Bab 10

38 13 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.

Perkara helm tadi benar-benar membuat Naya malu setengah  mati. Bisa-bisanya dia lupa melepas helm dan berjalan dengan santai?
Untung mas-mas ojek tadi mengingatkannya. Coba kalau tidak? Coba kalau dia masuk masih dengan helm di kepalanya dan Dion melibat dirinya dalam penampilan bodoh itu?

Naya tidak bisa bayangkan betapa memalukannya itu.

Dia kembali menatap ruang obrolan itu. Belum ada balasan dari pertanyaannya yang menanyakan apakah Dion sudah sampai atau belum. Masuk lebih dulu, Naya malu dan canggung. Berdiri di sana sendiri — di pinggir jalan, pun bukan ide bagus.

Sebuah pesan masuk membuatnya terkesiap. Buru-buru dia mengecek ponselnya dan mendesah lega.

Dion:
Aku udah di lokasi. Kamu masih di jalan?

Hanya dengan pesan itu, Naya akhirnya memutuskan untuk masuk  warung tenda pinggir jalan itu.

Sebelumnya dia sempat merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena mengenakan helm, tadi. Berkaca seadanya pada kamera depan ponselnya yang tidak seberapa luas, dia juga berusaha memastikan kalau tidak ada yang salah dengan wajahnya —riasannya.

"Oke, nggak buruk." Naya mulai mengendus bau badannya sendiri. Menaiki ojek online, berjibaku dengan kemacetan, salip sana-salip sini, dan terkena sapuan angin yang sama sekali tidak santai itu pasti menerbangkan serta melunturkan harum parfumnya.

Tidak salah lagi. Bahkan saat Naya mengendus dalam-dalam aroma tubuhnya, hanya tersisa asap kendaraan bermotor dan juga aroma tidak menyenangkan lainnya.
Untungnya Naya selalu membawa parfumnya ke mana-mana. Parfum beraroma blooming blossom itu dia semprotkan banyak-banyak. Bukan hanya di kedua pergelangan tangannya, tapi juga ketik, leher, dan ditutup semprotan panjang dari atas ke bawah.

Dia sempat  terbatuk beberapa kali. "Sepertinya aku pakai kebanyakan," keluhnya menyesal.

Dia menggeleng. "Nanti juga memudar sendiri aromanya. Tenang aja."

Naya menghela napas.
"Udah nggak begitu buruk. Bagus. Sekarang tenangkan jantungmu, Nayaka Eliana. Jangan terlihat panik, grogi atau apa pun. Chill," ujarnya pada diri sendiri.

Merasa siap dengan dirinya, Naya pun melangkah mendekat pada tenda nasi goreng kambing itu.
Setiap langkahnya membawa detak yang semakin kencang. Ini hanya makan biasa, tapi Naya rasanya seperti berjalan menuju pelaminan. Ada gemuruh juga keringat dingin yang diam-diam mengaliri punggungnya.

"Nayaka ... jangan memalukan, jangan tersandung kakimu sendiri, jangan—"

"Nay!" Naya berhenti. Dia menoleh kanan kiri, dan tidak menemukan apa pun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imperfect Life (dauncokelat x FairyQueen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang