Kean vs Sean

48 3 0
                                    

Karena setiap masalah bisa diselesaikan dengan baik-baik.

•••••

Menjadi istimewa itu mungkin menyenangkan,

tapi aku nggak pernah butuh itu.

Yang aku butuh,

Kamu bisa ngasih aku alasan untuk kembali percaya bahwa semua orang nggak sama.

"Pagi Ma. Pa?" Merasa ada panggilan dari arah tangga, Sarah dan Tito menoleh kearah putrinya yang telah siap dengan seragam sekolah.

"Hai sayang. Ayo makan. Mama udah buatin nasi goreng kesukaan kamu"

"Em, Ra makan di sekolah aja, Ma. Soalnya harus berangkat sekarang"

"Lho, ini kan masih pagi, Ra. Papa juga belum siap-siap ini."

"Em ada acara mendadak, Pa. Kanara naik taksi aja. Ra pamit ya Ma, Pa. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" setelah bersalaman Kanara segera keluar rumah, sebelum mama dan papa kembali bertanya yang macam-macam.

Hari ini, Kanara memutuskan untuk berangkat lebih pagi. Bukan karena ia ingin jadi anak rajin penunggu kelas atau apa. Ini terlalu pagi dan saat-saat seperti ini cocok untuk menghindari bertemu dengan Kean di koridor, yah walaupun kelas mereka bersebelahan, tapi setidaknya ini salah satu cara yang efektif. Syukurnya, ia tidak kesiangan karena semalam bingung memikirkan semua masalah yang ada hingga baru bisa tidur jam sebelas.

Setelah sampai di depan gerbang, Kanara segera turun dari taksi dan melangkah masuk. Sepi, belum ada yang datang kayaknya. Lagian siapa yang datang pagi-pagi buta juga sih. Ia langkahkan kaki menuju kelas, hanya satu murid yang sudah datang, Reda. Menurut cerita Bunga dalam sesi perkenalan sekolah kemarin, Reda memang anak kutu buku yang rajin berangkat pagi.

Nggak heran sih kalo dia udah dateng jam segini.

Kanara pun perlahan memasuki kelas dan menuju dimana bangkunya berada, tentu di samping Salwa bukan Sean. Sebelum langkahnya sampai di bangku, dahinya menyerit, dari jarak tiga langkah, Kanara bisa melihat ada cokelat, bunga dan selembar kertas di atas bangkunya. Secara spontan, ia lirik Reda yang duduk di samping tempatnya berdiri sedang membaca buku.

Nggak mungkin banget si Reda yang naruh itu semua. Kenalan sama gue aja nggak.

Lalu langkah Kanara semakin mendekat demi melihat dengan jelas apa yang ada di meja. Satu tangkai bunga mawar putih, dua batang coklat dan selembar kertas. Ini siapa yang naruh, atau salah naruh lagi yang mau ngasih. Duh, tanya Reda nggak ya? Tapi dia kan apatis banget sama yang ada di sekeliling dia, kayaknya nggak mungkin juga dia tahu. Tapi buka nggak ya kertasnya? Buka aja deh. Kalo salah bangku jadi gue bisa ngasih ke orangnya.

Dear Rara,

Gue salah apa sama lo sampai lo minta gue ngejauh. Gue nggak papa semisal lo nyuruh gue nraktir lo makan sampai beli seluruh kantin, atau selalu jagain lo dari bola basket di koridor atau sampai nganterin dan nyeritain semua tentang sekolah ini. Asal jangan minta gue buat nggak lagi di sekitar lo, gue nggak bisa buat itu.

Gue tahu kita baru kenal kemarin, tapi jujur gue ngerasa nyaman dan pengen untuk deket sama lo lebih jauh lagi dari yang sekarang.

Maafin gue ya kalo ada salah,

Keano Satria Pratama

Kean?

Kanara mendongakan kepala dari kertas itu dan menatap bunga juga coklat di atas meja. Seketika ia kembali terkejut menemukan Kean berada dibalik kaca yang lurus dari tempatnya berdiri. Mendapati Kanara yang memandangnya, Kean berjalan memasuki kelas.

KeanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang