"What? Dijodohkan?"
"Iya" jawab wanita berumur hampir 50 tahun. "Tapi bun, aku ngga mau" tutur sang anak.
Namun bundanya sama sekali tidak menghiraukan ucapan dari anak tengahnya.
"Ayah, bunda pasti bohong soal ini kan?" Namun yang ditanya hanya menghela nafas.
Sejujurnya ia pun tidak mau anaknya menikah dengan orang yang belum ditemui secara langsung, namun apa daya suami takut istri.
"Ngapain bunda bohong sama kamu lagipula ini juga demi kebahagiaan kamu."
"Tapi April masih umur 19 tahun bun, masih ada impian yang harus April kejar..."
April Marlia Lachaya, biasa dipanggil April. Pada tahun ini ia baru saja menginjak umurnya yang ke-19 tahun.
Bukannya mendapatkan hadiah mobil atau rumah dari kedua orang tuanya, melainkan ia mendapat pernyataan bahwa ia akan dijodohkan oleh anak teman arisan bundanya.
Sungguh mengesalkan bukan?
April ingin menolak tentang perjodohan ini, namun ia sadar bahwa mungkin ini salah satunya meringankan ia sebagai beban keluarga.
"April dengerin bunda dulu. Kamu tidak akan langsung menikah dengannya pada tahun ini, melainkan kalian bertunangan dulu. Baru setelah kamu lulus sebagai sarjana bunda dan Bu Ratih akan menikahkan kalian berdua" penjelasan dari bundanya membuat hati April melunak masalah tentang perjodohan ini.
Pada usianya saat ini April sudah memasuki semester 2 di jurusannya. Ia berkuliah di Universitas Gadjah Mada yang bertempat di kota Yogyakarta dan mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
"Kenapa ngga kak Febry aja yang dijodohkan bun?" Tanya April kepada bunda.
"Kakakmu sudah bilang ke bunda bahwa ia sudah punya calon sendiri" jawaban dari bundanya membuat kedua bola mata April membulat sempurna.
Shiaaa...
"Terus bunda percaya sama kak Febry?"
"Anak sendiri kok ngga dipercaya, lagipula kakakmu sudah gede pasti dia bisa cari jodohnya sendiri."
Jarak April dengan kakaknya hanya terpaut 2 tahun saja, namun kalau dari segi pikiran terkadang masih kekanakan. Karena itulah bunda dan ayahnya memutuskan untuk menjodohkan ia dan anak teman arisan bunda.
"T-tapi bun.." April belum sempat menyelesaikan kalimatnya namun sudah dipotong oleh sang bunda.
"Saiki wes bengi, kono gek turu. Ojo lali dongo ndisek."
April pun hanya mengangguk lemah, lalu ia berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai 2, tepat di sebelah kamar Juli, adik bungsunya.
***
"Aaaa, bunda jahat" ujar April frustasi sembari menendang kakinya ke udara.
Namun kekesalan ini hanya sementara hingga ia mendapat notifikasi yang berasal dari ponsel berlogo pisang miliknya.
Tanpa basa-basi April langsung membuka notifikasi tersebut dan langsung mengarah ke room chat tersebut.
Ia membaca pesan itu dengan tersenyum sendiri, ada rasa menggelitik di bagian perutnya yang menandakan baper and salting.
Baper kok ya sama ketikan..
"Bisa romantis juga dia" ujar April.
Namun perasaan senang itu hanya bersifat sementara ia kembali teringat ucapan dari bundanya tadi.
Kamu akan dijodohkan.
Pikirannya dihantui oleh perkataan itu terus.
Putusin ngga ya?
***
Hello everyone...
Welcome to my story, hehe im sorry to readers, i unpublished the previous story because at that time I was still not good at writing this story.
And I hope you enjoy my latest story!
Happy reading all😼🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Relationship
Teen FictionBagaimana perasaan kalian jika hubungan virtual yang kalian jalani menjadi hubungan di atas buku nikah? April benar-benar tidak bisa berfikir jernih, bagaimana ia bisa menikah dengan seseorang yang di temuinya melalui aplikasi chat dan yang menjad...