Kamu?

7 2 0
                                    

Sudah 1 bulan lamanya Jingga mengisolasi diri di kamar untuk memulihkan luka lebam di perutnya yang lumayan parah, kini ia sudah bisa pergi keluar rumah walaupun harus ditemani Arbi.

Sore itu mereka keluar rumah, hanya sekedar menghirup udara segar, sesekali mereka berdua membuat video atau ber-selfie ria. Yah, itung-itung sebagai kenangan.

"Kak, arbi laper, jajan dulu deh ke minimarket itu yuk, nanti pulang"

"Yaudah, sekalian beliin buat ibu"

Arbi hanya mengangguk seolah mengiyakan.

Mereka masuk ke minimarket tersebut dan melihat-lihat cemilan apa yang akan mereka bawa pulang nanti.

Saat Jingga pergi ke bagian minuman untuk mengambil minuman kesukaannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara barang jatuh, refleks dia melihat ke arah samping dan melihat ada seorang wanita yang terduduk dekat tumpukan barang tadi. Sigapnya Jingga segera bantu wanita itu berdiri,

"Mbak nya gapapa?", Tanya Jingga.

"Gapapa, Mas. Makasih", ucap wanita itu sambil membenarkan bajunya.

Namun saat wanita itu mendongakkan kepala dan melihat wajah lelaki manis tersebut, Jingga sadar kalau ia pernah bertemu dengan wanita ini dan sepertinya wanita ini pun menyadari hal itu, mereka pun terkejut,

"Kamu?/KAMU?!", ucap mereka serentak sambil melotot.

Mereka terdiam dan seketika suasana dibawa normal kembali, dengan perasaan gugup Jingga memberanikan diri untuk bertanya,

"Kamu yang nabrak pundak saya waktu itu kan?"

"I-iya, minta maaf ya, Mas.", Jawab wanita itu tak kalah gugup.

"Anu, iya gapapa kok gak sakit ini. Itu, saya mau tanya sesuatu tapi...."

Belum selesai Jingga bicara terdengar dari arah berlawanan ada seseorang sedang memanggil dan menghampiri wanita tersebut,

"KANAYAAA, abang nemuin.... Loh? Jingga? Weh kemana aja lo", Terkejut lelaki bersurai coklat itu sambil bersalaman layaknya lelaki pada umumnya.

"Eh? Jean? Ada gue di rumah, biasa masa pemulihan waduh kangen gue nih", jawab Jingga tak kalah terkejutnya sambil membalas salaman.

Wanita yang bernama Kanaya itu bingung dan hanya melihat tingkah mereka,

"Lo ngapain disini?", Tanya Jingga.

"Gue nganterin tuan putri nih belanja", sambil menunjuk Kanaya yang sedang merapikan barang-barang yang terjatuh tadi.

"Tuan putri?", tanya Jingga penasaran.

"Adik gue, namanya Kanaya. Kenapa? Naksir lo?"

"Dih, suudzon amat sih lo sama gue. Bukan gitu, gue pernah ketemu sama adik lo pas gue lagi jalan-jalan pagi, dia nabrak gue ga sengaja sih sebenernya, eh taunya sekarang ketemu lagi", jawab Jingga.

"Oh kirain."

Kanaya yang sudah membereskan barang tersebut kemudian menghampiri kedua lelaki itu,

"Kalian saling kenal?"

"Iya lah dek, kita berdua kan satu kampus. Kenalin ini Jingga", kata Jean sambil merangkul pundak teman seprodinya itu.

Kanaya ber-oh ria saja, Jingga mengulurkan tangannya,

"Kanaya. Panggil aja Nay",

Kanaya tersenyum membalas uluran tangan Jingga.

Jingga yang melihat senyumnya merasakan sesuatu seperti getaran hebat di dadanya, dan tanpa sadar Arbi menyaksikan dari jauh sambil terkekeh.

Seolah terpaku dengan keadaan, Jingga segera menarik tangannya kembali sambil melihat ke arah lain.

Melihat Jingga yang gelagapan Jean pun langsung tertawa,

"Hahahah! Astaga Jingga lo baru pertama kali ketemu cewek apa gimana? Aduh, yaudah deh gue sama Kanaya mau cabut dulu takut kemaghriban, yuk dek"

"Iya bang. Kak Jingga Nay pulang dulu ya", katanya.

"I-iya, hati-hati", jawabnya masih gugup.

Jingga yang melihat punggung keduanya sudah melenggang jauh dari hadapannya langsung memegang dada sendiri.

"Ni kenapa kenceng banget sih!", gumamnya.

Arbi yang melihat kakaknya masih diam di tempat langsung mengendap-endap dan diam di belakang tubuh kakaknya yang lebih pendek itu, Arbi pun membungkukkan badannya,

"Siapa kak?", tanya Arbi dengan memasang wajah polosnya.

Seketika Jingga kaget,

"Astaghfirullah, Arbi! Ngagetin aja! Bukan siapa-siapa udah lah cepet belinya, udah belum?", tanya Jingga mengalihkan.

"Udah beres, kakak beli apa?"

"Ohia beli susu"

"Tuh kan udah ketemu cewek mah lupa segalanya deh", kata Arbi geleng-geleng kepala.

"Ngeledek kamu? Kakak aduin ibu ya! Bayar sendiri sana!", Sinis Jingga.

"Engga mau kak ih kan Arbi gaada duit, maaf iyaiya engga lagi"

"Hm gimana ya? Karna kamu imut yaudah kakak maafin. Awas sekali lagi kamu!", peringat Jingga.

"Iya kak hampurain"

"Heeh atuh nggeus, hayu ah cepet kamu tunggu di luar aja kakak mau bayar", ajak Jingga.

"Oke!", jawab Arbi seraya memberikan jempolnya.

Jingga hanya menghela nafas saja sambil berbalik badan melihat tingkah adiknya tadi. Setelah membayar mereka berdua langsung bergegas pergi untuk pulang ke rumah.

~✧✧~

Jean CentauriKakak dari KanayaMahasiswa Ilmu PemerintahanSemester 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean Centauri
Kakak dari Kanaya
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan
Semester 4

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jingga | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang