A w a l ⚠️

133 53 39
                                    

Warn : cerita berisi kekerasan, pembunuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warn : cerita berisi kekerasan, pembunuhan.

𖥻⏱️ぃ ⌨︎

Di dalam hujan malam dengan suara petirnya yang menggelegar.

"Tolong jangan bunuh aku..." Cicit seorang pria paruh baya sambil menyatukan kedua tangannya. Wajahnya sudah babak belur dengan luka yang berdarah di beberapa wajahnya, bibir, dahi, juga matanya.

Seorang pria dengan memakai baju yang berjaket hoodie berwarna hitam, lalu masker di bibirnya dan topi yang ada di kepalanya untuk menutupi dirinya, menatap pria itu dengan tatapan angkuh. Dia akhirnya mulai berjongkok untuk menyamakan orang tersebut yang duduk di depannya, dan menatapnya dengan tajam.

"Jangan? Setelah yang kau lakukan pada ibuku kau menyuruhku untuk tidak membunuhmu?" Ujar pria bermasker itu dengan nada penuh penekanan. Setelah itu, pria bermasker itu mulai berdiri kembali.

Pria paruh baya itu mulai menangis. Setelah itu, dengan sisa tenaganya dia memegang kaki pria yang dibaluti celana itu. "Tolong jangan bunuh aku, aku akan menjalani kehidupanku dengan perasaan bersalah tolong jangan bunuh aku."

Pria bermasker itu hanya menatap pria paruh baya yang memohon itu dengan tajam. Hingga tiba tiba kakinya menendang kepala pria paruh baya itu hingga dia terbaring ke tanah. Pria bermasker itu berjalan ke arahnya, dan menaruh kakinya di atas perut pria paruh baya itu dan menekannya.

"AAAAKKKKHH!!" Teriak pria paruh baya itu bersamaan dengan suara petir yang keras.

Pria bermasker itu tidak mempedulikan suara teriakannya itu dan justru menekan kakinya yang memakai sepatu boots ke perut pria paruh baya itu hingga dia berteriak keras kesakitan.

"Bersalah? Memangnya saat kau dipenjara kau pernah merasa bersalah?!"

Dia menekan kakinya di perut pria paruh baya itu.

"AAAAAAAKKKKKKKKKHHH KUMOHON JANGAN BUNUH AKU!"

Setelah berteriak seperti itu, akhirnya kaki pria bermasker itu mulai berpindah dari perutnya. Pria paruh baya yang terbaring lemah itu menormalkan nafasnya sambil memegang perutnya kesakitan.

Sementara, pria bermasker itu hanya menatap pria paruh baya itu dengan pandangan datarnya. Setelah itu, dia menoleh ke samping lalu berjongkok sebentar untuk mengambil sebuah palu yang ada di bawah. Setelah mengambilnya, pria bermasker itu berjalan ke arah pria paruh baya yang menatapnya ketakutan.

Pria bermasker itu sudah mengangkat tangannya yang memegang sebuah palu. "Kau tidak pernah bilang merasa bersalah, kau tidak pernah merasa bersalah saat ibuku mati diperkosa di tanganmu."

[✓] 𝐒talker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang