"Oh?" Mon mengerjap-kerjap. Dia sekarang duduk di lantai dengan salah satu kaki terlipat seperti bersila dan satunya lagi selonjor. Tangannya bertumpu pada lantai. Rambutnya acak-acakan, beberapa helai menutupi matanya. Artinya, yang jatuh bukan smartphone-nya Mon, tapi Mon itu sendiri.
"Lumayan sakit, ya, ternyata," ujar Mon sambil melihat sekeliling. Matanya lalu tertuju ke jam digital di atas meja. Pukul 8 pagi.
Pukul. Delapan. Pagi.
Mata Mon terbelalak. Siap-siap aja sebentar lagi mamanya Mon mengomeli dirinya. Lagipula kenapa, sih, dia bisa bangun jam segini? Padahal seingat Mon dia sudah memasang alarm pukul 5.30.
Mon mengecek smartphone-nya. "Bener padahal," ujarnya setelah melihat setelan alarm. Dia lalu mengehela pasrah. "Ya udah. Emang guenya aja kali, ya, yang kebo."
Mon berdiri lalu lekas merapikan tempat tidur beserta kamarnya. Setelah itu, dia mengenakan bathrobe dan menuju kamar mandi. Namun, dia terhenti di daun pintu. "Kok tumben banget mama nggak masuk kamar? Kok kesannya kayak gue dibiarin kesiangan, ya?" Mon lalu tertawa karena kalimat terakhirnya. "Hahaha. Gak mungkin terjadi, sih, itu. Kejadian super langka. HAHAHA!"
Tiba-tiba Mon berhenti tertawa. "Tapi kayaknya bener, deh??????" Dia lalu dengan cepat membuka pintu kamarnya dan mengintip sedikit.
"Hmm." Karena kamar Mon berada di atas, dia jadi kebih mudah untuk melihat ke segala penjuru. Menatap satu persatu benda, ruangan, atau apapun yang bisa dilihat. "Oke, gak yang aneh, kecuali tiba-tiba muncul sesuatu, dedemit, atau—"
"Syalalalala~" Itu sekelebat Yangyang yang menaruh mangkok di atas meja lalu kembali ke dapur.
Mata Mon terbelalak.
"YANGYANG?!" Tenang, Mon teriak tanpa suara, kok.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
