Chapter 3 ; Can I be Your Boyfriend?
WARNING : GAY STORY, VULGAR, TYPO(S)
SELAMAT MEMBACA 📖
•
•
Waktunya tak lama lagi, dan Ello amat tak sabar lagi menanti dimana hari itu tiba. Sedangkan Gav, ia terus memikirkan cara bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat ini, karena ia sudah banyak merepotkan Ello dan membuatnya tak enak. Dari yang memberinya tempat tinggal, makanan, hingga pakaian, Ello benar - benar sosok malaikat. Itu yang dipikirkan Gav selama ini, tanpa tau topeng sesungguhnya yang dikenakan oleh Ello.
Ketika Gav sudah tak lagi memiliki memar pada wajahnya, Ello sedikit terpesona akan kesempurnaan wajah Gav. Tak salah jika Kendrick benar - benar menyukai Gav. Sebenarnya, Ello tak banyak memperhatikan wajah Gav sejak ia menolongnya, yeah salah satu faktornya adalah luka - luka memar Gav dan ia yang lebih sering keluar dari apartemen.
Dan saat Gav kini mengenakan pakaian yang Ello belikan, entah mengapa Gav terlihat sangat tampan yang bekolaborasi dengan paras ayunya. Merasa di perhatikan amat intens, Gav menggaruk tekuk lehernya yang tak gatal. "A-apa aku aneh dengan pakaian ini?". Gav bertanya canggung saat Ello sama sekali tak berhenti menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Tidak, ku pikir kau siapa. kau terlihat berbeda, Gav". Ello menghembuskan nafasnya untuk mengeluarkan asap yang ia dapatkan ketika menghisap rokok.
Gav tertunduk malu, benarkah yang dikatakan Ello itu. "Be-benarkah?".
Ello mengangguk "Ya, dan apa kau tau? aku sedikit kesulitan mencari ukuran pakaianmu karena kau, sangat kecil untuk ukuran pria".
Mendengar ucapan Ello, tanpa sadar Gav cemberut kesal. Ia memang kecil, tapi ia benar - benar tak suka saat seseorang menyebutnya kecil. "Aku tak kecil, hanya kurang tumbuh saja".
Lagi - lagi Ello terpaku dengan Gav, lihatlah wajah itu yang kini cemberut dan merengut kesal layaknya anak kecil. Sangat menggemaskan dan..........manis.
Sepertinya Ello berhasil membangkitkan sisi lain Gav. Dan mungkin masih ada banyak lagi sisi lain Gav yang belum Ello ketahui.
"Aku hanya mengatakan yang sejujurnya Gav". Akhirnya Ello bersuara setelah sekian detik ia diam. "Baiklah jika kau sudah siap, let's go". Ello bangkit dari duduknya dan segera berjalan, memang hari ini ia mengajak Gav berjalan - jalan. Setidaknya ke taman saja sudah cukup bagi Gav.
Gav mengikuti Ello di belakang, matanya dengan takjub menatap kota New York yang memiliki tatanan berbeda dengan kotanya, San Jose.
"Owww...." Gav terkejut saat ia menabrak seseorang di hadapannya yang tak lain adalah Ello, Gav sama sekali tak memperhatikan langkahnya dengan terus menatap pemandangan di sekitarnya.
"Maaf Ello, aku tak sengaja". Gav tertunduk meminta maaf, sedangkan Ello segera menarik tangan Gav agar menjadi berdampingan dengan dirinya. "Kenapa berjalan di belakangku? akan merepotkan jika dirimu hilang nantinya". Ello melanjutkan jalannya dengan tangan mengandeng Gav, ia tak mau barang berharganya hilang begitu saja.
"Maaf". Sekali lagi Gav meminta maaf. Gav memang tipe orang yang sangat mudah meminta maaf meskipun terkadang orang bercanda kepadanya dan ia akan terus meminta maaf.
.
Gav menikmati jalan - jalannya, ini memang bukan kali pertamanya ia datang pada New York tapi kunjungan kedua kalinya ini sangat berbeda. Ya, Gav saat liburan musim panasnya pada sekolah juniornya dulu berlibur kemari bersama dengan kedua orangtuanya, tapi kini setelah sekian tahun tak kemari semuanya sudah banyak berubah. Dan ini bukan tempat yang ia kunjungi dulu. Mengingat kedua orang tuanya, tiba - tiba Gav menjadi sedih.
Ello menyadari jika kini Gav tak lagi di sampingnya, ia segera menoleh kebelakang dan mendapati Gav yang berdiri mematung dengan menunduk.
Ah, jika di pikir - pikir lagi ia belum mengetahui bagaimana cerita kehidupan Gav yang sesungguhnya dan mengapa malam itu Gav bisa mendapatkan pelecehan seksual.
Akhirnya Ello menghampiri Gav dan menyadarkan pria mungil tersebut. "Ada apa Gav? kenapa berhenti? apa kau lelah?". Sederet pertanyaan di lontarkan Ello pada Gav, entah mengapa jiwa sosialnya tergerak begitu melihat wajah Gav yang tak baik - baik saja.
"E-Ello....". Gav menatap Ello begitu ia sadar Ello berada di hadapannya.
Ello justru terkejut saat Gav menatapnya, bagaimana tidak, mata Gav kini bercucuran air mata. "G-Gav? are you okey?". Ello segera menuntun Gav pada kursi taman. Ia tak mengerti apa yang membuat Gav menangis seperti ini. Setelah Gav duduk, Ello segera berlari untuk membeli air guna menenangkan Gav.
Beberapa saat kemudian Ello datang dengan satu botol air mineral untuk Gav. "Minum ini". Ello memberikan air itu setelah ia membuka tutupnya. Gav menerimanya dan ia segera meminun air tersebut.
Ello membiarkan Gav tenang terlebih dahulu untuk beberapa saat sebelum ia melontarkan pertanyaan. Jujur saja, Ello sebenarnya kurang mengerti untuk menghadapi situasi seperti ini karena ia tak pandai menghibur orang yang sedang sedih.
"Maaf membuat mu malu ". Gav bersuara setelah ia tenang, ia tak enak hati setelah sadar banyak orang yang memperhatikan mereka karena dirinya menangis seperti ini.
Ello segera menatap Gav yang tak menatapnya. "Tak apa, aku hanya terkejut karena kau menangis. Apa kau tak suka jalan bersama ku?". Itu yang di pikirkan Ello karena Gav itu memang orang asing yang sama sekali tak ia kenali di tambah ia tak pernah tau bagaimana perasaan Gav yang menyukai atau tidak rencana jalan - jalannya.
"Bu-bukan seperti itu, aku senang bisa melihat kota ini. Hanya saja aku teringat sesuatu". Jelas Gav dengan cepat, ia tak mau membuat Ello salah paham. Yang ada ia senang karena Ello mau menemaninya jalan - jalan begini sejak ia menginjakkan kakinya disini.
"Apa itu sungguh menyedihkan hingga kau menangis seperti itu?". Tanya Ello yang membuat Gav segera menundukkan kepalanya dan meremat botol air mineralnya. "Ya, itu sungguh menyedihkan juga menyakitkan".
Keduanya diam, Gav yang setia menatap botol yang ia genggam sedangkan Ello yang sibuk memperhatikan banyak orang. Meraka tak tau lagi harus membicarakan apa, dan hanya dapat terdiam dengan urusan masing - masing.
Ello bergerak dengan menopangkan tangannya pada sandaran kursi, sedangkan matanya terus tertuju dengan pemandangan dihadapannya. "Aku tau ini terlalu cepat, tapi bisakah aku menjadi pacarmu?". Ungkap Ello yan tentu saja ungkapannya tersebut membuat Gav sangat terkejut. "Apa?!".
Ello lantas menatap Gav yang memandangnya terkejut. "Aku benci jika mengulanginya, tapi maukah kau menjadi kekasih ku?".
Gav masih dengan wajah shock-nya terus memandang Ello. "E-Ello....sungguh aku tak terhibur dengan lelucon mu ini. Tapi te-terimakasih karena mencoba menghiburku". Ya, Gav tertawa begitu canggung. Tak mungkin orang setampan Ello dan sebaik itu menyukai seorang pria juga.
Mata biru Ello mentap dalam mata hazel Gav, hal tersebut membuat Gav duduk gelisah karena tatapan Ello. "Aku serius Gav". Ello menarik tekuk Gav untuk memudahkan dirinya mencium bibir Gav. Setidaknya tindakkannya dapat meyakinkan hati seorang Gaviant Menzies.
-Angello with Gaviant-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Angello [BOYXBOY]
FanfictionGav tau ia salah telah menilai Angello sebagai sosok baik seperti seorang malaikat, nyatanya Ello menolongnya dengan maksud tersembunyi. Membuatnya hancur hingga rasanya ia tak memiliki harga diri lagi. Namun Ello, apakah ia mencintai Gav setelah me...