SL: EXTRA PART 2

4.2K 131 3
                                    

Berapa bulan saya tidak menulis? Yukk ada yang tahu?:((

Jangan lupa untuk vote dan Comment!! Semoga masih ingat dan tidak lupa:(

***

Lima Bulan Berlalu..

Auriska Rahima. Wanita ini tak henti-hentinya tersenyum. Menatap layar ponsel, menampilkan wajah putra-putrinya yang kini tumbuh besar dan sehat. Lima bulan rasanya begitu cepat untuk dirinya. Lima bulan ia menjalani hidup ini dengan berbagai rintangan dan perjuangan. Meski nyatanya tidak merubah keadaan. Tapi ia sangat bersyukur, ia bisa menjadi saksi akan pertumbuhan putra-putrinya. Iyas yang mulai aktif. Key juga yang sudah pandai berbicara. Lima bulan terakhir ini benar-benar banyak perubahan.

Riska berbalik. Duduk di kursi balkon. Mengambil teh hangat yang sengaja ia buat. Pandangan terus fokus memandangi layar ponselnya dengan sesekali menyeruput teh hangatnya.

"Cantik dan tampan," kekehnya kecil. Riska membayangkan bagaimana jika Iyas dan Key besar nanti. Semakin cantik dan tampan pastinya.

Riska terus melihat-lihat gambar di galerinya. Bukan hanya foto tentang Iyas dan Key. Tetapi, ada banyak foto lainnya. Dan sepertinya pagi ini ia akan memilih untuk bernostalgia.

Riska tersenyum tipis, foto dirinya dan sahabatnya mengingatkan dirinya ke masa-masa dulu. Masa putih abu-abu pastinya. Ah ia jadi rindu.

"Sehat-sehat, Zee.."

Dua bulan lalu, Zeefa datang untuk pamit. Perempuan itu harus pergi dan menetap di Surabaya. Neneknya yang hanya hidup sendiri, membuat Zeefa harus menemaninya di sana. Bukan hanya itu, Zeefa juga sekarang menjadi asisten dosen di salah satu Universitas Surabaya. Riska bersyukur, walaupun mereka terpisah jarak jauh, komunikasi mereka tetap terjalin dengan baik.

Riska terdiam. Menaruh gelas tehnya dengan hati-hati saat melihat gambar selanjutnya. Gambar yang menampilkan dirinya dan seorang laki-laki.

Dia Aldi. Foto itu mereka ambil di mana Aldi dulu mengajak dinner untuk pertama kalinya. Riska terkekeh kecil. Teringat dengan Bunda Diana yang selalu punya banyak cara mencomblangkan dirinya dengan Aldi.

Aldi yang baik. Suami idaman bagi kaum wanita. Selalu siap siaga. Selalu ada setiap suka duka. Sampai sekarang Riska selalu merasa bersalah. Ia tidak bisa membalas cinta dan kebaikan Aldi. Ia tahu cinta Aldi begitu tulus terhadap dirinya. Tetapi, entah kenapa hatinya selalu tidak bisa, hatinya selalu menolak.

Cinta memang tidak bisa dipaksakan.

Kabar terakhir yang ia dapat tentang Aldi. Satu Bulan yang lalu pria itu sudah bertunangan dengan teman kerjanya di kantor. Selebihnya, ia tidak tahu. Riska berharap pilihan Aldi adalah pilihan yang tepat, perempuan yang lebih baik dari dirinya. Perempuan yang bisa menerima Aldi apa adanya.

"Karel belum pulang?"

Riska menoleh. Ada Sasha yang berjalan menghampirinya.

"Ini kan quality time nya dia sama anak-anak, Mah. Nanti juga pulang."

Sasha menghela nafas panjang, ikut duduk di samping Riska.

"Iya, sih. Tapi tetep aja Mama masih suka khawatir kalau mereka udah sama Karel."

Riska terkekeh, "Karel udah gede, Mah. Biasanya juga kalau weekend kedua kan quality time nya dia."

"Iya-iya. Kamu terus teleponin dia. Jangan langsung nongkrong. Dia kan bawa anak kecil."

Riska mengangguk tersenyum, "Iya nanti aku telepon Karel."

Riska terkekeh, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Menatap Mamanya yang mulai menjauh. Mamanya masih sama, selalu cemas.

Rutinitas baru. Setiap weekend atau dua Minggu sekali Karel ada jadwal quality time bersama putra-putrinya. Tujuannya agar mereka bisa lebih akrab lagi.

Ini baru jam delapan pagi. Sementara Karel tadi berangkat jam setengah delapan. Riska tahu kapan waktu jam pulang mereka. Begitu pun juga Sasha, beliau padahal tahu jam pulangnya Karel. Tetapi tetap saja selalu merasa cemas.

Drrt.. Drrt..

Riska terkekeh. Baru saja ia akan menelepon. Pria itu sudah telepon lebih dulu.

"Baru aja mau nelepon," ucap Riska mengawali pembicaraan di telepon.

"..."

"Biasa, barusan Mama nanyain. Padahal kan baru berangkat," kekeh Riska.

"..."

"Lagi dimana? Pulang jam biasa kan?"

"..."

"Iya nanti bilang ke Mama."

"..."

"Meet up?"

"Sam--"

Belum selesai Riska berbicara. Pria itu sudah mematikannya lebih dulu. Keningnya mengerut, menatap layar ponsel yang menampilkan room chat dengan Karel. Karel mengatakan jika pria itu bertemu dengan seseorang. Seseorang siapa tapi?

Ting.

WhatsApp.

Karel
⚫ [Pict]

"Mas Daffa?"

***

Hallooo selamat malam.. Aku kembali dengan cerita yang entah berapa lama menggantung.. Ini sebenarnya juga belum selesai.. mudah-mudahan masih ada yang ingat yaaa heheheh
Yukk jangan lupa di vote dan Comment. Semoga syuka❤️❤️❤️

Separate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang