#Acha
Bintang-bintang mulai terlihat di langit malam. Meski hanya beberapa, namun jangan tanya bagaimana indahnya. Bukannya aku tidak bisa menjelaskan atau apapun itu. Hanya saja saat ini aku sedang tidak punya banyak waktu untuk itu.
Malam ini aku mengenakan gaun navy semple selutut yang indah. Juga mengukir sedikit rambutku dan membiarkannya tergerai. Jangan tanya betapa cantiknya aku saat ini. Karna pada kenyataannya aku memang cantik bukan?
Aku bergegas menuju pintu belakang rumah Dava. Sudah kebiasaanku sejak kecil, masuknya selalu lewat pintu belakang. Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk itu sih. Hanya saja kalau harus lewat pintu utama, lebih sering terkunci. Jadi Paman berpesan, aku bebas keluar masuk lewat pintu belakang. Hebat bukan?
Aku beranjak memasuki rumah Dava.
"PAMAAN??!" Aku bersorak kegirangan, berlari mendekat dan memeluk lelaki paruh baya itu erat. Sudah beberapa hari ini aku tak melihat Paman Ferdi.
Paman Ferdi terkekeh pelan, membalas perkataanku. "Acha kok makin gemukan ya?"
Aku melepas pelukan, merenggut sesaat. Lalu tertawa riang. "Paman ih, Jahat! Oh ya, sejak kapan paman balik? Acha kok ga liat?"
"Baru aja, 2 jam yang lalu. Acha kok tumben cantik begini? Mau kemana malam-malam?"
"Yeee, Acha memang selalu cantik, paman. Malam ini Acha mau pergi ke pesta ultahnya temen Acha!"
"Sendirian? Sama Dava kan?"
"Iya, bareng Dava kok! Oh iya paman, Dava-nya mana? Udah siap-siap?"
Gatau tuh, sibuk di kamarnya dari tadi."
"Kalau gitu Acha mau cek Dava dulu!"
Aku langsung meninggalkan paman di dapur dan melangkah ke pintu kamar Dava.
"DAVAAA!!" Aku mencoba membuka pintu kamarnya. Ah, dikunci seperti biasa. Aku mengetuknya keras. "DAVAAA!"
Tidak ada jawaban.
"DAVAAA!!"
"DAVAAA!! BURUAANN!"
Pintu kamar pun dibuka dan langsung memperlihatkan Dava yang menatapku sebal di ambang pintu. "Apaan sih, Ribut banget!"
"LAAH? DAVAA?" Aku berteriak histeris keheranan. Tak percaya melihat Dava yang masih mengenakan kaos putih dan celana merah pendeknya. "Dava kok belum siap-siap???!"
"Gue ga ikut," Tanpa basa-basi Dava langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar.
"DAVAAA! Kok gitu sih! Kan kita udah janji sama Zaraa!!"
Samar-samar terdengar jawaban dari dalam, "Lo yang janji, bukan gue."
Aku kembali mengetuk pintu kamarnya. "DAVAAA! AYOO PERGII!!"
Masih tidak ada jawaban. Aku menyerah. Dasar Dava!
Aku merengut kembali ke dapur, menemui paman.
"Loh? Tadi bahagia aja, kok sekarang wajahnya jadi cemberut gitu?" Paman bertanya pelan.
"Pamaaan!!" Aku merengek kesal. "Dava tuh!"
"Kenapa dengan Dava?"
"Masa dia gamau pergi paman! Acha mau pergi sama siapa coba?"
"Dava ga mau?" Paman memastikan.
Aku kembali merengut. Menggeleng.
"Davaa!!" Paman berseru, Memanggil Dava.
Hanya soal waktu, Dava pun muncul. "Kenapa pa?"
YOU ARE READING
SEBERANG [2021] - [On Going]
Teen Fiction[REVISI PAS TAMAT] just read :) Ini soal Acha dengan kesabarannya, dan juga soal Dava dengan segala 'ketidak peduliannya' ini memang bukan kisah biasa, namun ini kisah tanpa aturan, #kisah-POV jangan ketipu sama bab-bab awalnya ya guys...