Chapter 1 ; Ello meets Gav
WARNING : GAY STORY, VULGAR, TYPO(S)
SELAMAT MEMBACA 📖
•
•
Ello berjalan pada pinggiran jalan menuju tempat tinggalnya. Dini hari ia baru mengingat naungannya, hanya saja ia pergi dengan waktu yang lama untuk mencari makanannya.
Kota ini kota yang besar, New York. Dimana kini ia berpijak menyusuri jalanan yang tak pernah sepi.
Rambut under cut dengan warna blonde asli, lensa matanya berwarna biru laut. Tinggi badannya 190 cm, dengan tubuh berotot. Tak besar, tapi cukup menggiurkan. Hidung mancung, rahang tegas, kulit putih. Ello menawan juga rupawan.
Tampilannya acak, kaos putih oblong. Dengan jaket kain. Celana jeans robek-robek, membuat kesan ia anak berandal. Usianya? Mungkin baru menginjak 22 tahun.
"Ughhh...".
Mata birunya mencari sumber suara, tepat pada gang sempit disamping tubuhnya, ia melihat seseorang.
Terkulai lemah, tak berdaya. Pakaiannya robek tak beraturan, celananya tanggal sepaha. Begitu miris.
Ello mendekati tubuh itu, ia hanya penasaran dengan apa yang menimpa pria malang tersebut. Tapi biasanya, ia tak pernah perduli akan hal ini. Ia adalah orang yang acuh, tak mau mencampuri urusan orang lain.
"To-tolong". Orang itu meminta tolong saat sorot lampu menyorotnya.
Ello sedikit terkejut begitu ia sampai pada pemuda itu, wajahnya babak belur, hidung serta mulutnya mengeluarkan darah. Tapi bau sperma, jelas begitu menyengat.
Ello sedikit berpikir sebentar sebelum akhirnya ia membawa pria malang itu. Membawanya pada apartemennya yang mungkin bangunan itu akan segera roboh.
"Mandilah, tapi jangan membuang-buang air". Ujar Ello setelah memasukan pria yang ia tolong pada kamar mandinya.
Apartemennya penuh sampah, penuh pakaian. Tak ada sekat sama sekali disana. Hanya kamar mandi yang menyatu dengan toilet yang berbilik.
Setidaknya ruangan sempit itu berisikan konter dapur yang menyatu dengan wastafel disampingnya terdapat kulkas mini yang mungkin usianya sudah tua. Lalu meja makan minimalis dengan satu kursi, juga ranjang Ello. Lalu lemari kayu yang lapuk sebagai tempat pakaian Ello. Sofa usang juga ada. Untuk televisi, Ello tak punya. Begitu juga dengan kipas angin ataupun AC.
Ello mengetuk pintu kamar mandi begitu ia menemukan pakaian pas untuk orang tersebut.
"Pakailah ini, setidaknya masih layak di gunakan dari pada pakaian robek mu". Ujarnya begitu pintu terbuka sedikit.
"Te-terimakasih".
"Hm". Lantas Ello berjalan pada ranjang, membuka jaketnya dan ia lempar pada sembarang tempat. Kemudian ia merebahkan diri dan memainkan ponselnya.
Ia melirik ketika pintu kamar mandi terbuka, pria itu sudah mengenakan pakaiannya yang longgar. Sebatas lutut, dan orang itu tak mengenakan celananya.
"Ce-celananya besar, tak muat".
Ello bangkit, dan duduk. "Letakan saja disana". Sembari memperhatikan pergerakan orang itu, Ello kembali membuka mulutnya untuk bertanya. "Berapa?".
"Hah?".
Ello mendecih. "Cih! Apa harus aku mengulanginya?".
"Ti-tiga". Orang itu tertunduk saat ia paham arah pertanyaan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Angello [BOYXBOY]
FanfictionGav tau ia salah telah menilai Angello sebagai sosok baik seperti seorang malaikat, nyatanya Ello menolongnya dengan maksud tersembunyi. Membuatnya hancur hingga rasanya ia tak memiliki harga diri lagi. Namun Ello, apakah ia mencintai Gav setelah me...