1

406 11 0
                                    

Dua pemuda yang duduk bersebelahan di bangku paling pojok menampilkan tampang kesal.

Mata keduanya menatap tajam sosok pemuda lain yang duduk di bangku depan mereka, merasa kesal sekaligus khawatir saat sosoknya tak bersikap seperti biasa.

"Az! Kalau ada masalah, kita ada buat dengerin cerita Lo, jangan diem kek cewe gini." Petra salah satu dari dua pemuda tadi datang dan duduk di samping lelaki berambut coklat madu yang hanya memalingkan pandangan.
"Jangan ganggu gue lagi!" pelan tapi menusuk ucapan azhar memancing emosi yang berusaha dion tahan sedari tadi.

"Lo fikir, setelah lo jadiin kita babu selama setaun, lo bisa pergi gitu aja dari kita? Nggak!" Tubuh tegap Azhar terangkat saat kerah seragamnya di tarik paksa oleh tangan berotot dion.

"Udah yon!" Petra menarik tangan dion agar terlepas dari kerah azhar yang kini kembali duduk tanpa sekalipun memandang salah satu dari mereka.

"Gue gak habis fikir ya sama otak Lo, gue tau lo bodoh tapi gak gini konsepnya, Bangsa*t!" Hampir saja dion kembali menyerang azhar jika saja Petra tak siaga menahan dan membawanya pergi.

Kelas hening karena jam istirahat berlangsung sejak tadi, dua orang sahabat azhar itu menunggu waktu ini bel masuk berbunyi.

"Butuh minum?" Azhar yang sedari tadi menunduk kembali mendongak menatap gadis berkaca mata yang terlihat manis, dengan tangan yang terulur berisi sebotol air mineral.

"Thanks!" Zara gadis itu tersenyum hingga menunjukan lesung pipitnya, kemudian berlalu dari hadapan azhar untuk kembali pada bangkunya.

***
Azhar mengenal Petra dan doni dari setahun yang lalu, ketika ia dan dua orang yang menjadi sahabat itu satu kelompok ketika orientasi.

Selain satu kelompok mereka juga satu prekuensi, Azhar yang humornya rendah dan suka sekali tertawa tidak jelas, Doni si emosian tetapi paling care diantara ketiganya, dan Petra si cowok paling waras dan pendiam tetapi sekalinya hilang kewarasan lebih gila di banding azhar maupun doni.

Doni juga azhar yang beragama islam, tetap nyaman dengan Petra yang notabenya menganut agama Kristen.

Perbedaan bukan lagi masalah saat satu sama lain merasa nyaman ketika bersama, mereka bersama di saat salah satunya bahagia maupun ketika ada masalah.

Petra serta Doni tak percaya yang datang pagi ini adalah azhar sahabatnya, dia yang biasanya berkoar seperti emaknya bebek kehilangan anak.

Pagi tadi perubahan seratus delapan puluh derajat terjadi, di mana pertama kalinya azhar datang dengan penampilan rapi serta tas yang terlihat berat yang ternyata berisi penuh buku pelajaran.

Cowo berahang tegas itu biasanya hanya membawa satu buah buku, penampilan urakannya biasa ia salah gunakan sebagai pemalak di kelas, meminta balpoin serta alat tulis lainnya.

Di tambah tak merespon apapun yang keduanya utarakan, juga meminta keduanya jangan mengganggu. Jelas! Siapa yang diam saja ketika salah seorang sahabat berperilaku aneh.

***
"Az! Gue kasih waktu buat Lo hari ini jelasin semuanya atau persahabatan kita bubar?!" Azhar diam memalingkan wajah agar tak memandang wajah kedua sahabatnya.
Sungguh dia berbuat seperti ini bukan kemauannya, terpaksa! Kalau bukan karena bunda ia tidak mau melakukan ini.

"Sorry! Gue harus pulang!" Belum sempat lelaki bermata elang itu maju satu langkah tangan Petra lebih dulu mencengkram pergelangan tangannya yang berbalut hoodie.

"Lo dibiarin makin ngelunjak ya! Gue diem bukan berarti gak emosi! Dengan sikap Lo yang kayak gini, kita jadi gak bisa mikir positif tentang Lo ya, bangsa*t!" Suara berat Petra mendengung di telinga azhar, ia meringis pelan saat tangannya semakin erat di cengkram Petra.

"Terserah! Mau Lo mikir gue kayak gimana! Gue muak sama kalian!" Dengan sekali sentakan tangannya terlepas dari genggaman sahabatnya yang kini mematung mendengar penuturannya.

"Gue bilangin sekali lagi, jangan. Ganggu. Gue!" dengan penuh penekanan kata keramat itu muncul dari mulutnya.

"Ok! Awas aja sampe Lo berani nyari kita lagi! Mulai sekarang persahabatan kita putus!"

Azhar berlalu dengan jantung yang bertalu-talu. Sungguh, bila boleh jujur kata-kata menyakitkan yang terlontar dari bibir ayah tak ada apa-apa nya dengan perkataan milik doni yang baru saja terlontar.

Azhar ingin menangis saja sekarang, ia sudah meninggalkan banyak kasih sayang demi satu rasa sayang yang ia dambakan.

'Azhar ingin di peluk bunda!'

                                Sat, July 11 2021
                                       Meridara

BOY SICK AREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang