Di sebuah restoran yang cukup terkenal, terlihat seorang gadis bermahkota malam sedang menikmati segelas kopi hangat dan sandwich keju kesukaan nya.
Tangan nya menopang dagu dan juga mata gadis itu tertuju ke luar restoran mengamati orang yang berlalu-lalang, telinga nya dia sumbat dengan headset mendengarkan lagu sembari sarapan adalah kebiasaan nya.
Menghiraukan kegaduhan yang ada di sekitar nya, gadis itu sesekali menyeruput kopi nya dengan pelan. Bahkan dia menghiraukan seseorang yang baru datang dan duduk dihadapan nya.
"Oy, Mikasa!" panggilnya karena merasa di acuhkan.
"Mikasa!!" panggilnya sekali lagi, tapi gadis yang bernama Mikasa itu tidak menjawab terlalu larut dengan dunia nya sendiri.
Dengan kesal orang itu melepaskan headset Mikasa dengan kasar, membuat sang gadis tersentak kaget dan kembali ke dunia nyata.
Mikasa menatap orang itu dengan kesal, berani sekali dia menghancurkan pagi nya yang damai ini dengan mudah.
Yang di tatap hanya cengengesan tidak jelas, "Aku sudah memanggil mu tapi kau malah diam jadi ku lepas saja," jawabnya santai.
Mikasa mendengus, "Tidak bisakah kau sedikit halus, Sasha?"
Ya gadis yang tadi duduk di hadapan Mikasa dan menarik headset nya adalah Sasha, Sasha Braus sahabatnya sejak masa-masa SMA dulu.
"Jika aku gunakan cara yang halus itu akan lama kau kan selalu menghayati setiap lagu yang kau dengar." jawab Sasha sambil mencomot sandwich keju Mikasa seenaknya.
Mikasa hanya menghela nafas mendengar jawaban Sasha, mata kelam gadis itu tertuju ke luar jendela lagi menatap orang yang mondar-mandir seru juga, siapa tau kan ada idola nya yang lewat, pikirnya.
"Oh ya Mikasa kau sudah dapat pekerjaan?" tanya Sasha setelah menghabiskan sandwich keju gadis itu.
Mikasa melirik sebentar kearah sahabatnya dan kembali menatap ke luar, "Aku sudah melamar pekerjaan di ACR Group tapi aku tidak tau akan diterima atau tidak." jawab nya sambil terus memperhatikan manusia yang lalu lalang.
Gadis itu menginginkan bekerja di ACR Group, tapi jika tidak di terima dia akan pasrah dan melamar pekerjaan di tempat lain, kan mungkin saja tiba-tiba dia bekerja di tempat sang idola nya memikirkan itu membuat Mikasa senyum-senyum sendiri.
Sasha yang melihat keanehan Mikasa langsung menepuk bahu sahabatnya membuat sang empu menoleh dan menatapnya heran.
"Kau masih waras?" tanya Sasha dengan tatapan horor.
"Tentu saja masih dan tolong lepaskan tangan mu dari bahu ku." balasnya sembari menyingkirkan tangan Sasha yang masih betah mencengkeram bahunya cukup erat.
"Kau senyum-senyum sendiri membuatku merinding."
"Terserah aku dong."
Setelah itu mereka berdua terdiam sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Mikasa yang kembali ke dunia haluannya dan Sasha yang sibuk memainkan Handphone Mikasa entah apa yang dia lihat.
Suara dering ponsel mengagetkan mereka berdua, Sasha langsung memberikan ponsel yang tadi dia genggam pada sahabatnya pasalnya ponsel Mikasa lah yang berbunyi.
"Siapa ini?" tanya Mikasa pada Sasha yang sedang menyeruput kopi miliknya.
"Aku tidak tau jawab saja mungkin itu penting." jawabnya, lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" tanya Mikasa lagi.
"Aku ingin memeriksa pelayan-pelayan disini dulu."
Mikasa hanya mengangguk paham, karena restoran yang dia tempati sekarang adalah milik keluarga Braus wajar saja jika Sasha ingin memeriksa pelayan-pelayan disini takutnya ada yang berbuat salah atau hal merepotkan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boss is annoying
FantasyMenceritakan tentang Mikasa yang menjadi sekertaris pribadi seorang 'Levi Ackerman' Siapa yang tidak mengenalnya? Dia adalah seorang Direktur ACR Group, perusahaan yang terkenal disetiap sudut negara Jepang. Sifat nya yang selalu memerintah seenakny...