Blush~
Segumpal asap berwarna merah muncul secara tiba-tiba, membubung dan kian menghilang. Sebagai gantinya, 4 pria berpakaian seperti penyihir berdiri sambil sebelah tangan memegang tongkat sihir.
"Apa kita sudah sampai?"
Dia adalah Hoshi, penyihir tampan dengan selera humor yang rendah. Matanya sipit, mata yang sering ia banggakan karena menurut pria itu mata sipitnya mirip harimau. Bahkan dia mengatakan bahwa namanya sendiri adalah singkatan dari Horangi yang berarti 'harimau', dan Shiseon yang berarti 'tatapan'. Tatapan harimau.
Hoshi mengamati ruangan tempat mereka muncul. Sebuah ruangan sempit yang hanya berisikan cermin berbentuk persegi panjang besar yang menempel pada salah satu dinding. Tempat mengganti pakaian adalah hal yang pertama Hoshi pikirkan.
"Hanya ada satu cara untuk memastikannya."
Dan pria dengan rambut kecoklatan ini adalah Jun. Salah satu penyihir yang pandai bela diri. Diantara mereka, Jun adalah pria yang sangat menyebalkan. Hobinya adalah memancing kemarahan orang lain dengan smirknya.
Jun berjalan dan menyibakkan kain menyerupai gorden yang menjadi penghubung antara ruangan satu dengan ruangan lain.
Nampaklah ruangan yang berkali-kali lipat lebih besar dari ruangan tadi. Beberapa meja tersebar disana dengan dua kursi untuk setiap meja. Di dua titik, ada sofa besar membentuk huruf U dan meja berbentuk persegi panjang tepat berada di tengahnya.
Sementara di pojok dekat dinding ada sebuah meja yang panjangnya menyamai lebar dinding itu sendiri. Di balik meja itu, ada satu wanita seksi yang sibuk dengan botol-botol dan gelas di hadapannya. Tepat di depan meja tersebut ada beberapa kursi putar yang tertata rapi sampai ujung meja.
Ruangan ini dipenuhi oleh wanita, tidak—memang hanya ada wanita disini. Bertebaran di penjuru ruangan, beberapa duduk santai di sofa sambil memegang gelas berisi minuman, beberapa lagi berbincang empat mata sambil menebar senyum manis satu sama lain, merangkul mesra dan.. berciuman.
"Sebenarnya tempat apa ini?"
Tak perlu berteriak, mendengar suara seorang pria cukup membuat semua wanita menghentikan aktivitas mereka. Seisi ruangan kompak menoleh kepada 4 pria yang berdiri kebingungan. Si wanita seksi di balik meja yang semula melap gelas kini turut memandang mereka. Ia bahkan mematikan musik yang awalnya mengalun. Suasana menjadi benar-benar hening, setidaknya untuk sesaat. Bisik-bisik dan tawa kecil mulai saling bersahutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura dan 4 Penyihir
FanfictionHidup Azura baik-baik saja sebelum 4 pria datang ke sekolahnya sebagai siswa baru. Empat siswa aneh yang selalu membawa pulpen serupa kemanapun mereka pergi. Mereka manusia? Azura awalnya berpikir begitu. Tapi bukan. Mereka adalah penyihir, penyi...