Hari sudah malam bahkan sinar rembulan enggan muncul bersama bintang, namun keadaan berbeda di dalam istana. Seluruh keluarga kerajaannya beserta sayang dan abdinya berkumpul. Aula istana penuh dan ricuh. Bukan karena bisingnya kerumunan manusia, tetapi cekcok yang terjadilah yang membuat suasana menjadi ricuh dan panas.
"Aku katakan sekali lagi bila tidak ada yang mengaku makan aku titahkan untuknya dihukum cambuk dan pengasingan seumur hidup!"
Sang Raja berteriak tegas, namun matanya tertuju pada satu objek. Istri pertamanya, Sang Ratu Estefani. Sementara itu, Sang Ratu hanya menatap datar orang yang sedang dalam emosi itu.
Hening melanda.
Tidak ada yang berani bicara, semuanya tertunduk. Sementara sebagian orang di sana sudah tidak tahan ingin membuka suaranya.
"Kalau begitu kenapa tidak langsung cari saja pelakunya? Bukankah mudah untuk Ayah melakukannya?"
Kini semua mata tertuju pada sumber suara. Salah satu --mantan- calon Putera Mahkota. Ia memandang lurus pada netra Sang Raja tanpa rasa takut, bahkan nyaris terlihat tidak minat memandang sosok terhormat itu.
Di lain sisi, Sang Raja nampak makin terbakar emosi atas perkataan anaknya. Suasana ini seperti deja vu bagi Sang Raja, pikirannya terbawa ke satu tahun lalu saat acara debutan kedua putra kembarnya. Bagaimana bisa anak kesayangannya yang kalem dan manis kini menjadi layaknya seorang bajak laut pemberontak. Sorot matanya yang dulu memandang malu-malu dengan cerah kini bisa memandang dengan nyalang bahkan merendahkan seperti sekarang.
Dengan gigi yang bergemeletuk, Raja mengangkat tangannya, siap untuk menghardik Sang Pangeran.
"Mohon ampun Yang Mulia. Dengan segala hormat, hamba hendak menyampaikan berita perihal Selir Rosetta," ucap seorang abdi yang tiba-tiba datang dengan bersujud di hadapan Sang Raja dengan seorang lainnya."Bicaralah," titah Sang Raja.
Maka dengan titah Raja, tabib itu berbicara dengan mulut yang bergetar sarat akan ketakutan. "Ampun Yang Mulia. Kami menemukan racun pada darah selir dan ruam hitam di beberapa bagian tubuhnya. Sepertinya beliau di racun oleh sihir hitam."
"Omong kosong apa itu?! Cepat selidiki siapa yang menaruh racun pada selir."
"K-kami sudah menyelidikinya dan kami menemukan racun yang sama di kediaman Ratu. Juga berkas sihir yang sama ditemukan di sana oleh penyihir kerajaan."
Semua yang ada di sana nampak terkejut, termasuk Sang Ratu.
"Bagaimana bisa kalian lancang sekali memasuki kediaman ku apalagi kalian melakukan penyelidikan sendiri tanpa pengawasan dari penyidik maupun prajurit istana."
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Case || NCT
Historical FictionPutera Mahkota yang tidak percaya sihir dan mitologi harus dihadapkan dengan vampire dan werewolf untuk menyelesaikan kasus agar bisa kembali ke istana. Keadaan makin runyam kala ia harus menerima jika kembarannya adalah seorang wizard. Mereka haru...