Kayra menatap Kajeendra tak percaya,"Lo beneran Amnesia?"
"Hmm.."
Kedua mata Kayra tampak memerah seperti akan menangis,"Se-setidaknya jangan lupain gue juga, dong~"
Kajeendra memutar matanya malas,"Ya namanya juga amnesia, gue gak punya kuasa buat milih-milih mana yang bakal gue lupa dan inget. Syukur-syukur gue masih inget nama gue."
"Iyaa tauu, tapi kan..hiks..hiks..setidaknya lo baik-baik aja."
Sekarang gadis itu malah menangis. Kajeendra jadi bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tak tahu caranya untuk membuat seseorang berhenti menangis. Tapi kalau membuat orang lain menangis lain cerita, itu hal mudah baginya. Jadinya ia mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk kepala Kayra pelan namun dengan raut wajah datar.
Setidaknya ia berusaha.
"M-maaf, gue gak bermaksud nangis."
"Hmm, udah puas nangisnya sekarang?" tanya Kajeendra saat gadis itu menghentikan tangisnya sembari membersihkan airmata dari wajahnya menggunakan tissue yang selalu ia bawa.
"Kahin, lo serius gak apa-apa kan?"
"Menurut lo?"
Hening sejenak.
Jujur saja Kayra merasa agak canggung karena sahabatnya terasa berbeda. Ia seperti orang lain yang tidak dikenal. Tatapan matanya pun lebih terlihat tajam dan percaya diri, berbeda dari biasanya. Bahkan cara berbicaranya pun beda, jika biasanya ia terkesan sopan dan ramah tapi kali ini malah lebih ke kasar. Kahindra memang dikatakan masuk rumah sakit sekitar dua minggu lebih tapi masa iya langsung bisa merubah kepribadian seseorang begini?
Atau ini hanya perasaannya saja?
Kajeendra sendiri mengangkat sebelah alisnya saat mendapati Kayra terus menatapnya seolah tengah menyelidiki.
"Apa?"
Kayra kaget dan menggeleng cepat, "Gak, gue hanya ngerasa lo beda aja."
"Oh, pengaruh amnesia kali."
"Mungkin begitu," Kayra menyetujui, matanya tak sengaja melihat telinga gadis itu yang dipenuhi tindik. Sejak kapan Kahindra menindik telinganya sebanyak ini?
Mungkin lebih tepatnya sejak kapan Kahindra berani menindik telinganya?
"Sejak kapan nindik, Kahin? Gue pikir lo takut jarum."
Ucapan Kayra membuat Kajeendra jadi berdehem pelan.
Benar juga, ya.
Setelah dipikir-pikir Kahindra itu penakut. Terutama dengan jarum suntik. Jadi tentu saja anak itu tak memiliki tindikan sama sekali, apalagi sampai sebanyak ini. Mungkin harusnya ia mengikuti ucapan pria tua itu untuk melepas tindiknya, tapi tak nyaman sekali jika telinganya kosong.
"Cuma pengen rubah tampilan aja sih. Gak cocok, ya?" kilahnya beralasan.
Kayra menggeleng sambil tersenyum, "Cocok banget, kok. Lo jadi keliatan makin cantik."
"Ngomong-ngomong, dari tadi gue diliatin mulu. Udah kayak hewan sirkus aja. Kepo atau gimana, nih?" kata Kajeendra lagi tapi suaranya sengaja di keraskan agar didengar oleh siswa-siswa dikelas.
"Soalnya kasus lo yang lompat dari gedung lama bener-bener bikin gempar sekolah, Kahin. Gue aja kaget, kok lo gak cerita kalo ada masalah, kenapa malah milih buat ngelakuin hal itu, sih?"
"Lo percaya gue coba bunuh diri?"
"Dulu mungkin gak tapi beberapa bulan ini sikap lo berubah. Jadi gue gak yakin," Jawab Kayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
K for Kajeendra
Teen FictionKajeendra- gadis brutal yang tak dianggap keluarganya sendiri, terpaksa harus kembali pulang untuk membantu saudari kembarnya-Kahindra. TRIGGER WARNING..! NOT FOR CHILDREN UNDER 13