Di lamar

5 1 0
                                    

Berkenalan dengan seorang pria, aku rasa pernah melihatnya dia orang yang waktu itu. Pria tinggi dan manis itu yang mengambil roti di sebelahku. Ya Rabb aku bertemu dengannya lagi untuk kedua kalinya.
Hatiku mulai bergemetar saat melihat senyumnya, wajahnya yang menyejukkan sangat nyaman untuk dipandang.

Astagfirullah, apa ini sangat tidak pantas memikirkan orang yang bukan siapa-siapamu Ais.
Percayakan pada-Nya untuk segala penantian yang kamu lakukan ini. Lalu tiba-tiba suara Ayah memanggilku.

“Aisyah, sini Nak” panggil Ayah dari lantai bawah.

“ Iya, Yah. Sebentar Ais turun” Lalu aku turun ke bawah dan duduk di samping Ayah, melihatnya aku rasa ini masalah serius.

“Ada apa, Ayah panggil Ais?” tanyaku pada Ayah. Rasanya penasaran apa yang sebenarnya Ayah ingin bicarakan. Tentu tidak seperti biasanya.

“Besok ada seorang pria yang akan melamarmu, kamu siapkan diri” ucap ayah jelas dengan nada lembut penuh harap agar aku siap untuk besok menyambut kedatangan seseorang yang belum aku tahu.
Aku hanya terkejut, terdiam mendengar perkataan ayah tadi. Persaan yang aneh dan sangat susah untuk dijelaskan.

“Kenapa kamu, Nak?” tanya ayah kebingungan melihat aku terdiam. Lantas aku hanya tersenyum kecil  melihat orang tuanya itu.

“Tidak kok, Ais baik-baik aja ... ya udah Ais balik ke kamar lagi ya, Yah” jawabku dengan rasa yang masih terkejut dan bertanya-tanya. Aku lekas bangun dan pergi menuju kamar dengan pikiran ku sendiri.

"Siapa yang akan melamar ku?"ucapnya dalam hati.

Dengan rasa penasaran yang amat besar, aku sangat cemas karena lamaran ini yang tidak terduga olehku. Namun, aku serahkan padamu ya Rabb, jika memang dia bukan jodohku maka hapus ingatanku tentangnya. Aamiin.

Keesokan paginya aku bersiap untuk pertemuan yang telah direncanakan sebelumnya, bergegas merapikan segala yang diperlukan. Umi yang sibuk memberikan saran agar aku memakai pakaian yang bagus tapi menurutku itu berlebihan.

"Ais, coba kamu pake baju ini nak" ucapnya memberikan gamis berwarna biru muda dengan corak putih yang terlihat mewah.

"Tidak Umi, Ais cukup pakaian ini saja"kataku memperlihatkan gamis yang biasa aku pakai sehari-hari. Ini tidak berlebihan dan masih layak dipakai. Namun umi tetap saja memaksa agar aku memakai pilihnya ala hasil aku pun menuruti kemauan umi.

"Baiklah umi Ais yang cantik. Ais akan memakai ini tapi dengan syarat Ais akan merias diri sendiri" ucap Aisyah meyakinkan uminya itu untuk percaya sepenuhnya terhadapnya.

Semua yang diperlukan sudah siap dan rapi sekarang hanya menunggu orang yang akan datang dengan niat baik itu.

Cinta menuju syurgaNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang