Kidney

1K 241 47
                                    

"Minggir!" usirku saat kulihat si Umo naik ke atas kasur, bergelung di atas selimut Minho.

"Tapi aku mau tidur," rengeknya.

"Nye nye nye, MINGGIR!" tapi aku tak peduli dan malah menendang bokongnya hingga ia jatuh menggelinding ke kolong ranjang sampai terdengar bunyi gedubrak kencang.

"Auuuhh ...."

"Ha ha ha, rasakan itu," aku tertawa bahagia, menirukan perangai ibu tiri yang sering kulihat di drama-drama televisi.

Sialan! Aku harus berhenti menonton channel ikan terbang setelah ini!

"Channie!" Minho mendadak muncul dari kamar mandi dengan handuk masih melilit di pinggulnya, sedangkan bagian atas malah bertelanjang dada. Rupanya ia tak sengaja melihat apa yang aku lakukan pada si anjing kecil itu tadi.

"Kau ini. Cepat minta maaf!" titahnya, lantas ia berbalik pergi ke arah lemari dan mencari bajunya di sama.

"Ugh!" dengusku sebal, lalu turun ke bawah dan menepuk-nepuk kepala Umo dengan kaki depanku. "Gak usah nangis! Minho gak suka beli permen soalnya," kataku.

Umo yang terisak-isak sedari tadi karena hidungnya mencium lantai terlalu kencang pun nampak memandangku dengan tatapan berkaca-kaca.

Iuuuhhh ... Aku ingin muntah rasanya. Kenapa puppy eyes dia terlihat menggemaskan sekali? Kenapa aku tidak bisa begitu? Aku kalau menggunakan trik puppy eyes pasti jatuhnya ingin minta ditendang. Ini tidak adil!

"Gak usah sok imut! Jijik aku liatnya!" bentakku sambil menoyor kepala berbulu coklat itu, lalu pergi naik lagi ke kasur.

"Channie galak," katanya.

WHAT THE FUN!? Aku melotot seketika setelah mendengar itu dan kembali turun ke lantai, memelototinya tajam sembari menggeram kesal.

"Kau!" tunjukku, "setan bulu! Jangan mencari gara-gara denganku jika tak ingin ginjalmu hilang satu!" ancamku kemudian.

Tapi, sialan! Dia malah nanya, "ginjal itu apa?" Membuat ancamanku seolah tak berguna.

Hhhh ... Kalau begini, mau bagaimana lagi?

Aku mendengus sebal, tapi kemudian duduk di depannya dan setengah berdiri; menunjukan bagian perutku sambil menunjuk salah satu bagian di sana.

"Ini, di sini," kataku sambil menunjuk-nunjuk sisi perut bagian bawah.

"Udel?" Umo bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Bukan, bodoh! Di dalam sini ada ginjal, empedu, hati ampela dan juga usus," jelasku kemudian. Entah kenapa aku jadi teringat buku pelajaran tentang organ tubuh manusia yang sering kubaca setiap kali luang saat masih menjadi marinir dulu. Tak kusangka, aku masih ingat jelas dengan isinya.

"Jadi ginjal itu ada di dalam perut Channie?"

"Di dalam perutmu juga, bodoh!"

"Apa Minho punya ginjal?" tanyanya lagi. Dan aku spontan menoleh ke arah Minho yang masih nampak mengacak-acak isi lemarinya. Entah sedang mencari baju yang bagaimana.

"Tentu saja! Kalau tidak, nanti dia gak bisa pipis!" jawabku.

"Tapi, kalau mau pipis itu kan pake yang ini," tunjuk Umo pada bagian selatan tubuhku yang tertutupi bulu.

Aku segera memukul tangannya dan duduk sebelum berteriak, "gak usah ditunjuk-tunjuk segala! Ini aset berharga, kau tahu?!" geramku.

Umo merungut dan menjawab, "kan aku cuma nanya aja. Kan emang kalo pipis pake yang itu."

Kan. Kan. Kan. Aku memutar bola mata kesal. Dia ini kalau ngomong isinya kan melulu! Kan aku jadi pusing dengernya!

Aku lagi-lagi mendengus, kenapa juga harus membahas tentang di mana letak ginjal berada? Sungguh berfaedah sekali, niat ingin mengancam malah jadi mengajarinya.

"Jadi kalian sudah berbaikan?" tanya Minho yang mendadak datang sambil berkacak pinggang; menatap wajahku dengan si Umo bergantian.

'Guk!'

'iya!'

Itu Umo yang menyahuti, aku hanya diam memalingkan wajahku. Sebal. Siapa juga yang mau baikan dengannya?

Tapi mendadak Minho berjongkok di depan kami, tangannya terulur dan mengusak kepalaku serta si Umo bergantian sebelum menggendongku dan juga Umo di kedua pinggulnya. Ia membawa kami ke kasur lalu berbaring sembari merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Kalian mau memelukku?" ucapnya.

"Mau! Mau! Mau!" Umo terlihat girang, ia melompat-lompat riang. Tapi tentu saja, tidak akan semudah itu, kawand! Aku segera menjegal kakinya hingga ia jatuh tersungkur ke lantai.

Bruukkk!

"Ha ha ha ... rasakan itu!" Oke, tawaku yang terdengar seperti ibu tiri kejam pun terulang lagi.

"CHANNIE!" Minho membentak, dan aku langsung kicep. Ketahuan lagi 'kan?!

Umo bangun lagi sembari manyun, tapi kemudian kembali berlari dan mendusal di sebelah kanan Minho, membaringkan kepalanya di salah satu bahu majikanku. Sedangkan aku hanya diam sembari merungut sebal; kenapa juga aku harus berbagi kasur dengannya?

"Channie gak mau peluk aku juga?" lagi, Minho memandangku dengan matanya yang bulat lagi lucu itu.

Aaaahhh ... kalau begini mana tahan aku?! Buru-buru aku melesak ke dalam pelukannya, mendusal sembari menjilati wajahnya yang manis hingga Minho tertawa luas.

GAK JADI CERAI KALO BEGINI, AY LOP YU, AY LOP YUUU PISAAAAANN MINHO SAYANGKUUUU ...

UMO! GAK USAH NGINTIP!


























Bayangin kalian punya piaraan macem Channie gini, mau diapain?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin kalian punya piaraan macem Channie gini, mau diapain?

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang