two

3K 443 53
                                    

Matamu terbuka dengan perlahan, menatap sayu langit-langit kamar. Terbangun bukan karena keributan atau dibangunkan, namun karena mimpi indahmu baru saja berakhir.

Ketika mendudukkan diri, kasur, selimut— tidak— seisi kamar yang asing menyapa penglihatanmu. Sepertinya sudah pagi.. atau siang. Kamu tak yakin. Tirai merah yang menutupi jendela kamar membuat cahaya luar yang cerah menjadi lebih tenang.

Kamu menelan ludah dengan kesulitan. Serpihan ingatan dari hari itu menyusun diri mereka sendiri di kepalamu; perampok yang mengacaukan seisi rumah, memecahkan barang-barang, bahkan sepertinya tidak tertarik untuk mencuri apapun. Kamu dipaksa kembali ke kamar oleh ayahmu, sebagai upaya perlindungan.

Kemudian orang-orang bertopeng yang datang ntah dari mana, menghabisi para perampok dengan gesit tanpa makan banyak waktu.

Lalu ingatanmu berlabuh pada pemilik sepasang iris biru laut yang kelam dengan sorot tanpa emosi.

"Ojou-chan,", sapa suara yang sekilas terdengar riang. "Apa tidurmu nyenyak?"

Kamu menoleh dengan cepat, degup jantungmu sudah mulai bertingkah. Cemas dan takut mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Suara itu berasal dari orang yang baru saja melintasi kepalanya.

Tidak banyak berbeda dari waktu itu, sang pemuda tetap mengenakan senyum ramah yang bertolak belakang dengan mata dinginnya.

"Di mana aku?" tanyamu hati-hati. "S-siapa kau?"

"Penginapan Wangshu," jawab pemuda itu. "Oh, aku Tartaglia, tapi kau bisa memanggilku Tuan Muda."

Kamu mengernyit. Orang macam apa yang memintamu memanggil sebutan "tuan muda" setelah baru saja bertemu.

Kamu juga tidak tahu di mana itu penginapan Wangshu. Apa itu masih di Liyue? Kamu sedikit panik. Apa jangan-jangan kamu telah diculik dan dijual ke negeri yang jauh?

Suara besar tawa Tartaglia menyadarkan kalau kamu baru saja menyuarakan isi pikiranmu. Wajahmu sedikit panas karena malu.

"Kita masih di Liyue, Nona. Dan, apa ini kelihatan seperti penculikan? Penculik mana yang membiarkan tahanannya tidur di penginapan terindah di Liyue?"

".....aku tidak percaya padamu."

Tartaglia kembali tertawa. "Jujur sekali! Aku suka."

Percakapan yang tidak penting ini membuatmu semakin gelisah. Ada sesuatu yang tidak beres, itu pasti. Tapi kamu tidak tahu apa tidak apa untuk bertanya. Selain itu, kamu tidak mempercayai orang di depanmu ini.

"Baiklah! Langsung pada intinya saja."

Walau raut wajah Tartaglia tidak menunjukkan keseriusan (justru, ia masih tersenyum seperti biasa), kamu merasa ia sedang sangat serius.

"Aku akan membawamu ke Snezhnaya atas perintah yang mulia Tsaritsa."

Snezhnaya? Dahimu berkerut. Apa itu? Sebuah tempat?

"Oh, dan aku sedang tidak meminta izin darimu sekarang," ujar Tartaglia, seolah tahu kamu hendak menolak. Masih dengan nada ringan dan santai tanpa dosa. "Kau akan ikut denganku, bahkan jika kau tidak mau."

"Jadi kau memang berbohong," katamu memicingkan mata. "Ini penculikan."

"Tepatnya upaya penyelamatan," koreksi pemuda dengan topeng di salah satu sisi kepalanya itu.

Kamu terperangah. Topeng?

Saat itulah kamu menyadari sesuatu. Topeng
yang mengingatkanmu pada orang-orang itu.

The Riptide | Tartaglia/ChildeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang