8

4.1K 683 210
                                    

"Hei, bangun."

Indah membuka kedua matanya perlahan, pandangannya langsung tertuju pada Ara yang kini tengah mengusap pipinya. Indah bangkit, memeluk Ara begitu erat. Tubuhnya bergetar ketakutan.

"Ta-tadi ada darah, aku nginjek darah!" Indah mengeratkan pelukannya sampai ia lupa bahwa ia harusnya bersikap seakan tidak terjadi apapun.

"Darah?" Muthe memandangi kaki Indah yang sangat bersih, saat ia melihat Indah diangkat oleh Azizi pun ia tidak melihat darah.

"Ada boneka santet di belakang rumah." Indah menunjuk ke arah belakang.

"Boneka santet?" Ara mengusap kepala belakang Indah. Ara menggeleng tidak percaya, tentu saja, tidak ada yang namanya santet dan makhluk ghaib di dunia ini, semua itu berada di luar akal manusia.

"Aku tadi liat kamu pingsan dan aku gak liat apapun, kak." Ashel melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan Indah yang terlihat begitu ketakutan. Selama ini ia tak pernah melihat Indah setakut itu.

"Aku juga gak liat apapun." Beby ikut berbicara karena setelah Indah ditemukan pingsan tadi, ia langsung memeriksa taman belakang, tidak ada hal aneh apapun entah itu darah atau boneka santet. Apa itu hanya imajinasi Indah? Beby berjalan melewati Ashel, mengangkat dagu Indah yang bersandar di bahu Ara untuk melihat lebih jelas lagi kedua matanya. Ketakutan Indah sangat nyata, tidak mungkin imajinasi memberikan efek sebesar ini.

"Adaa aku liat! Percaya sama aku! Ini semua pasti ulah mereka!" Indah menjerit, emosi dan ketakutannya bercampur jadi satu.

"Mereka? Mereka siapa?" Ara melepaskan pelukan Indah, menggenggam kedua bahunya erat, ia khawatir mereka yang Indah maksud adalah Chika. Ara sudah melarang Chika untuk ikut campur urusan ini, ia takut pergerakan Chika menghancurkan penyelidikan ini.

"Bukan siapa-siapa kok." Ashel yang sudah ditugaskan untuk menyembunyikan identitas mereka tentu langsung memotong pembicaraan ini.

"Kak Mira, Fiony sama Chika. Mereka dateng baca mantra entah bahasa apa terus setelah itu, ada hal aneh yang aku rasain." Indah tidak memperdulikan larangan itu, Ara harus tau bahwa kekasihnya sedikit tidak waras.

Ara menunduk, berusaha menahan emosi serta rasa malunya pada Beby. Ternyata ini alasan Chika pergi kemarin, istrinya itu ke sini tanpa sepengetahuannya. Ini sudah benar-benar keterlaluan, ia tidak bisa lagi memaklumi kesalahan Chika yang satu ini. Ara langsung bangkit dari tempat duduknya, "Kak maafin aku, aku gak tau kalo Chika berani-"

"-Gapapa," jawab Viny yang baru saja masuk ke kamar Indah. "Kamu ikut aku, Ra."

Ara mengangguk, berjalan pergi mengikuti Viny yang melangkah ke lantai dua. Viny tadi sempat mengatakan, interogasi pada Azizi akan dilanjutkan hari ini, mungkin di lantai dua sudah ada Azizi yang menunggunya. Ara berharap ia masih bisa berkonsentrasi di tengah emosinya pada Chika. Entah apa yang harus ia jelaskan pada Viny nanti mengenai Chika yang dengan bodohnya ikut campur dalam urusan ini, ia hanya takut mereka kehilangan kepercayaan pada istrinya.

"Mira bukannya calon istri lu ya?" tanya Lidya pada Vivi yang sedari tadi diam, ah gadis itu memang selalu diam setiap hari.

Vivi mengangguk, membuang nafas panjangnya, berusaha menahan emosi yang langsung naik ke kepalanya, menciptakan denyutan hebat di sana. Vivi tau Mira ingin membantunya, tetapi dengan apa yang dilakukannya bersama dua temannya itu, Mira malah menghancurkan penyelidikannya. Jika gadis itu bukan calon istrinya, ia sudah pasti akan langsung menghajarnya sekarang.

"Di mana kamu saat kejadian malam itu?" tanya Ara tanpa basa basi lagi setelah ia duduk tepat di depan Azizi. Ara tidak perlu mencatat apapun untuk setiap interogasi karena apapun yang Azizi katakan sudah masuk rekaman.

ENIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang