3. Am I Running Into Fate?

23 19 5
                                    

  



  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Troye bergegas pergi ke kamarnya untuk membawa barang yang sekiranya berguna untuknya dan Travis selama mereka di luar istana. Mungkin beberapa potong baju hangat dan mantel serta permata dan koin emas cukup untuk tinggal paling lama tiga bulan di desa?


Pangeran bersurai hitam kelam itu menghela napas. Ia sungguh tak menyangka selama enam belas tahun hidupnya, baru kali ini kakinya menginjak tanah di luar istana. Untuk pertama kalinya ia mengenal dunia luar. Untungnya ia tak perlu khawatir tentang pandangan orang luar istana padanya, karena baik ia, Travis, maupun anak selir belum ada yang menampakkan wajah secara gamblang pada orang luar istana. Bahkan di pesta debutan mereka tahun lalu mengenakan topeng sebagai dresscode-nya.


Troye mengangkat tasnya, bersiap untuk pergi dengan kuda. Ia pun berlari dengan tenang menuju kandang kuda. Namun baru saja keluar lewat pintu belakang paviliun, seseorang menghadangnya. Anak ketiga raja dari selir pertama, Adrian Keith.


"Ada apa gerangan kau berdiri di sini Keith?" desis Troye tak suka.


"Maaf menghalangi jalanmu, tapi aku hanya ingin ikut untuk membantu Kak Travis," balas Adrian kalem.


Troye nampak tak suka dengan apa yang baru saja adik tirinya lontarkan. Ia pikir ini hanya masalahnya dan Travis saja.


"Tenang saja. Aku tidak akan menyusahkan dan membantu apapun sebisaku. Aku janji."


Karena tak ingin berdebat dan segera pergi menyusul Travis, Troye pun mengiyakan permintaan Adrian.


"Lihat! Ini kandang kuda kesayangan Nak Travis. Dilihat dari tapak kudanya sepertinya ia menuju utara," sahut Adrian ketika mereka melewati kandang khusus kuda kesayangan pangeran kedua itu.


Maka dengan cepat mereka melakukan kudanya menuju utara mengikuti jejak Travis dengan Adrian yang memimpin. Sedikit penyesalan Troye rasakan karena tidak menyimak pelajaran berkuda maupun berburu dengan baik. Sekarang ia tahu kalau pelajaran itu akan sangat berguna untuk hal-hal semacam ini.


Setelah sekitar setengah jam berkuda ke arah utara, tiba-tiba kuda yang dikendarai Adrian melambat.


"Ada apa?" tanya Troye gusar.


"Kita kehilangan jejaknya. Jejaknya mulai memudar dan hilang di sini. Akan lebih baik kita berhenti dulu, mencari tanah yang agak lapang dan membuat api. Esok hari ketika fajar muncul, kita akan bergegas mencari Kak Travis lagi," terang Adrian.

This Is Our Case || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang