"Ini baru yang ditunggu-tunggu." Azizi mendahului langkah sodaranya saat mendengar suara mobil berhenti tepat di pelataran rumah. Kali ini bukan mobil yang kemarin, jenis mobilnya berbeda, tetapi bidadari yang turun dari sana sama.
Azizi tidak berkedip sedikitpun melihat Fiony turun dari mobil, rambut panjangnya yang terurai kini terhempas oleh angin sore. Fiony membenarkan rambutnya dengan mengibaskannya ke belakang, gerakan yang super cepat itu malah terlihat begitu lambat di mata Azizi. Menakjubkan, gadis itu benar-benar cantik. Azizi sampai lupa menarik nafas karena terlalu terpesona oleh kecantikan Fiony.
"Iya, Mami, Chika cuma bentar kok." Berbeda dengan Fiony dan Mira yang sibuk mempersiapkan peralatan, Chika mengambil langkah jauh dari mereka untuk berbicara dengan Ibundanya yang tak berhenti menghubunginya. "Ara udah aku suruh pulang nemenin Mami, paling bentar lagi nyampe."
"Hai." Azizi menyunggingkan senyumannya pada Fiony, menggenggam tangannya begitu saja dan membawanya masuk ke rumah. "Ayo."
Fiony sedikit terkesiap karena tangannya ditarik dengan tiba-tiba meski detik berikutnya ia bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri, terpaksa mengikuti Azizi yang sekarang merupakan pelanggannya. Fiony mengerutkan dahi, mempertanyakan isi pikirannya sendiri, pelanggan?
"Siapa lagi ini?" tanya Indah yang baru melihat mereka karena kemarin ia sibuk menyendiri di taman.
"Diem aja." Azizi mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar Indah pergi dari sini.
"Kenapa harus pergi? Aku pemilik rumah ini, bukan kamu." Tanpa menghiraukan perintah dari Azizi, Indah duduk di kursi ruang tamu, memandangi ketiga gadis cantik yang sekarang sedang duduk di depannya. Indah tentu mengenal salah satunya, Mira dan pernah melihat gadis cantik berambut panjang itu. Namun, di mana? Indah lupa.
"Jadi kita ngapain hari ini?" tanya Dey ikut duduk karena penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan.
"Aku lupa nanyain-"
"-Aku?" Azizi memotong kalimat Fiony dengan senyuman manisnya.
"Bukan." Fiony mengantup matanya saat merasakan kelima jari Azizi menelusup ke sela-sela jari tangannya hingga berhasil menggenggam tangannya begitu erat. Fiony menatap Azizi. "Kamu tau? Kalo kamu cowok, aku bisa laporin kamu atas kasus pelecehan seksual."
"Sayangnya aku cewek dan kamu suka itu." Bukan takut, Azizi malah melebarkan senyumannya dan mengeratkan genggamannya.
"Ok terserah." Fiony memilih membiarkan tangannya berada dalam genggaman Azizi dan berusaha konsentrasi. "Aku lupa menjelaskan ciri-ciri rumah yang didatangi oleh santet, kalo emang ciri-ciri itu kalian rasain sebelum kematian ayah kalian, mungkin bisa jadi ayah kalian mati karna santet."
"Santet?" Indah menggeleng tidak mengerti lalu menatap Mira. "Kak, ini apa?"
"Nanti aku jelasin ya?" Mira tersenyum. "Seperti yang aku bilang energi manusia dan makhluk ghaib itu berbeda. Kita berada dalam satu dunia yang sama dengan dimensi berbeda, tapi sekalipun indra penglihat kita mustahil melihat mereka, kita masih bisa merasakan keberadaan mereka." Mira menatap Fiony, memberi isyarat agar Fiony yang menjelaskan karena ia akan menyiapkan peralatannya.
"Ciri-ciri mereka ada di sekeliling kita itu biasanya ada aroma busuk yang menyengat tapi sekilas. Selain itu kita ngerasa tiba-tiba dingin padahal udara panas atau tiba-tiba panas padahal udara dingin. Kalo suhu tubuh kita dingin, itu artinya ada yang lewat. Kalo suhu tubuh kita tiba-tiba panas, itu artinya ada yang masuk, panas itu berasal dari energi dalam tubuh kita yang beradu sama energi mereka, kalo kita kalah, kesadaran kita akan hilang dan itu yang sering disebut kesurupan, lalu-astagaaa." Penjelasan Fiony terpotong karena Azizi tiba-tiba saja memeluknya dari samping. "Kamu kenapa?" Fiony menatap Azizi heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA [END]
FanfictionKisah sepasang kekasih yang baru menikah dan sebuah kelompok rahasia yang harus dihadapkan dengan kasus rumit. Dibenturkan dengan teori rasional dan supranatural, bagaimana cara mereka menyelesaikan kasus ini?