Jakarta, 15 Juli 2021
Tepat malam Jum'at ini kisah pendek itu diceritakan oleh seorang seniorku, Kak Desya. Pendek namun mampu membangkitkan rasa ketakutan kami, kecuali satu siswi yang sedari tadi hanya melamun membaca majalah bobo versi tahun 90an sembari makan lollipop yang ia bawa dari rumah. Siapa lagi kalau bukan Tarissa Eissa, cewek berambut bob yang menggunakan kacamata ala-ala artis korea yang sedang trend di masa kini.
Sebetulnya Tarissa mendengarkan cerita tersebut dengan seksama, namun ia lebih memilih untuk tidak mempercayainya sedikitpun, berbanding terbalik dengan Maudy yg sepertinya sudah pucat pasi. Pasalnya, Maudy punya adik yang bisa "melihat mereka" dan adiknya sering menceritakan yang ia lihat kepada Maudy. Parahnya, walaupun penakut Maudy tetap penasaran akan hal seperti itu.
Hayooo, kelakuan siapa niih?
"Tar, kenapa nunduk? Takut yaa?" Tanya Kak Desya menggoda. Spontan Tarissa mendongakkan kepalanya dan dengan enteng bilang "Lagi baca majalah bobo kak! Seru looh, mau baca enggak?". Plak! Kak Desya lantas menepuk jidatnya. "Walah, kirain takut toh ternyata oh ternyata ga dengerin" jawab Bila sembari menjitak Tarissa diikuti siulan menggoda dari kawan-kawan sekamarnya. "Dengerin, tapi aku enggak percaya!" Seru Tarissa dongkol.
"Eh, maksudmu kamu enggak percaya sama cerita itu?" Tanya Finnea. "Iya, buat apa toh? Gaada hubungannya sama aku." Jawab Tarissa enteng. Kak Desya mengangguk lalu berkata "Tidak apa-apa jika kamu enggak percaya, tapi biasanya yang meremehkan inilah yang akan kena batunya." Jawaban itu membuat teman-teman lain merinding ketakutan.
"Yasudah, sekarang daripada takut enggak jelas, meding kalian tidur aja. Besok akan aku bangunkan, kalian gak boleh telat atau nanti kalian bakal berurusan sama ketua osis." Kak Desya meninggalkan ruang kelas yang kami pakai untuk menginap sementara di sekolah setelah memberikan instruksi untuk tidur.
"Tarissa, yakin nih kamu gak mau percaya? Enggak takut kena karma?" Yuniar bertanya takut-takut, antara tidak enak mendengar seruan dongkol Tarissa tadi atau masih takut dengan perkataan Kak Desya tadi. "Kenapa sih kalian percaya takhayul gituan? Ga mungkin lah! Masa gara-gara Ranking 4 bisa jadi bunuh diri kayak gitu? Dari awal aku rasa anak itu udah stress gara-gara orangtuanya. Dan, semua anak yang mendapat rangking 4 atau yang ada unsur empatnya pun kecelakaan atau meninggal karena takdir bukan karena mitos" Tarissa menjawab seperti itu karena dia yakin tidak ada apa-apanya dengan angka 4.
"Percaya banget sih sama hal gituan, itu kan cuma kepercayaan dan budaya orang Asia Timur, kenapa kita jadi nanggepinnya serius?" Tanya Tarissa. Yang lain hanya mengangguk, betul juga ya. "Eh! Masih kedengeran suara di kamar 3, tidur atau saya suruh kalian semua balik ke lapangan?!" Kak Hamid, wakil ketua osis kami. Ia berseru galak dari luar kelas, mungkin suara kami terlalu heboh sehingga terdengar hingga koridor. Setelah itu, Finnea langsung mematikan lampu dan menyuruh kami semua tidur.
Pukul 01.30 pagi
Pintu kami digedor sangat keras oleh seorang senior dan ia lantas berteriak "WOY BANGUN, ENAK AJA LU MASIH TIDUR JAM SEGINI!" Suaranya yang terdengar nyaring dan menyebalkan terdengar hingga kamar kami. Dengan setengah mengantuk, takut dan terburu-buru kami bangun dan mengambil perlengkapan , senter dan nametag aneh. Foto dengan pose lucu, tali permen dan nametag yang bertuliskan nama kami, cita-cita, visi-misi, dan lainnya.
Ternyata yang tadi meneriakki kami adalah Kak Maggie, kakak kelas yang kami takuti sejak kedatangan kami ke SMA Soleil ini. Wajahnya jutek dan tidak bersahabat serta intonasi suara yang keras dan terdengar sedikit arogan. Dia sepertinya adalah tipikal agit menyebalkan.
Ketika kami sampai di lapangan, semua senior telah berbaris di depan. "Ada yang bisa tebak kenapa kalian dibangunkan jam segini?" Tanya ketua osis kami dengan intonasi suara yang mengerikan. Kami diam saja, jujur tidak ada yang berani menatap langsung. "Nunduk aja lu pada, nyari duit?" Tanya Kak Fasya, Ketua MPK SMA Soleil. "Haduh, yasudahlah sekarang kalian harus jalan memutari sekolah kalian sebanyak 1 kali, lalu jalan ke aula melalui koridor belakang dekat parkiran motor." Perintah Ketua Osis kami, Kak Willa. Spontan kami begidik ngeri, rute yang mengerikan mengingat sekolah kami cukup gelap dan ada misteri-misteri yang belum terpecahkan.
"Dah, cepetan! Siapa mau duluan?" Tanya Kak Derren. Sambil berbisik, Finnea bertanya "Sa, gak mau duluan? Katanya berani?" Nadanya sedikit meledek. Spontan setelah Finnea bertanya, aku mengangkat tangan setinggi mungkin.
Seluruh senior, bahkan semua teman-teman angkatan menoleh kompak kepada Tarissa. Tatapan para senior menunjukkan keterkejutan serta beribu pertanyaan dalam tatapan mata mereka. Teman-teman menatapnya salut serta bergidik ngeri "ini anak kok berani banget deh?" Mungkin itu yang ada di pikiran mereka.
"Lu yakin enggak takut dek? Udah tau kan cerita tentang sekolah ini? Dan soal rangking 4?" Tanya Kak Willa menatap Tarissa ngeri serta bingung. "Tau kak, tapi saya gak percaya mohon maaf" jawab Tarissa, terlalu percaya diri dan berani. Kak Willa menatap Tarissa sedikit ketakutan, pasalnya ia tahu biasanya yang meremehkan yang akan kena batunya. Karena, di angkatannya sudah ada 5 orang yang tewas dan dikaitkan dengan mitos ini.
"Hmm, yasudah. Sekarang jalan, jangan berteriak, menangis, berisik, memukul atau menendang yang lu lihat." Kata Kak Willa. Tarissa mengangguk kecil lalu segera berjalan santai, benar-benar santai. Raut wajahnya menunjukkan ekspresi biasa namun diiringi senyum tipis sembari berdiri tegak. Dia benar-benar percaya diri.
Sepanjang perjalanan, Tarissa tertawa kecil melihat kakak-kakak kelasnya yang cosplay menjadi hantu, "akting yang buruk" gumam Tarissa kecil. Namun, tidak lama setelah itu Tarissa melihat tak jauh di depannya ada suara sayup-sayup meminta tolong padanya. Suara seseorang perempuan sebaya dengannya. Tarissa segera menghampiri sumber suara tersebut, datangnya dari halaman depan sekolah. Setelah sampai, ia melihat seorang perempuan tergeletak tak berdaya disana.
Ketika ingin menghampiri gadis tersebut, tiba-tiba salah seorang senior yang sedang "menyamar" menjadi hantu menghampirinya. "Dek, kamu salah arah. Sini kita balik ke sekolah, kamu sudah hilang 20 menit." Tarissa mengerutkan dahi, sebelum ia ingin menengok ke belakang, senior yang bernama Kak Hawya itu berkata "Jangan ditengok dek, jalan aja terus."
Tanpa Tarissa sadari, ia telah melihat sosok dari Kelia Erisce....
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranking 4
HorrorDalam kepercayaan Asia Timur angka 4 adalah angka sial, apakah semua itu benar? - Di SMA Soleil, Ranking yang mengandung unsur angka 4 adalah hal yang paling dihindari oleh semua murid. Hal ini dikarenakan setiap murid yang mendapat ranking yang...