Nikmati predestinasi hancur, begitu vokal yang keluar dari mulut Taehyung. Menyengat bagai hantaman jutaan kapasitas elektron. Dua hal yang kentara diferensialnya di jihat kenya syahda itu; antara mendadak punya ajun untuk mencakar iras istimewa adam tersebut atau terlena akan vokal bariton merdu yang baru pertama kali bertamu menuju rungu. Laik jika person ini diserbu oleh pedusi yang mencoba untuk terfiksasi selayaknya benalu pada Taehyung; suaranya saja similar dengan tindak injeksi heroin; candu.
Melirik ke depan, Jiya menggigit bibir. Terjebak dalam katastrofe bersekat yang person lain sebut sebagai bilik kecil bersama pria popular dari fakultas bahasa ini sudah Jiya anggap sebagai tragedi. Bukan sebagai sesuatu yang mesti diabadikan di ruangan memoar serebrum, tetapi yang Jiya pikirkan adalah perkara sirkumstansi penuh ketegangan, mutlak horor. Jiya tidak tahu isi otak Taehyung hingga berlaku kurang ajar memasuki toilet universiti khusus untuk perempuan, menyeret Jiya untuk masuk ke dalam ruangan sempit secara barbarik, dan menyuruh Jiya untuk menikmati predestinasi hancur.
Bagus.
Bisakah orang ini memberikan impresi pertemuan yang lebih baik?
Bagi Jiya, ini salah di sisi pertama perkara eksistensi dua orang dengan diferensial gender yang eksis dalam bilik kecil, mampu menimbulkan intrik baru yang tidak-tidak perkara mantan raja dan ratu universiti. Uni antara Kim Jiya dan Jung Taehyung terlampau kuat untuk menjadi sumber gosip di Universiti Saint Hallway sebagai pasangan kriminal; tersangka kriminal lebih spesifiknya. Dengan tindakan tolol Taehyung ini, maka spekulasi orang yang buruk perkara keduanya makin menjadi-jadi. Terutama Jiya.
Sayangnya, berteriak bagai person pandir bukanlah pilihan yang baik. Saat ini Kim Jiya sudah menjadi kotoran di mata para mahasiswa, ia tak mungkin dapat pertolongan. Kabur dengan mendesak Taehyung demi memproteksi diri juga mustahil. Paragon yang suka dipuja pedusi yang kali ini nampak horor dengan sigaret aroma stroberi ini berdiri tepat menutupi eksistensi pintu.
“Jika urusanmu sudah selesai, maka segeralah minggir. Aku ingin keluar dari sini.”
Berbekal abiliti berlakon yang ia dapatkan dari klub teater yang sialnya sudah menjadi memori, Jiya memasang ekspresi geram secara totalitas. Meski sebetulnya tanpa berlakon pun, Jiya sudah mencapai limit amarah. Hanya ingin melebih-lebihkan sirkumstansi. Jiya ingin keluar bukan hanya sebab tidak ingin orang lain membuat warta palsu lagi tentangnya, Jiya tidak tahan dengan kepulan asap sigaret Taehyung, walaupun secara harfiah Jiya suka aromatik stroberinya. Jiya cinta stroberi.
“Taehyung, I personally don’t know what your intention is. Jangan buat atmosfer semakin kacau. Aku muak dengan pembicaraan imbesil para mahasiswa. Situasi ini jelas lebih memberatkan posisiku. Danㅡ” Visual Taehyung nampak menunjukkan reaksi abai seolah tidak benar-benar mendengarkan protasis Jiya. Ia malah asyik dengan euforianya bersama sigaret itu. Mutlak membuat Jiya menggeram frustasi. “Jangan makin membuatku gila lantaran aku selalu melihat diriku sebagai kotoran tiap bercermin di reflektor.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌ㅡ𝐉𝐞𝐨𝐩𝐚𝐫𝐝𝐢𝐳𝐞 [𝐎𝐩𝐞𝐧 𝐏𝐎]
Fanfiction[ 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝. ] OPEN PRE-ORDER Universitas Saint Hallway merangkum eksistensi stori eksentrik perihal Kim Jiya dan Jung Taehyung. Kenya kirana yang ekstrover itu mendadak diwartakan satu kartel bersama adam seperfek antariksa Tuhan yang hob...