertutup. Namun, tetap saja tidak ada penyesalan sama sekali oleh sebab akibat dari perbuatan jahatnya hingga menghancurkan hidup Celine.

Bagi Vega, yang terpenting adalah tujuan piciknya berjalan dengan baik dan berhasil memantik api dalam diri kakak sepupunya.

Celine mengempaskan kasar tubuhnya di atas bed. Lekas meraih ponsel yang tergeletak di nakas. Mencari urutan chat whatsapp Bude Ayu yang telah merawatnya. Rangkaian kalimat permohonan maaf, terima kasih sekaligus perpisahan dituliskan sambil berlinang air mata.

Celine tak sanggup harus lebih lama berada dalam lingkungan toxic yang sewaktu-waktu mempertemukan lagi dengan orang-orang yang menyakitinya. Berharap sang bude mengerti karena pada dasarnya wanita tua itu amat sangat menyayanginya daripada putri kandungnya sendiri.

Bahkan ketika mengetahui biduk rumah tangganya hancur akibat ulah Vega, sang bude berkali-kali memohon ampunan atas ulah tak bermoral putrinya dan mengutuk perbuatan asusila tersebut. Bahkan Vega pernah menghubungi sambil marah-marah karena orang tuanya memukuli dan lebih membela Celine. Mungkin itu yang menjadi pemicu kebencian Vega padanya.

Benda pipih persegi panjang Celine lempar ke atas kasur. Ia bergegas menuju lemari mengambil sebuah tas besar hitam. Memasukkan semua pakaian dan barang-barang yang miliknya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Celine kembali meraih ponsel menghubungi seseorang yang bertanggung jawab mengurus perceraiannya.

"Besok kamu yang urus semua. Nanti aku kasih alamat terbaru supaya kamu bisa kirim akta cerainya."

.
.
.

Thank You hanya novelet dan sudah lama tersedia di google play store dan KaryaKarsa

Tersedia juga versi pdf

*Selasa, 29 Juni 2021
EL alice

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang