Guru Privat

2.8K 212 3
                                    

Haruto hopeless. Nilai bahasa Inggrisnya semester ini hanya 60. Alias tidak mencapai KKM, dengan kata lain harus remedial.

Haruto stress karena dia tidak akan punya waktu mengikuti les karena jadwal ekskul basket yang padat.

Haruto takut karena Mamanya akan marah karena hal ini dan berakhir memintanya keluar dari klub yang sangat diminatinya ini.

Di tengah kegalauannya, Mamanya tiba-tiba muncul dan Haruto yakin seratus persen, Mamanya akan mengeluarkannya dari klub.

"Mama udah cariin guru privat buat kamu. Besok mungkin baru dateng."

Haruto menghembuskan nafas lega. Badai sudah berlalu. Kalau hanya mengikuti privat di waktu luangnya, Haruto tidak akan keberatan. Bersyukur Mamanya masih mempertimbangkan minat Haruto dalam ekskulnya dengan memberikan jalan keluar terbaik.

"Mama gak mau lihat nilai di bawah 80 dari kamu setelah ini, Har."

Haruto menelan ludah berat dan mengangguk. "Baik, Mah."

Orang-orang mungkin berpikir Mama Haruto otoriter dan terlalu memaksa. Tapi, bagi Haruto dia sangat bersyukur memiliki orang tua yang memperhatikan pendidikan dan perkembangannya sehari-hari yang notabene untuk masa depan Haruto sendiri.

***

Holy triple shit!

Haruto tercengang ketika melihat Mamanya bercengkrama akrab dengan guru privatnya yang memperkenalkan dirinya sebagai Miss Lisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto tercengang ketika melihat Mamanya bercengkrama akrab dengan guru privatnya yang memperkenalkan dirinya sebagai Miss Lisa. Dibandingkan seorang guru privat, gadis di depannya ini lebih cocok disebut model.

Tubuhnya tinggi dan ramping. Kulitnya mulus dengan penampilan sangat memesona. Senyumnya sangat ramah dan matanya.., Haruto tidak yakin ketika belajar nanti akan mampu berkonsentrasi dengan penjelasannya ketika menatap mata itu.

Jika tidak menatap matanya, maka Haruto akan beralih menatap bibirnya yang akan lebih berbahaya lagi untuk dilakukan. Tidak ada opsi selain menunduk dan menatap buku catatan. Itu lebih aman.

Haruto tidak mau berakhir dikenal sebagai orang yang melecehkan guru privatnya sendiri melalui tatapannya, meskipun memang dia sangat cantik.

"Kamu sebenernya bisa. Hanya lemah di grammar dan mesti menambah hafalan vocab aja."

Semua penjelasan itu hanya diangguki Haruto saja. Sekalipun matanya belum pernah terangkat ke mata apalagi bibir guru privatnya.

Mereka hanya berdua saja di kamar Haruto yang mendadak aromanya berubah drastis mengikuti wangi parfum Miss Lisa.

Suaranya ketika menjelaskan terdengar seperti lantunan musik yang merdu, gerakan jemari indahnya yang lincah menandai poin penting di buku Haruto, kukunya dicat warna-warni membuat Haruto tidak lagi fokus pada buku melainkan ke jari-jari itu.

"Haruto."

"Ya?"

Keduanya bertatapan membuat Haruto mengerjap. Berpikir apakah Miss Lisa sudah menegurnya sejak tadi dan dia baru menyadarinya sekarang karena teralihkan oleh keindahan gadis itu?

Miss Lisa tersenyum kemudian. "Coba kamu bikin contoh sederhana dari pola kalimat ini."

Haruto merasakan dirinya bodoh ketika refleks mengangguk-angguk kencang menyanggupi permintaan Miss Lisa.

Dia mengamati pola dan membacakan langsung kalimat buatannya sesuai contoh.

Lisa mengangguk membenarkan. "Lihat, kamu bisa kan? Ini contohnya sama dengan soal UTS kamu. Dan sekarang kamu udah bisa."

Haruto yakin wajahnya merona setelah dipuji begini oleh Miss Lisa. Padahal di sekolah, dia sering dipuji oleh guru-guru dan teman-temannya, tapi tidak ada yang berbekas dan memberi efek sebesar ini selain Miss Lisa.

"Aku akan berusaha supaya nilai bahasa Inggris kamu setelah ini akan jadi yang terbaik di kelas."

Tangan Haruto bergerak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu.

"Kalau aku berhasil dapat apa, Miss?"

Sebelah kening Lisa terangkat. Bingung memikirkan maksud perkataan siswanya.

Haruto akhirnya berani membalas tatapan itu kemudian.

"Nanti kalau saya sukses jadi yang terbaik, Miss ajakin saya jalan, yah."

Lisa terkejut. Sangat.

Memang bukan kali pertama para siswa les privatnya menaksirnya, tapi yang berani langsung mengajaknya jalan di hari pertama bertemu hanya Haruto.

Dari cerita Mama Haruto dan setelah mengamati profilnya, Lisa tahu Haruto tipe pekerja keras dan anak yang cerdas. Pemuda ini jelas belum pernah pacaran, tapi sudah seberani ini mengajaknya kencan?

"Gimana, Miss?"

Lisa tersadar dari pikirannya. Dia masih menatap Haruto bingung sekaligus tidak percaya.

"Haruto, harusnya kamu fokus dengan sekolah dulu."

"Kan saya bilang kalau berhasil dapat nilai tinggi." entah darimana keberanian dalam diri Haruto muncul, tapi dia tidak peduli.

"Tertinggi." Lisa tiba-tiba merasa khawatir dengan ini.

Haruto mengangguk lagi, menerima tantangan. "Tertinggi."

Lisa terlihat semakin panik. Dia tidak ingin menyetujui ide bocah ini.

"Usia saya 25 tahun, Haruto."

"Apa cuma itu masalahnya?"

Lisa tercengang. Haruto menjebaknya. Sekarang jika Lisa mengatakan 'ya', maka sudah jelas pemuda itu akan tetap mengajaknya jalan. Dan jika mengatakan 'tidak', itu artinya dia hanya menunjukkan ketidak konsistenan dirinya.

Merasa tidak mampu memjawab pertanyaan itu, Lisa hanya bisa menatap Haruto bingung.

"Saya akan berusaha jadi yang terbaik, Miss Lisa."

Dan Lisa tidak pernah merasa sekalah ini dalam hidupnya.

***

Hari minggu, seminggu setelah pengumuman nilai UAS.

Haruto menggandeng tangan Lisa dengan bangga dan sangat bahagia menyusuri Lotte World.

***

Lisa terpaksa harus bangun pagi di akhir pekan di luar kebiasaannya bangung kesiangan karena kelelahan. Tidak hanya itu, dia harus rela menepati janjinya mengajak Haruto jalan karena siswanya itu dengan mudahnya berhasil mendapat nilai terbaik.

Pertama kali dalam hidupnya, Lisa dikalahkan oleh bocah yang lebih muda delapan tahun darinya.

***

Haruto dilawan...

Haruto x Lisa OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang