Bab 6

10.1K 860 0
                                    

"Oi kau! " Terdengar suara dari seseorang yang saat ini tengah menuju kearahku.

Aku yang melihatnya menoleh kesana kemari berfikir siapa yang baru saja dipanggilnya.

"Apa ini milikmu? " Ucapnya sembari menyodorkan sebuat tas.

"Ha? Apa? Oh.. Benar ini milikku. " Aku sedikit gelagapan karena ku pikir ia memanggil orang lain selain aku tadi. Tanpa pikir panjang aku menerima tas yang selama ini kucari.

"Terima kasih! " Ucapku sedikit membungkuk kepadanya.

"Bagaimana itu bisa ada diluar? Dan apa-apaan penampilanmu itu? " Ucapnya.

"Memangnya aku kenapa? " Apa ada yang aneh dengan penampilanku.

"Kau tampak kacau" Ia menatapku dari atas kepala hingga bawah kakiku.

Aku menepuk dahiku pelan, aku sampai lupa kalau aku baru saja ribut dengan A. Karena terlalu panik tidak bisa pulang tanpa tasku, aku hingga lupa mengecek keadaanku sendiri. Tapi untung saja jaket entah milik siapa ini aman dan  tidak sobek.

"Seseorang membuang tasku, dan anggap saja aku baru saja terkena badai." Badai baku hantam

Aku mencoba merapikan penampilanku. Tidak mungkinkan aku pulang dalam keadaan seperti ini, bisa malu aku saat naik bus nantinya.

"Kalau begitu aku duluan" Ucapnya yang kemudian hendak pergi. Tapi sebelum dia pergi aku mengucapkan terima kasih padanya untuk kedua kalinya.

'Untung saja tasku aman, jika tidak ketemu mungkin aku akan nekat untuk jalan kaki sampai rumah. '

Tanpa pikir panjang, akupun segera bergegas untuk pulang kerumah dan istirahat.

***

Setelah sampai dirumah aku langsung membawa diriku menuju kamar. Aku langsung bergegas mandi dan mengganti pakaianku. Dikarenakan perut mulai keroncongan, kuputuskan untuk menuju ruang makan.

Sesampainya diruang makan ternyata ayah, Rista dan Randi yang sedang melangsungkan kegiatan makan mereka.

'Gabung tidak gabung tidak gabung tidak, ya sudahlah gabung saja'

Tanpa memedulikan mereka aku memutuskan duduk disalah satu kursi, lalu Bi Jum yang ada disana segera menyiapkan makanan untuk ku.

"Terima kasih Bi" Ucapku sembari tersenyum kepadanya dan dibalas anggukan oleh Bi Jum.

Saat aku hendak memasukkan satu suap nasi kemulutku tiba-tiba saja Randi membanting sendoknya ke meja hingga berbunyi keras. Aku yang kerkejut otomatis melihat kearahnya.

"Nafsu makanku hilang. Ayah, aku kembali ke kamar. " Dia langsung pergi beranjak dari tempatnya.

"Kakak aku ikut." Rista mengekori Andra pergi dari ruang makan.

Kini tinggal aku dan ayah yang berada dimeja makan. Aku sebisa mungkin berusaha mengabaikan semua yang baru saja terjadi dan melanjutkan makan ku yang tertunda tanpa berbicara sedikitpun.

Ayah yang masih bersamaku pun juga tidak berkomentar apapun, hanya diam tanpa membuka suara. Kami hanya makan dengan hening di meja makan.

'Suasananya terasa dingin dan sepi, tidak seperti diriku yang dulu bersama dengan keluargaku. Dimana meja makan selalu terasa hangat. Penuh canda tawa dan kegembiraan, walaupun hanya dengan lauk seadanya namun tetap terasa nikmat. '

Kupercepat makanku hingga habis, karena tidak ingin berlama-lama dengan suasana yang tidak mengenakkan ini. Aku langsung mengambil piring bekas makanku dan menuju washtofel dapur. Tapi sebelum aku pergi aku membungkuk sedikit pada ayah sebagai bentuk sopan santun.

Ternyata didapur sudah ada Bi Jum yang sedang mencuci piring.
"Bi Jum sini Lilian bantu. " Bi Jum terkejut karena tidak mengetahui keberadaanku sebelumnya.

"Eh, tidak usah non. Saya bisa sendiri. " Karena sepertinya Bi Jum benar-benar tidak ingin dibantu, akupun menyerahkan piringku padanya.

"Ya sudah Lilian langsung kekamar ya Bi"

"Iya non, lekas istirahat"

"Hehe siap Bi"

Akupun segera menuju kamarku dan  mengambil jaket yang kusebut jaket ntah milik siapa. Jaket itu kumasukkan kedalam mesin cuci agar besok dapat ku kembalikan pada pemiliknya.

Ngomong-ngomong masalah mengembalikan jaket. Harus ku kembalikan dimana? Jaket ini kan yang tiba-tiba ada di mejaku. Atau mungkin letakkan saja di mejaku saat istirahat?mungkin ide bagus.

Setelah mengurus jaket aku kembali lagi ke kamar.

"Baiklah saatnya tidur, lupakan semua yang terjadi hari ini." Gumamku sembari menuju tempat tidur.

Kubaringkan tubuhku pada ranjang tempat tidur dan mulai tertidur tak lama kemudian.

.

.

.

Bersambung...

WHATEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang