2

212 9 0
                                    

Azhar menghempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar yang mulai berdebu.

"Gue harus mulai semuanya dari mana?" Tak mengharapkan jawaban apapun azhar segera bangkit untuk mandi dan mencuci baju miliknya.

Setelah berpakaian pemuda bersurai coklat itu kembali turun ke ruang keluarga yang hanya ada satu orang manusia di sana, dengan TV yang menyala.

Azhar mendekat pada abang satu-satunya yang tinggal bersama, ayah pulang-pergi luar kota melakukan perjalanan bisnis.

Bunda? Jangan di tanya, baik Abram maupun Azhar keduanya sudah tak lagi bertemu bunda sejak sepuluh tahun yang lalu.

"Bang! Udah makan?" Abram melirik azhar dengan tatapan dinginnya, mengangguk sekali sebagai jawaban.

Sang adik hanya menghela nafas pasrah setiap berhadapan langsung dengan saudara satu-satunya itu.

"Bentar lagi belajar sama gue!" Azhar tersenyum tipis mendengarnya, apapun alasan abram berkata demikian ia tetap senang karena bisa berdekatan lagi dengan lelaki itu.

Ketika membuka kulkas azhar meringis hanya ada telur di sana, bibi pulang kampung dan Abram pasti malas belanja bulanan.

Dengan terpaksa azhar harus memasak mie instan lagi hari ini, setelah seharian tersiksa di sekolah sekarang pun perutnya hanya akan di isi makanan tak sehat.

Sekali lagi demi bunda azhar rela melakukan apapun.

***
"Lo emang bodoh banget ya! Pantes aja ayah yakin banget kalau gue gak bakal ketemu bunda lagi!" suara dingin abram terasa bagai cuka yang menetes pada luka di hatinya, perih.

"Makanya bantuin azhar belajar!" cicit yang lebih muda, lebih seperti bisikan tetapi karena hanya ada mereka berdua abram bisa dengan jelas mendengarnya.

Lelaki sembilan belas tahun itu mendengus kasar, memukulkan buku paket kimia pada kepala adiknya dengan keras.

"Gue udah sering ngajarin adek kelas, tapi nggak ada yang se bego Lo!" Abram bangkit berdiri, meninggalkan azhar yang lagi-lagi hanya tersenyum miris mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Fiks inimah gue anak pungut!" pemikiran lelaki itu memang segitu dangkalnya, jangankan harus hafal semua rumus kimia, fisika, matematika. Berfikir layaknya manusia aja belum tentu bisa.

Kadang dia merasa ingin menangis menghadapi semua yang hidupnya lalui selama ini, tetapi otaknya malah menyuruh bibirnya tertawa, sampai ia lupa bagaimana caranya bersedih atau bahagia.

***
"Azhar! Ini buku fisika yang mau kamu pinjam!" Azhar tersenyum manis pada Zara, gadis cantik berkacamata yang notabenya adalah juara pertama di kelas, kini di gosip kan tengah dekat dengan azhar si mantan cowo badboy gadungan.

"Thank, oya Ra! Besok bisa nemenin gue belajar di taman yang biasa?" Gadis berrambut sebahu itu mengangguk antusias, kemudian pergi setelah berpamitan pada lelaki itu.

Sudah satu bulan sejak pertengkaran azhar dengan kedua sahabatnya, sejak itu pula ia mulai akrab dengan gadis bernama Zara itu.

Gadis pendiam, pintar, suka baca buku, nolep lagi tapi tak pernah mendapat bulyan karena gadis itu cantik.

"Ngakak banget anjir apalagi cowok yang datang ngajak lamaran, udah nolep mukanya kek pemain film jangkrik boss lagi!" Suara tawa Doni mendominasi kelas pagi itu, bersama petra dan satu anak baru yang bergabung, Ken namanya.

"Dono maksud Lo? Hahaha ... Gue lebih ngakak lagi dengerin omongan lo Dono ama doni beda tipis njir!" Ken dan petra kompak tertawa saat melihat wajah ternistakan doni.

Tanpa sadar azhar tersenyum melihat adegan itu, dulu orang sehangat ken, orang yang seakrab itu dengan petra dan doni adalah dirinya sekarang hanya ada kenangan.

"Heh! Ngapa lo senyum-senyum? ngiri? Makanya jadi orang jangan bego di tinggalin kan Lo!" Azhar tersadar saat sebuah tipe-x melayang ke kepalanya.

Pelakunya adalah Kinan cewe bad di kelas IPA 5, gak pernah takut sama cowo dan suka sekali mencari keributan di kelas.

"Apaan sih Lo!" desis azhar dengan tatapan tajamnya, merasa malu apalagi ketika doni petra dan ken kompak menatapnya dengan pandangan tak bisa di jelaskan.

"Sampe mana kepinteran Lo setelah deket sama zara? Udah delapan persen atau baru satu persen! Ups canda satu persen!" Kinan tertawa puas bersama kedua temannya yang lain.

Azhar hanya menelan salivanya, merasa di permalukan dan ia tak suka apalagi saat ketiga orang yang sedari tadi mencuri fokusnya ikut menertawakan kebodohannya.

'Stupit! Lo emang bodoh azhar."

                           Sun, July 11 2021
                               Meridara.

BOY SICK AREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang