00 PROLOG 00

63 27 26
                                        

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mendominasi ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mendominasi ruangan. Aroma lezat dan harum menyeruak masuk ke dalam hidung dari segala penjuru. Tempat yang nyaman bagi orang-orang untuk mengisi tenaga.

Tak terkecuali dua saudara Mahendra. Mereka berdua duduk berhadapan di meja nomer 13. Mereka asyik menyantap hidangan dengan khidmat. Saat Syera hendak memasukkan dimsum ke dalam mulutnya. Dia merasa gak enak pada perutnya. Dengan gerakan cepat Syera meletakkan  sumpitnya dan berlari ke arah bilik kamar mandi.

"Syera ada di mana?" tanya seorang pemuda tinggi mengenakan hat cook lengkap dengan setelan Double Breasted Jacket.

"Kakak ada di kamar mandi," jawab seorang remaja laki-laki memiliki alis tebal bibir tipis dan mata yang indah.

"Bang Alex tolongin kakak," ucapnya sembari memegang tangan kanan chef di depannya.

"Dari kemarin kakak mual terus dan sekarang dia masih mual!" jelas Rendi, remaja berusia 18 tahun menatap kedua kelopak mata pria bernama Alex.

"Dia tidak bisa berhenti mual kak! Aku takut kakakku sakit." Sorot matanya tidak bisa berbohong menandakan dia sangat khawatir.

"Kamu tenang saja, Syera gak papa kok. Akan ku pastikan kalau dia baik-baik saja." Alex menepuk bahu Rendi memberikan kepercayaan.

Alex melangkahkan kaki jenjangnya ke kamar mandi tempat Syera berada. Lebih tepatnya, dia ada di depan pintu kamar mandi.

"Ra, kamu gapapa kan?" tanyanya berulang kali mengetuk pintu coklat memastikan kondisi sahabatnya di dalam.

"Aku gapapa Lex, palingan juga masuk angin," jawabnya ngasal padahal wajahnya sudah terlihat pucat.

"Masuk angin gimana? akhir-akhir ini kamu sering mual-mual loh. Aku sering melihatmu bolak-balik kamar mandi Ra," ucap Alex menyuarakan isi pikirannya

Syera mulai merasakan perutnya gak enak. Dia mengeluarkan semua isi di dalamnya. Hingga tidak ada lagi yang perlu dikeluarkan.

"Syera berhenti mengatakan kalau kamu baik-baik saja! Aku yakin kamu gak pergi ke rumah sakit kan?!" curiganya mulai teringat dengan pesannya beberapa hari yang lalu.

Syera hanya bisa tertawa lemah, namun masih dapat Alex dengar.

"Jadi benar ya kamu gak ke sana!?" Alex sedikit menaikan nada bicaranya. Dia gak suka karena sahabatnya sangat keras kepala.

"Iya, karena uangku kan bisa ditabung daripada harus dihamburkan gini!" dalihnya.

Alex menghembuskan nafasnya kasar. Dia mulai berdebat, "dihamburkan darimana nya? kan kamu ke sana buat berobat dan mengecek kondisi mu!"

Dalliance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang