A gift

299 14 0
                                    

Terlihat seorang gadis sedang mendengarkan lagu dari iphonenya di teras depan rumahnya. Gadis tersebut bernyanyi mengikuti irama lagu yang dia dengarkan. Sesekali gadis tersebut mengecheck jam di pergelangan tangan kirinya.

"Lama banget sih tuh anak dua." Dumel gadis tersebut. Wajahnya terlihat muram. Dia berdecak kesal. "Telat deh gue, ujung-ujungnya kena marah sama dia." Pasrah gadis tersebut. Beberapa menit kemudian, terlihat sebuah pajero putih berhenti di depan rumahnya.

"Agnii, cepetan! Kita udah telat nih." Panggil seseorang dari dalam mobil tersebut. "Cih, yang bikin telat siapa coba." Dumel gadis tersebut, Agni. Dia berjalan gontai menuju mobil.

"Agniii, cepetan." Ulang orang tersebut. Agni memutar bola matanya kesal. "Berisik lo berdua." Ucapnya sambil masuk ke jok belakang.

"Lo kenapa sih Ag?" Tanya seseorang yang sedang menyetir. "Hem? Emang gue kenapa Fy?" Tanya balik Agni kepada orang tersebut, Ify. Ify berdecak kesal. Dilihatnya Agni sedang asyik bermain handphonenya. Pantas saja, pikirnya.

"Kebiasaan deh lo Ag, ditanya pasti balik nanya." Agni yang sedari tadi bermain handphone pun mengalihkan pandangannya ke arah Ify sambil tersenyum polos. "Senyum lagi lo." Agni terkekeh geli mendengar ucapan Ify tersebut.

"Tau tuh Fy. Agni mah dari dulu emang kayak gitu." Tambah Via.

"Emang gue harus gimana sih Vi? Gue udah telat nih, daritadi dia udah marah-marah ke gue gara-gara telat." Jelas Agni. Ify dan Via hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Eh, Ag. Kok elo nggak bareng dia sih?" Tanya Via penasaran. Agni mengerutkan dahinya bingung.

"Emang dia siapa gue? Sahabat bukan, teman bukan, pacar apalagi. Dia Cuma musuh gue." Jawab Agni kesal. Ify terkekeh geli mendengar jawaban Agni tersebut.

"Huh? Tapi elo kan,," Agni hanya diam tidak mendengarkan omongan Via selanjutnya. Pikirannya entah melayang ke mana. Sedangkan Ify focus menyetir.

=====

"Elo telat tiga puluh menit." Agni berdehem malas menanggapi ucapan seorang pemuda didepannya. Sesampainya di kampus, Agni berlari meninggalkan Ify dan Via yang masih asyik merapikan penampilan mereka menuju lapangan basket indoor.

"Sorry." Ucap Agni cuek.

Pemuda tersebut mendelik marah. "Enak ya lo hanya bilang maaf. Elo tau, kita nungguin elo berapa menit? Dan elo tau, latihan kita terbuang sia-sia?" omel pemuda tersebut. Agni yang masih kesal pun hanya cuek tak memperhatikan pemuda tersebut. Dia berjalan melewati pemuda tersebut dan bergabung dengan teman-temannya yang sedang berlatih. Pemuda tersebut melongo melihat sikap Agni yang seenak jidat.

"Maen nyelonong aja tuh bocah." Sewot pemuda tersebut. Ketiga sahabatnya tertawa kecil. Pemuda tersebut manyun sambil memandangi Agni yang sedang bermain basket.

"Udahlah Kka, yang penting Agni udah datang kan?" kata Febriel atau yang sering dipanggil Iel. Dia merupakan sahabatnya Cakka yang paling dewasa diantara mereka berempat. Cakka, pemuda tersebut, berdecak kesal. "Nggak usah bela adik lo deh Yel. Dia udah telat tau. Dan sesuai perjanjian, kalo telat harus dihukum." Ucap Cakka tidak terima. Ketiga sahabatnya menggeleng kecil mendengarnya.

"Yang dikatakan Iel bener kali Kka. Bukan karena Agni adiknya Iel, terus Iel bela Agni. Lagian Agni tadi udah bilang sama elo kan kalau dia telat?" Jelas Rio, salah satu sahabat Cakka.

"Iya iya. Elo berdua cerewet banget sih." Omel Cakka. Dia berjalan mendekati Agni dan lainnya yang sedang berlatih.

"Yang harusnya disalahin di sini ya elo Kka, bukan Agni." Ceplos Alvin. Cakka menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan memandangi Alvin tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Special MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang