O3, -illusion.

240 36 14
                                    

"TADI aku liat kamu ngomong sama siapa?"

Suara Wildan terdengar pelan dan bertanya seperti pada umumnya, namun Al paham bahwa Wildan sedang memendam sesuatu dihatinya. Terbesit ide jahil di otak Al.

"Fans kamu wifey~"

Wildan nyubit lengan Al sekuat tenaganya. Itu ngebuat motor yang dibawa Al oleng sebentar. Wildan ngetawain Al yang nyumpah nyerapahin dirinya. "Kalo udah turun aku cubitin balik kamu!"

"Salah siapa?" Wildan mencoba untuk tidak membalikkan fakta, "Aku udah bilang jangan panggil aku gitu lagi dari SMA kelas sepuluh semester dua!"

Al mendengus yang untungnya tidak didengar Wildan. "Kamu kayak cewek yang inget semuanya. Untung ga nanya kapan tanggal kita anniv." Al tersenyum misterius, "Jangan-jangan kamu juga inget sempak yang aku pakai waktu kita nyebur di kali pas SD?"

Pertanyaan yang bagi Al konyol, tapi enggak bagi Wildan, itu maluin banget katanya ngebuat Wildan mukul punggung Al.

PLAK!

Suara yang Wildan timbulin ngalahin bunyi knalpot motor Al. "Malu banget lah bego!" serunya. Wildan mutarin bola matanya kesal. "Mending batman atau robot apa kek gitu. Ini, barbie? Mana ada bunganya lagi."

Wildan meneruskan, "Apa yang dikata Bayu bareng gengnya? "Ih bencong. Jangan dideketin, ntar ketularan kayak Wildan". Padahal kamu yang makai nama aku juga yang kena. Ck, sialan!"

Sembari ngelusin punggungnya yang sakitnya luar biasa itu gara-gara pukulan Wildan, Al nyengir, "Ya, waktu itu kamu ga ngasih tau kalo mau nyebur di kali. Aku kirain cuman mau main di gundukan pasir truknya Pak Joko doang."

"Ga mungkinlah jan--"

"Tiba-tiba aja kamu nyelonong masuk ke kamar aku. Pake narikin aku segala. Jadi ga keburu ngambil sempak harimau, adanya yang deket, sayangnya punya sodara cewek aku hahaha."

"Serah ah!" Wildan ngedengus. Ga lupa buat mukul punggung Al untuk yang kedua kalinya.

"Kamu doyan banget Ya Allah nyakitin orang," melas Al.

"Bukannya itu kamu ya?"

Diam.

Baik Al dan Wildan terdiam.

Keduanya larut dalam pikiran lampau masing-masing. Tiba-tiba Al mengambil tangan Wildan yang memang Wildan taruh dipahanya sendiri. Al ngambil tangan Wildan untuk dia elus pakai jempolnya.

"Maaf Dan. Untuk semuanya aku minta maaf."

Tidak menyahut, Wildan memilih untuk mengembangkan senyumnya saja. Lalu kedua tangannya dia bawa ke depan untuk memeluk Al. "Ga perlu buat minta maaf lagi. Jujur, aku muak dengernya."

Dibalik kaca spion moge-nya, Al melirik Wildan yang kepalanya dia taruh dibahunya yang lebar. Kaca helm full facenya Wildan buka, itu memperlihatkan kepada Al ada sorot mata yang sedang menatap mega dengan arti tersendiri. Bahkan Al pun tidak mengerti maksud sorot matanya.

Namun secara fisik, mata Wildan itu terlihat sangat bulat, cerah, dan bersih. Kenapa Al bilang bersih? Ya. Saking bersihnya Al bisa lihat ada sparkle yang menetap dimata Wildan.

Cantik.

"Al," panggil Wildan. Al berdehem. Dia tetap melirik Wildan lewat kaca spionnya itu. Mata Wildan beralih menatap ke depan, tepatnya kaca spion yang dilihat Al. Keduanya bertatapan sebentar sebelum salah satunya bilang seperti ini.

Wildan bilang, "Kamu ga berhenti ke masjid? Ini udah mau masuk magrib, kamu 'kan belum asar tadi."

Al tertegun. Inilah alasan mengapa Al bisa sampai jatuh hati, dia tidak kuat menahan dinding yang seharusnya tidak boleh dia hancurkan yang akhirnya malah membuat dia terlibat ke dalam hubungan lebih bersama Wildan.

See You Soon | Joonghwa [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang