22. Cangse Sanren (Wangji Story)

2.6K 148 10
                                    

Selama tiga belas tahun penantiannya, apa kalian pikir tak pernah sekalipun Lan Wangji berhasil memanggil jiwa Wei Wuxian?

Ya, faktanya memang dia tidak pernah benar-benar berhasil memanggil dan berbicara dengan Patriarch Yiling itu. Tapi ada satu kenyataan yang Lan Wangji simpan sebagai kenangannya sendiri.

Wangji berhasil memanggil ibu Wei Wuxian, Cangse Sanren.

 Mungkin ini kebetulan. Hanya satu banding seratus juta kemungkinan.

Ketika Lan Wangji di ambang keputusasaan pada tahun ke sepuluh, untuk pertama kalinya malam itu tidak ada lantunan guqin

Wangji hanya diam. Meski sudah duduk di depan guqin-nya, jemarinya hanya diam di atas senar-senar halus itu. Dan seperempat malam terlewatkan begitu saja dengan keheningan yang asing.

Itu adalah satu malam yang tenang bagi Wangji untuk mulai sadar makna dari kata 'sia-sia'.

Lalu suatu hal terbesit di benaknya....

Jika memang tidak pernah muncul, berarti jiwanya benar-benar hancur ... 

... atau benar-benar tidak ingin dipanggil. Lalu, kenapa dirinya berusaha keras mengusik yang tidak ingin diusik selama sepuluh tahun terakhir?

Wangji mulai tenggelam dalam spekulasi objektifnya, bahwa dia selama ini hanya mengganggu. Usahanya jelas sia-sia sejak awal. Harusnya dia sadar, sejak awal - bahkan sejak masih hidup, ketika dia dengan lancang meminta Wei Wuxian untuk pulang dengannya ke Gusu ataupun ketika dia bersikap sok pahlawan dengan melindungi Wei Wuxian hingga melukai 33 anggota clannya sendiri padahal jelas-jelas pria itu menolak dan mengusirnya ... harusnya Lan Wangji tahu diri dan menyadari batasannya.

Aku bukan siapa-siapa.

Baik. Dia akan berhenti. Meratap selama sepuluh tahun adalah hal paling sia-sia. Sejak awal, harusnya dia tidak begini. Kini Wangji sadar akan kenyataan itu. Dia sadar bahwa tidak akan ada kesempatan baginya. Wangji harus berhenti.

Tapi dia tidak bisa.

Sebesar apapun kenyataan di depannya, Wangji masih berlutut dan memainkan guqin-nya meski tanpa harapan.

Hanya ada untaian nada sederhana tanpa makna, tanpa tujuan, tanpa harapan. Wangji ditelan keputusasaan. Dia masuk dalam kehampaan terparah dalam hidupnya. Sampai pada titik kehilangan alasan untuk bertahan hidup.

Saat itulah, sebuah tangan terulur di depannya.

Deg!

Wangji terdiam. Permainan guqin-nya juga terhenti, hanya ada keheningan. Lalu secerca harapan muncul, perasaan menggebu yang hampir tidak pernah Lan Wangji rasakan lagi sejak beberapa tahun terakhir.

Begitu mendongak, Wangji nyaris membumbungkan harapannya ke langit sebelum terjatuh ke dasar neraka. Sosok di depannya bukan Wei Wuxian, sosok di depannya adalah seorang wanita. Dan Wangji hampir pergi dari sana untuk melampiaskan perasaan kecewanya pada apapun jika suara lembut wanita itu tidak menghentikannya.

"Lan ... Lan Wangji."

Kali ini, Wangji terdiam. Namun perlahan, ditatapannya jiwa samar seorang wanita di depannya. Mungkin hanya jiwa dari seseorang yang pernah ada di Relung Awan, yang tanpa sengaja sekarang terpanggil olehnya.

Tapi saat wanita itu tersenyum, Wangji terpaku.

Ada yang salah. Tidak, bukan salah. Tapi ada yang sama.

Senyumnya ... bukan hanya senyumnya, wanita ini mirip dengan Wei Wu-

"Cangse ... Sanren?"

Lalu kekehan merdu wanita itu menggema di halaman Jingshi, mengakibatkan kerinduan membuncah di dada Lan Wangji.

Kapan ... Kapan terakhir kali tawa riang dan merdu itu Wangji dengar dengan nyata?

Meski bukan benar-benar yang asli. Tapi kali ini cukup membayar sepuluh tahun penantian menyakitkan yang dia lalui.

Entah sejak kapan, air mata sudah mengalir di pipi Wangji. Air mata yang tidak sekalipun keluar saat dicambuk atau saat menggila karena arak senyum kaisar. Menetes begitu saja tanpa isak tangis.

Dan jiwa wanita itu - Cangse Sanren, tersenyum. Memang hanya jiwa samar, tapi saat wanita itu memeluk Wangji, dia bisa merasakan sedikit kehangatan dan wangi pegunungan.

"Tolong sampaikan salamku padanya," kata Wangji ketika sadar jiwa wanita itu kian memudar, menjadi transparant.

Ya, jiwa yang terpanggil tidak serta merta bergerak bebas dan punya banyak waktu. Ada yang hitungan menit bahkan detik. Terkhusus lagi pada jiwa-jiwa yang samar seperti jiwa Cangse Sanren di depannya. 

"Sampaikan sendiri."  katanya sambil tersenyum jenaka, benar-benar serupa putranya si biang jahil, lalu jiwanya menghilang diterpa angin. Sekali lagi, meninggalkan Lan Wangji seorang diri.

Pertemuan itu sangat singkat. Dan hanya satu kalimat tadi yang diucapkan Cangse Sanren. Mungkin bagi sebagian orang, perjuangan selama sepuluh tahun tidak setara dengan kebetulan tadi. Tapi bagi Lan Wangji, pertemuan dan kata-kata barusan adalah pertanda baginya untuk tidak berhenti berusaha.

Persetan dengan kemustahilan. Jika memang Wei Wuxian tidak akan pernah muncul, maka biarlah Lan Wangji menghabiskan sisa hidupnya dengan tetap berusaha. Jika memang dia mengganggu, biarlah Wei Wuxian sendiri yang berteriak dan mengusirnya untuk terakhir kali.

Ya, Wangji akan sampaikan sendiri salamnya pada Wei Wuxian.

Dan beberapa tahun kemudian berlalu. Tepat tahun ke tiga belas, untuk pertama kalinya nada yang agak sumbang terdengar dari seruling bambu seseorang. Nada dari lagu yang Lan Wangji buat sendiri.

Saat itulah Wangji benar-benar yakin, tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Sekalipun hasilnya ada di kehidupan selanjutnya pun, Wangji akan tetap bersyukur.

end.

Author's Note

Setelah sekian lama, akhirnya saya menulis lagi chapter baru untuk kumpulan fanfic Mo Dao Zu Shi ini. Mungkin ke depannya tidak akan sesering dulu, karena saya sedang fokus real life dan work terjemahan, khususnya MONOTONE.

Untuk pembaca fanfiction MDZS berjudul Monotone yang belum selesai diterjemahkan oleh Kak natsumi-shirayuki, mari cek lanjutannya di akun saya ini.

Jujur saya gak ada ide, cuman terbesit ide-ide ringan yang kurang cocok dituangkan sekalipun dalam bentuk oneshoot. Mungkin kalian punya request? 

-seesensei


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Fanfiction Mo Dao Zu ShiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang