Kereta Api #2

1K 164 35
                                    

Haruto terbangun dari tidurnya sekitar sejam kemudian. Perkiraannya demikian ketika melirik jam di pergelangannya. Langit mulai gelap dilihat dari jendela kereta api. Haruto berusaha melemaskan ototnya yang kaku selama tertidur. Matanya mengerjap ke sekitar dan sejenak terkejut menemukan kursi di sampingnya kosong.

Lisa mungkin ke toilet, pikirnya. Tasnya masih ada di atas kursi.

Haruto menahan diri dari menguap lebar. Dia masih ngantuk sekali, tapi kereta ini akan berhenti sebentar lagi. Jangan sampai dia tertinggal sendirian di atas sini.

Lisa kemudian muncul beberapa menit kemudian. Mata Haruto langsung tertuju pada jaketnya yang diikat ke pinggang ramping gadis itu.

Haruto melegakan tenggorokan. Mencoba berbasa-basi sedikit mungkin tidak ada salahnya. Haruto bukanlah sosial awkward, setahunya dia hanya sedikit introvert ketika melakukan tes MBTI kemarin.

"Udah mau sampe, yah?"

Lisa menatapnya di samping dan mengangguk pelan. Haruto balas menatapnya.

"Rumah kamu jauh dari stasiun?" tanya Haruto lagi melihat tanda-tanda Lisa tidak akan bicara. Padahal di awal naik kereta gadis ini aktif bukan main, kenapa sekarang Haruto yang harus membangun percakapan.

Lisa mengangguk lagi, dan Haruto bersumpah tidak akan mengajak gadis ini bicara lagi jika dia memutuskan untuk tidak bersuara sedikitpun.

"Kamu?"

Haruto membuang nafas lega. Syukurlah dia bicara. Haruto tidak suka melanggar sumpahnya.

"Gak jauh-jauh amat. Kamu dijemput?"

Dan Haruto mengutuki dirinya karena memberi pertanyaan yes/no. Yakin Lisa pasti hanya akan mengangguk lagi.

Dan benar, gadis itu lagi-lagi menjawab dengan anggukan, Haruto gemas melihat itu dan kesal pada dirinya sendiri.

"Kita keluarnya bareng aja, biar cowok tadi gak stalking kamu lagi. Saya temani sampe jemputan kamu dateng."

Lisa menggeleng dan sumpah Haruto ingin sekali berteriak agar Lisa bicara. Mungkin Lisa merasakan itu, karena dia melanjutkannya dengan penjelasan.

"Jemputanku udah di stasiun, kok."

Entah kenapa, Haruto merasa kecewa mendengar itu.

"Ah, bagus deh." *hati ini yang tidak bagus*

***

Kereta perlahan mendekati stasiun dan kecepatannya semakin melambat. Haruto, Lisa dan penumpang lainnya terlihat sudah bersiap-siap untuk turun.

"Jaket kamu."

Gerakan Lisa terhenti dari melepas jaket Haruto dari pinggangnya ketika tangan cowok itu menahannya.

"Pake aja." ujarnya singkat, membiarkan Lisa jalan duluan dan mengikutinya dari belakang.

Lisa melirik Haruto sekali-sekali di belakang sambil terus memperhatikan langkahnya.

"Nanti aku balikinnya gimana?"

Haruto tersenyum, dia memegang lengan gadis di depannya agar hati-hati dalam melangkah.

"Kamu simpen aja. Saya masih punya banyak."

Haruto memberikan jaket itu semata-mata untuk Lisa pakai. Bukan karena jijik dengan noda liur gadis itu. Serius.

Lisa balas tersenyum. "Makasih."

Haruto terdiam. Sedikit merutuki dirinya yang baru menyadari senyum secantik itu dari Lisa. Haruto juga perlahan mengerti, kenapa pada penumpang laki-laki mengincar Lisa sejak awal. Menyadari hal itu, Haruto sedikit meragukan tingkat ke-normalan dirinya.

Haruto x Lisa OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang