2.

412 35 18
                                    

Beberapa saat setelah Jaehyun meninggalkannya, Taeyong tak lantas ikut pergi begitu saja. Beberapa menit dia habiskan hanya untuk mendekam dibalik toilet, demi meredakan tangisnya.

Selain itu, dia pun bingung harus berbuat apa sekarang. Menuruti kemauan kekasihnya, tentu saja bukan pilihan yang bagus. Jadi sebisa mungkin dia coba jernihkan kepalanya terlebih dahulu.

Tak mau kembali menyulut emosi Jaehyun, yang dia yakini sudah menunggunya di mobil saat ini. Taeyong pun segera mendial satu-satunya kontak, yang langsung terbesit untuk dimintai bantuan saat itu. Siapa lagi kalo bukan Ten.

Tok.. tok..

"Tae.. kau di dalam kan? Ini Aku"

Dan benar saja, tak berselang lama setelah melakukan panggilan, sang sahabat langsung datang menghampirinya.

"Kenapa Tae? Kau kacau sekali, kau habis menangis ya?"

Baru saja Taeyong membuka pintu untuknya, Ten tak bisa untuk tak khawatir saat melihat keadaannya yang sangat kacau dengan mata sembabnya yang memprihatinkan.

"Tae, jawab.. bukankah kau bersama Jaehyun tadi?" Tanyanya lagi seraya meraih bahu rapuh dihadapannya.

"Iya, Kak Jaehyun sudah duluan ke tempat parkir." Jawab Taeyong yang kini sudah menatap balik ke arah Ten.

"Boleh aku pinjam hodiemu Ten?" Pintanya, nampak ragu.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Tae?"

"Akan kujelaskan nanti Ten, aku harus segera pergi sekarang"

Sebenarnya tanpa diberi tahupun, Ten sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Karena setelah diperhatikan lebih seksama, tanda merah keunguan di sepanjang perpotongan leher Taeyong sudah bisa menjelaskan semuanya.

Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya lebih jauh, Ten pun segera menyerahkan hodie yang tengah dipakainya pada Taeyong.

"Ambillah"

"Tapi kau yakin baik-baik saja kan?"

"Heem.. tolong sampaikan maafku pada yang lain karena tak bisa bergabung sampai selesai, katakan saja aku kurang enak badan"

"Aku mengerti"

***

Setibanya di depan pintu masuk restoran, tanpa diketahui oleh temannya, berkat hodie Ten. Nampak kini rubicon hitam milik Jaehyun sudah terpakir di sana, tanpa berlama-lama Taeyong segera masuk kedalamnya tanpa mengatakan apa pun, bahkan sekedar untuk melihat orang yang tengah duduk di kursi kemudi.

"Tae, sayang.." panggil Jaehyun dengan lembut, nampak sekali sedih dari nada bicaranya.

"Maaf, ok?" Ucapnya lagi yang saat ini sudah meraih kedua tangan sang kekasih, membuatnya menghadap ke arahnya.

Tanpa ada niatan untuk menjawab, Taeyong yang entah kenapa sekarang justru sudah kembali menitikan air matanya, saat bersitatap dengan obsidian gelap dihadapannya, hingga membuat Jaehyun perlahan melepas genggamannya. Kemudian menghela nafas panjang, seraya menayamankan kepalanya pada jok dibelakang.

"Kita tak akan kemana-kemana sebelum kau berhenti menangis" cetusnya yang kini bahkan sudah memejamkan mata, seakan siap menunggu sampai kapan pun, hingga Taeyong benar-benar  mau berhenti menangis.

Mendengar perkataan tersebut dari kekasihnya, Taeyong yang sudah sangat ingin pulang pun segera mengambil beberapa lembar tisu untuk menghapus air matanya.

"Kita ke apartku dulu" ujar Jaehyun setelah berhenti mendengar suara isakan disebelahnya, sebelum dia hidupkan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan tempat tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOXIC 🔞 {Jaeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang