Last Promise

33 6 2
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca

Tidak tahu kenapa, malam ini terasa begitu panjang. Hanya terdengar suara hujan yang tengah mengguyur Busan.

Aku duduk termenung di kursi yang terdapat pada ruang tengah rumahku. Sudah beberapa jam berlalu, dan yang bisa kulakukan hanya diam dengan sebuah kotak kayu kecil berada di pangkuan.

Kotak kayu yang sedikit tua, namun terlihat masih terjaga.

Kugerakkan tangan, membuka penutup atas kotak kayu tersebut. Sebuah bingkai pigura, yang didalamnya terdapat seorang laki-laki tengah tersenyum teduh, seolah menatapku—menyapa netraku.

Perlahan, tanganku membawa foto itu kedalam pelukan.

Hujan masih mengguyur. Bersamaan dengan lelehan hangat dari kedua mataku. Membuat isak tertahan keluar dari bibirku. Dan membawa perasaan rindu berat, tepat menghantam pada dada tengahku.

Rindu terhadap seseorang yang dengan kurang ajarnya—membawa hatiku pergi dan tidak berniat untuk mengembalikan lagi.

Membawa ingatanku melayang pada waktu itu. Waktu dimana dia mengucapkan janji terakhirnya dengan suara yang terbata.

•••

5 tahun yang lalu

"Pertemuan untuk hari ini kita sudahi. Terima kasih atas partisipasi dan kerja keras kalian."

Aku tersenyum. Mengedarkan pandangan pada beberapa orang yang duduk mengitar menghadapku. Mereka adalah pekerja hebat yang perusahaan ini punyai.

Semuanya mengangguk dan balas tersenyum. Merapikan beberapa barang, dan bergegas pergi sembari mengucapkan salam padaku.

Salah satu dari mereka melangkah menghampiriku.

"Tadi sangat luar biasa, Raemi. Kau mengucapkannya dengan hebat, seperti biasa."

"Terima kasih, Haera." Balasku sembari tersenyum lembut.


"Kumohon perhatikan dirimu juga. Kulihat kau selalu mengambil lembur hingga fajar tiba. Jangan terlalu membebani dirimu dengan proyek ini, Rae. Jangan sampai kau terlalu kelelahan. Kau tidak ingin membuat dia khawatir kan?"

"Aku tidak terlalu kelelahan seperti yang kau katakan. Dan aku sudah memberitahu dia agar beristirahat total. Menghubungiku disaat aku menghubunginya."
Kudengar, Haera hanya menghela nafas pelan.

Haera itu sahabatku sejak kami masih menjejakkan kaki pada bangku Junior High School  sampai sekarang.

[Complete] Last PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang