He's Already Gone

202 9 0
                                    

Bagian 1
Dia Telah Pergi

Berita tentang kecelakaan maut itu telah tersiar di beberapa stasiun tv. Seorang pemuda dinyatakan meninggal di tempat, sedangkan pemuda yang lain selamat. Hasil analisis kejadian itu menyatakan bahwa mobil yang mereka kendarai sebelumnya beberapa kali kehilangan kendali, dan menabrak pembatas jalan hingga jatuh ke jurang yang sangat dalam.

Terlalu mengerikan jika dipikir-pikir, membuat siapa saja akan merasa terpukul atas kejadian naas tersebut. Termasuk orang-orang terdekat mereka dan terutama keluarga mereka, yang saat ini tengah mengikuti upacara pemakaman. Dalam balutan pakaian serba hitam, tangis pilu mengiringi pengantaran jazad pemuda itu ke peristirahatan terakhirnya.

Langit mendung mulai menjatuhkan hujannya, semakin lama dan semakin deras. Diantara sanak saudara dan keluarga pemuda malang itu, seorang pemuda yang selamat tampak memeluk timbunan tanah bertaburkan bunga; yang ternyata adalah sang kekasih. Tak peduli saat ini derasnya rintik hujan yang mengguyur tubuhnya, nama sang kekasih terus disebutnya dalam tangis kehancuran.

Sesal dan bersalah ia rasakan di waktu bersamaan, kata maaf, pun terus terucap berulang-ulang. Jika dibandingkan dengan sakitnya luka fisik yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya saat ini, rasa hancurnya tersayat kenyataan harus kehilangan sosok yang sangat dicintainya lebih menyakitkan dari itu. Satu kaki yang patah, bukan apa-apa. Kepala yang bocor, juga bukanlah apa-apa. Penyesalannya jauh lebih menyakitkan.

Karena jika bukan karenanya, mungkin saja sang kekasih tidak akan pernah berada di bawah gundukan tanah itu. Mungkin saja saat ini mereka masih bersama, meski bagian dari tubuh mereka harus cacat akibat kecelakaan itu. Sebab cinta tidak memandang fisik, cinta bahkan tidak memandang gender, janji berdua untuk sehidup semati pernah terucap. Namun, takdir berkata lain. Ia sadar, ia tak mampu mengubah jalan Tuhan.

Semua orang menatapnya iba, tangisnya tanpa henti terdengar di sana. Bahkan derasnya hujan tak mampu mengalahkan tangis penuh kehancuran hatinya, terlebih lagi ketika nama sang kekasih yang terdengar melengking terucap dari mulutnya berkali-kali. Sungguh ia ingin mengulang waktu, setidaknya hanya untuk mengucapkan selamat tinggal, atau sekedar menatap kedua mata kekasihnya sebelum menutup. Tapi kekasihnya sudah pergi, sebelum ia akhirnya tersadar dari masa kritisnya.

Seorang wanita menghampirinya, kemudian merangkulnya untuk bergerak dari timbunan tanah yang berlumpur itu. Tapi niat sang wanita ditepisnya begitu saja, pertanda ia menolak. Dekapan kedua tangannya bahkan semakin mengerat, satu tangannya memegangi nisan bertuliskan nama sosok yang telah tiada. Ia hanya ingin menghabiskan waktu hari ini di makam kekasihnya, sampai akhirnya semua orang pergi.

Kini, hanya tinggal dirinya seorang diri. Hujan akhirnya mereda, tangisnya pun terhenti. Dalam diam ia menatap mentari senja yang sebentar lagi akan terbenam, lalu kembali menjatuhkan tatapannya pada batu nisan sang kekasih. Terukir nama yang indah di sana, angka terlahir dan wafat terpampang di bawahnya. Seulas senyum perlahan-lahan muncul di belah bibirnya, pun dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

Setetes air mata berhasil lolos dan segera diusapnya, sebuah kalimat terucap pelan. “Selamat tidur, dan mimpi yang indah...” sebuah gelang lalu diletakkannya sangat dekat dengan batu nisan, “tanpa aku gelang ini akan selalu menemanimu” katanya yang terbata-bata.

Terasa berat, ia kemudian menunduk. Ia sudah tidak tahan, hingga pada akhirnya tangisannya kembali memecah. Tapi tanpa ia sadari seseorang datang menghampirinya, dan berdiri tepat di sampingnya. Sambil mengusap air mata, sebuah tepukan kecil mendarat di bahunya; yang seketika itu mendongak. Ya, seseorang itu adalah suruhan dari orang tuanya untuk menjemputnya pulang. Dan tanpa penolakan lagi, ia lalu mengangguk.

“Aku pergi, sayang” pamitnya sebelum kemudian beranjak meninggalkan gundukan tanah merah dan batu nisan kekasihnya.

methalism

You & HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang