romansa kasih kisah klasik.
***
Warn!!
1. terkadang menggunakan pov (point of view) dari Gelora.
2. bukan apa apa ya, tapi kalau tiba tiba jijik silahkan tinggalkan cerita ini.
THAQUUU!!!
...
Kau datang kembali Sesaat dan pergi lagi Di saat diriku Terbiasa tuk sendiri
Katakan padaku Kau ingin tetap disini Tak hilang Tak ingin Tinggalkan diriku lagi
Sulit bagiku menghindari Terbawa rasa di hati
Kasihku Pergi yang jauh Tinggalkan aku
Jangan buatku Merana sendiri Karena ku tak bisa Memiliki dirimu
Bila kita takkan mungkin bersama Buat apa dirimu Muncul terus di hidupku Kasih (oh kasih)
Pergi yang jauh (pergi yang jauh) Tinggalkan aku Jangan buatku merana karena kau di sini (merana karna kau disini)
Kasih ku...
Pergi menjauh - Marion Jola
***
letak kesalahanku adalah berharap semua baik. kehadiranmu kali ini menggugah hasrat candu yang sungguh ingin ku pendam jauh. namun, pada akhirnya aku tetap menjadi wanita. dimana mengutamakan perasaan daripada kenyataan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa beri kritik dan saranmu! Bila menyukai cerita ini berikan vote untuk apresiasi. Terima kasih ! ❤
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
👆👆👆 .
Tawa Restu menggelegar. Guyonan Candra dan Hendra yang receh mampu membuatnya terpingkal - pingkal, membuat beberapa siswa maupun siswa mrngernyit aneh melihat selera humor pentolan sekolah yang sangat - sangat rendah.
"Trus masa pas gue kasih,," Candra memeragakan tangannya seperti memberi sesuatu, "Bapaknya bilang gini, udah mas lebih butuh." lalu memasang wajah kesal tapi aneh.
"BANGSAT!" Hendra menggebrak meja heboh disusul tawa tak senonoh, "Candra miskin BHUAHAHAHHA."
Laskar dan Ten sudah angkat tangan. Sedangkan Restu masih tertawa. Jendra akhirnya memberi celetuk kermatnya.
"Akhirnya misteri ini terpecahkan." ucap Jendra dengan nada serius ala detektif - detektif. Tangannya dilipat ke belakang kepala untuk menjadi tumpuan dan bantalan. Santai.
Laskar yang tadinya mengunyah gorengan pun menjeda kunyahannya, "Apaam mang, Jem?"
Jendra mengelap meja yang terkena magic water Laskar menggunakan dasi Katen, "Seperti yang tuan - tuan herankan, misteri ini selesai."
"Apaan si?"
"Gak heran gitu Bu Kokom ngasih gelar tiga lingkaran sekop."
"Maksudnya?" tanya Ten yang masih kebingungan.
"Pekok amat sih lo, X." umpat Jendra, "Gini loh, Candra, Hendra sama Restu kan kalau ngereceh tuh receh banget. Trus jatohnya aneh. Gue aja yang temen mereka kadang jijik." lanjut Jendra agak berbisik.
Katen kembali membawa jus semangka andalannya. Bahkan dari stan jus yang berada di ujung kantin ia bisa mendengar tawa tiga temannya itu.
"Awas loh ya, kata nenek gue sih kalau kebanyakan ketawa nanti malemnya nangis." celetuk Katen tiba - tiba. Membuat Candra, Hendra dan Restu menghentikan tawa dalam sekejap.
Restu berdeham, "Bacot lo semangka! Gada yang begituan." bantahnya tak terima.
Katen mendengus tak peduli atensinya kini berubah ke dasinya, "Kok dasi gue jadi ada coraknya gini?" kernyitnya.
