Terik Mentari

15 15 6
                                    

"Aakhh apa segila ini? Kenapa pagi ini begitu terik?" Keluh Elma.

"Bruukk"

"Aww! Heii kalau jalan liat-liat dong," Ucap Elma kesal.
"Oh maaf, saya buru-buru." Ucap seorang pria yang kemudian pergi meninggalkan Elma.
"Ckk sial," gerutu Elma.

"Lu liat wajahnya nggak El?" Tanya Novi.
"Boro-boro deh! Kesel gue, lagian cuaca kenapa terik banget sii, benci banget. Gue jadi nggak bisa liat tuh muka orang." Gerutu Elma.
"Kalau suaranya?" tanya Novi.
"Hmm suara? serak-serak ngebas gitu deh, kalo nggak salah." Ucap Elma sambil mengingatnya.
"Seksi dong," ucap Novi tersenyum.
"Hedeeehh, tau deh. Bete gue, jangan ngobrolin dia lagi ya, mood gue jadi buruk." Ucap Elma kesal.
"Tapi El," ucap Novi terpotong.
Elma membalikkan badannya kearah luar dan mengatakan dengan pelan,
"Gue nggak peduli."

"Semoga hari ini lebih baik dari kelihatannya," ucap Elma dalam hati.
Novi yang tau betul sifat teman kerjanya itu, tak lagi mengganggu Elma yang terlihat begitu kesal.

"Gue ke pak Dion dulu El," ucap Novi.
Elma hanya diam sembari menata beberapa air mineral dan teh kotak.
Novi pun pergi meninggalkan Elma menemui pak Dion yang berada tak jauh darinya dan Elma.

Elma Youmi bekerja di "King Mart," salah satu swalayan terbesar, lebih tepatnya dia berada di cabang 2 King Mart. Manager tempat Elma bekerja adalah Dion, dia pernah menyukai Elma selama kurang lebih 1 tahun dan perasaannya tak terbalas.
"Permisi pak Dion, ini surat sakit saya 2 hari kemarin pak." Ucap Novi.
"Hmm kamu Novianta kan, teman dekatnya Elma?" tanya pak Dion mengamati wajah Novi.
"Hehe, iya Pak." Ucap Novi tersenyum ringan.
"Kamu sakit kemarin?" tanya pak Dion.
"Iya pak," ucap Novi.
"Sakit apa?" tanya pak Dion.
"Emm Diare pak," ucap Novi sedikit malu mengatakannya.
"Sekarang udah baikan?" tanya pak Dion.
"Iya udah pak," ucap Novi.
"Kalo Elma, gimana kabarnya?" tanya pak Dion sembari mengecek surat sakit Novi.
"Eee itu pak, kalau dilihat dari sini sepertinya dia baik-baik saja." Ucap Novi melirik kearah Elma.
Pak Dion yang melihat lirikan Novi langsung menengok kearah Elma yang masih menata beberapa minuman.
"Surat sakit kamu saya terima, tolong panggilkan Elma. Suruh dia keruangan saya ya," ucap pak Dion.
"Baik pak," ucap Novi sedikit menganggukkan kepalanya.

Novi berlari kecil menghampiri Elma,
"El, dipanggil tuh." Ucap Novi tersenyum kecil.
"Dipanggil siapa?" tanya Elma.
"Siapa lagi El, your fans hehe." Ucap Novi meledek.
"Ckk nggak tau apa mood gue lagi nggak enak, kemana dia??" tanya Elma sambil menggerutu.
"Diruangannya El," ucap Novi.
"Yaudah nih elu terusin ya, yang air mineral tinggal 3 dus lagi sisa tempatnya untuk teh kotak 4 dus itu." Ucap Elma menunjukkan dus-dus yang bertumpuk disamping rak.
"Siaap bu manajeeerr, hehe." Ucap Novi meledek.
"Hiisshh, awas lu kalo nyebut gue pake panggilan itu lagi." Ucap Elma kesal.
"Iyaudah sana, nanti pak manajer nungguin." Ucap Novi mendorong bahu Elma pelan.
"Hmmmh," Elma menghela nafas dengan berat.

"Heran gue, padahal kurang apa coba pak Dion. Pak Dion itu udah mencakup semuanya El, muka oke banyak staff yang pengen jadi pacarnya, jabatan menjamin, baiknya jangan ditanyaa, nyari yang gimana sih lu El. Elu disukain sama pak Dion malah nolak, ckckck." Ucap Novi lirih sambil melihat Elma meninggalkan tempatnya.
"Huft, mau apa sih tuh orang." Gerutu Elma dalam hati.

"Saya minta bagian keuangan untuk melaporkan pemasukkan bulan ini." Ucap Maks.
Maks Karol, pemimpin swalayan "King Mart". Dia terkenal begitu dingin, gigih dalam pekerjaan, tak begitu ramah dengan lingkungan dan tak pernah tersenyum kepada para staffnya. Maks diurus oleh seorang pembantu bernama Zamira, bu mira sudah seperti ibu pengganti bagi Maks setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat 20 tahun lalu.

"Baik pak," ucap Adelaida (sekretaris Maks).
"Oh iya, sekalian minta dia kirim email bentuk file Excellnya ke saya juga." Ucap Maks sembari membuka file dokumen yang harus ditandatanganinya.
"Baik pak," ucap Adel.
Adel meninggalkan ruangan Maks dengan wajah begitu merah, hampir seluruh staff yang bekerja dalam ruangan yang berdekatan dengan kantor Maks tau, kalau Adel begitu menyukai Maks dari pertama bekerja disitu.

"Huuff, nanti pak, nanti pasti bapak bisa melihat saya sebagai wanita yang bapak sukai." Ucap Adel dalam hati sambil tersenyum kecil.

"Eh itu, Pak Zikriii." Teriak Adel memanggil Zikri yang akan memasuki lift.
"Adel? iya ada apa?" tanya Zikri.
"Maaf pak, saya manggil bapak sambil teriak-teriak takutnya keburu bapak masuk liftnya." Ucap Adel sedikit menunduk.
"Iya nggak papa del, ada apa ya?" tanya Zikri.
"Itu pak, pak Maks minta bapak melaporkan pemasukkan keuangan bulan ini, sekalian minta dikirim file bentuk Excellnya lewat email pak." Ucap Adel.
"Emm, baru aja saya mau ngopi dilantai bawah." Ucap Zikri tersenyum.
"Hehe iya pak, bapak bisa ngopi setelahnya." Ucap Adel tersenyum kecil.
"Oke," ucap Zikri singkat meninggalkan Adel.

"Panas banget," keluh Maks lirih.
"Tit tit," Maks menyalakan AC ruangannya pada suhu 16, dia tidak menyukai panas dalam ruangannya tapi dia menyukai terik matahari.

"Tok tok tok,"
"Masuuk," ucap Maks yang mendengar pintu ruangannya di ketuk.
"Udah gue kirim ya," ucap Zikri.
Zikri, sahabat Maks sekaligus pengurus keuangan di perusahaan swalayan milik Maks. Maks mempercayakannya, karena mereka telah bersahabat lebih dari 20 tahun dan Maks tau betul sifat sahabatnya itu.

"Elu ngrasain nggak sih?" tanya Zikri sambil menyerahkan dokumen laporan keuangan.
"Ngrasain apa?" tanya Maks mulai mengecek dokumen tersebut.
"Huuh panas banget diluar, hari ini matahari begitu terik." Ucap Zikri mengintip sedikit kondisi diluar dari jendela ruangan Maks.
"Hmm," Ucap Maks singkat.
"Tapii disini sejuk banget, jadi pengen lama-lama disini." Ucap Zikri membaringkan badannya di sofa ruangan Maks.
"Tanggal 25 ada minus?" tanya Maks melirik kearah Zikri.
"Ah itu, cabang 2 memberi info kalau ada 30 keranjang buah tomat yang busuk." Ucap Zikri.
"30 keranjang?" tanya Maks.
"Iya," Ucap Zikri berpindah kedepan tempat duduk tepat didepan Maks.
"Apa manajernya nggak ngecek pas barang datang?" tanya Maks.
"Manajernya bilang, saat buah datang sudah dalam kondisi yang begitu matang. Jadii kemungkinan busuk bisa diprediksi dalam 2 atau 3 hari setelah barang datang." Ucap Zikri.
"Apa dia melapor diawal?" tanya Maks.
"Dia melapor diakhir," ucap Zikri.
"Apa dia bodoh? seharusnya dia melapor diawal ketika barang itu datang, kita bisa menjualnya di cafe atau pedagang jus." Ucap Maks mulai kesal.
"Gue udah omongin, supaya hal yang kayak gini harus dilaporkan diawal." Ucap Zikri.
"Siapa namanya?" tanya Maks.
"Dion, manajer cabang 2 bernama Dion." Ucap Zikri.

"Adel, jadwalkan untuk saya besok." Ucap Maks menelpon Adel dengan telpon kantornya.
"Kemana pak?" tanya Adel.
"Cabang 2," Ucap Maks.

Haiii teman-teman selamat membaca karyaku yaa, semoga kalian menyukainya.
Terima kasih.
"Yuphie77"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

''Love? craze''Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang