O1, -first move.

827 51 10
                                    

JEMARI kecilnya menggenggam erat ujung jaket Al. Sempat dilema apakah akan melanjutkannya atau tidak, maka dia memutuskan untuk mendongak dan melihat reaksi Al.

Al tentu menatapnya. Arah matanya lurus menatap mata bulat dihadapannya. Dia merasakan seolah tatapan itu ingin meminta lagi.

Tanpa sadar Al memajukan wajahnya, mengacuhkan semua yang ada di sekitarnya. Dia maju untuk mencium bibir yang dipoles lipbalm strawberry itu.

Dia tidak memejamkan matanya. Sengaja, agar dia bisa leluasa melihat bagaimana Al melumat bibirnya.

"You really like my lips?"

"Of course. Can I have it?" seulas senyuman dia lemparkan kepada Al.

Al mengambil jemari Wildan yang tadi meremat jaketnya, mengarahkan telunjuk manis tersebut ke bibir tipisnya.

"Already yours."

Wildan tidak tahan, dia salah tingkah. Supaya dianggap tidak aneh juga dorongan entah darimana Wildan mengecup bibir Al.

Sekilas.

Namun mampu membuat mereka merasakan sengatan listrik kecil direlung hati keduanya.

Wildan malu. Untung hanya mereka berdua di sini. Saat matanya melihat ke sana kemari mengabaikan tatapan Al yang semakin mendominasinya, tidak sengaja Wildan melihat tangki bensin motor Al yang hampir tumpah.

"Al! Bensinnya udah penuh tuh!"

"Ah... ga kerasa udah penuh." Al segera menghadap ke depan, membelakangi Wildan dan mulai menyalakan mesin motor. Tidak lupa menaruh selang pompa bensin ke tempatnya kembali.

"Pegangan Dan."

Tanpa disuruh pun Wildan sudah meletakkan kedua tangannya ke dalam saku jaket Al, memeluknya secara perlahan.

Iya, Wildan modus.

Kini hidung Wildan dibuat diam sebentar. Dihirupnya seksama aroma yang menguar dari leher Al. Wildan familiar dengan aroma ini. Apakah hanya untuk dirinya Al susah-susah memakai parfume yang aromanya paling dia hindari itu?

Apapun itu, Wildan selalu berpikir positif.

Dibalik punggung lebar Al, sekarang Wildan dibuat tersenyum lagi. Lagipula tidak ada kata lelah dikamus Wildan untuk tersenyum jika dia bersama Al.

"Bisa berhenti ngelus jari aku?" pinta Wildan lembut.

Suara angin tidak menghalangi pendengaran Al untuk mendengar suara yang paling dia gemari itu.

Al tertawa pelan, "Udah ga sabaran lagi ya?" anggukan kecil dia dapati dipunggungnya.

Laju motor Al awalnya sedang, karena tidak mau mendengar rengekan Wildan, kini dia menaikkan kecepatannya menuju tinggi.

Angin senja menerpa raga keduanya dengan tenang, seperti membelai kedua insan tersebut.

Helm full face yang dipakai keduanya juga jaket kulit dan sweater oversize berwarna hitam itu tidak menghalau seorang pun untuk menduga mereka berdua adalah lelaki.

Mereka berpelukan.

Lebih tepatnya yang berada dibelakang tengah memeluk cintanya dengan erat serta merta memberi kehangatan yang amat tulus.

['Till I die, I still hug you my lovely dear].

.

.

Ani note;

Hai-! Udah lama banget rasanya aku gak balik nulis lagi nih, hehe :p

Makasih udah mau baca~

See You Soon | Joonghwa [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang