ACT I: CHAPTER 18

474 42 139
                                    

[be wise: disturbing content, drug, rape, NSFW, hardcore, sin, and hell]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[be wise: disturbing content, drug, rape, NSFW, hardcore, sin, and hell]

Barangkali normal bagi seorang perfeksionis, seperti Jiya, membutuhkan banyak waktu untuk memilih jenis penampilan setiap harinya. Jangankan dari tipe pakaian, pita yang levelnya kecil kecil saja sampai dipikirkan matang-matang ketika ingin memakai. Maka begitulah yang Jiya lakukan selama dua puluh menit. Berdiri tolol di depan wardrobe besar Taehyung yang sejak lama sudah terisi pakaian Jiya juga. Agaknya ia juga tidak peduli dengan daksa pribadi yang masih super polos, hanya dikaver selimut hitam tebal. Wanodya Kim terlalu fokus mempertimbang hal tak penting ini terlalu lama.

Tak aneh tatkala Taehyung keluar dari bilik mandi, roman wajahnya penuh kuriositas. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya. Namun, sampai detik ini Taehyung masih belum bisa mencerna perilaku Jiya yang menurutnya terlalu berlebihan. Ini hanya soal pakaian, man!

"Belum menemukan pilihan?"

"Aku sudah mengeliminasi beberapa pilihan. Di antara dua ini, lebih baik yang mana?"

Jadi beginilah perempuan perfeksionis. Entah itu secara general atau hanya Jiya saja.

"Aku lebih suka kau memakai rok atau gaun floral. It's cute."

Jiya mengumbar senyum lebarnya. Karena ia rasa pilihan Taehyung tidaklah buruk, Jiya kontinyu memantapkan niat untuk membersikan diri, sudah super tidak nyaman dengan daksa sendiri setelah spektakel gila kemarin malam, tidur, dan tambahan spektakel sesi baru di pagi hari setelah bangunㅡtadi Taehyung tergugah lagi hanya karena vokal gumaman manis perempuan inosennya saat bangun. Namun, secara mendadak Taehyung memblokade pergerakan Jiya dengan baritonnya. Pertanyaan similar seperti sebelum-sebelumnya muncul lagi.

"Yakin ingin pergi ke Saint Hallway?"

"Bertanya itu lagi?"

Taehyung berdeham mengiyakan tanpa mengeluarkan runtutan jawaban jelas.

Jiya mengangguk mantap. "Sir Rupert mengirim e-mail dan mempertanyakan posisiku untuk Medical Olympiad. Sebenarnya aku tidak ingin mengundurkan diri dan menyusahkan semua orang yang sudah terlibat sebelumnya, tetapi aku perlu mundur karena sirkumstansi yang tidak memungkinkan. Aku harus menemuinya langsung. Dia bukan tipikal dosen yang mau menerima balasan elektronik. He wants a clear response; face to face." Jiya memberi protasis detailnya.

"Bagaimana jika aku saja yang menyampaikan pesannya?"

"Tidak bisa, Taehyung. Itu sia-sia," balasnya, "apa yang dikhawatirkan olehmu?"

"Your safety, Mi Corazon." Ia menjeda. Pinar obsidian semakin tegas dengan tangan yang secara otomatis membawa Jiya untuk terduduk di sofa, di samping daksa Taehyung. "Kau ingat tentang kejadian tempo lalu? Prim, Jungkook, dan komplotannya hendak menculikmu." Itu adalah kesalahan kedua Taehyung. Pertama, kejadian Park Baquero, atau sebenarnya namanya adalah Tezz Lee Rodriguez-dan untungnya orang itu sudah masuk tahanan atas tuduhan penipuan, pemerkosaan, pemalsuan data, dan diketahui sebagai imigran gelap. Kedua, yang terjadi beberapa hari lalu, Jiya nyaris diculik hanya karena Taehyung yang tidak pandai mengontrol emosi. Taehyung mengkhawatirkan banyak hal sejak itu.

𝐌ㅡ𝐉𝐞𝐨𝐩𝐚𝐫𝐝𝐢𝐳𝐞 [𝐎𝐩𝐞𝐧 𝐏𝐎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang