Bagian Satu

2 1 0
                                    

Setelah ujian nasional selesai kini waktu liburan datang. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan tidak terasa sebentar lagi aku menduduki bangku Sekolah Menengah Atas.

Saat ini diriku berada di suatu tempat yang mungkin bisa dikatakan aku menghindari orang-orang masa laluku. Tepatnya di kampung halaman orang tua ku, tempat ini mampu membuat hatiku sedikit melupakan kisahku yang pedih.

Setelah selesai pengumuman kelulusan aku memutuskan untuk pergi ke kampung halaman kedua orang tuaku. Disini selain bisa menenangkan diri, aku juga bisa berusaha melupakan Andri -- mantan pacarku yang sudah keterlaluan meninggalkanku dengan alasan yang tak masuk akal.

Meskipun saat ini aku memiliki hubungan dengan seseorang tetapi rasanya aku tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Aku menganggap dia ada dalam hidupku tetapi dia tidak mampu masuk ke dalam hatiku. Sepertinya hatiku enggan membuka hati padahal pria itu layak mendapatkan hatiku.

"Jalan-jalan yuk Mbak" Ajak seseorang yang mengakhiri lamunan ku.

"Kemana?" Tanya ku.

Dia adalah Alifa -- adik sepupuku, aku tidak sendirian berlibur di kampung halaman tetapi dengan sepupu serta tanteku.

"Kemana aja yuk" Ucapnya lagi yang sudah rapih dengan pakaian santainya dan bersiap untuk jalan-jalan.

Aku pun hanya mengikuti keinginannya yang ingin berjalan-jalan. Udara disini tidak bisa di dapatkan di pusat kota. Ku hirup dalam-dalam udara yang jarang didapatkan ini.

Hari ini aku belum sama sekali membuka ponselku. Karena tidak ada yang penting menurut ku meskipun aku memiliki hubungan dengan lelaki bernama Radit. Sebenarnya dia lelaki baik-baik dan bahkan sangat baik. Tetapi aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Dia hanya sosok laki-laki yang datang dan dia mampu menghibur ku.

Bahkan aku mengaku bahwa diriku terlalu jahat mempelerlakukannya. Sudah ku katakan dia lelaki yang baik, bahkan dia sabar menungguku yang tak ada kabar sekali pun, dia orang yang tak pernah marah dan berkata kasar kepadaku. Rasanya aku memang benar-benar sudah menjadi orang yang jahat sekali.

Pernah suatu ketika ia mengajak ku jalan tetapi aku menolaknya secara halus. Setelah Radit mengungkapkan isi hatinya kepadaku kala itu di suatu tempat dan di waktu acara perpisahan sekolah, kita tak lagi bertemu secara langsung. Hanya mengabari melalui ponsel dan sesekali melakukan panggilan suara.

Tak lama dari itu aku memutuskan meninggalkan tempat yang membuat ku sesak. Aku sesak dan sakit ketika menyayangi seseorang dengan sepenuh hati lalu ditinggalkan begitu saja. Rasanya aku ingin cepat melupakan hal yang menyakitkan itu. Aku pikir setelah menjalin hubungan dengan Radit semua akan baik-baik saja tetapi sama saja. Hati ini belum sembuh sepenuhnya.

"Aku bingung sama semua yang terjadi" Ungkap ku pada Alifa.

"Bingung kenapa?"

"Bingung sama perasaan ini, sebenarnya aku tuh sayang gak sih sama Radit. Tapi kok rasanya biasa aja, semua terasa hambar" Ucap ku dengan helaan nafas panjang di akhir kalimat.

Alifa hanya menyimak dan tak memberi tanggapan sama sekali "Aku mengakui keberadaan Radit sangat menguntungkan untuk ku, dengan adanya dia, aku bisa sedikit melupakan Andri tapi hanya sedikit. Rasa yang Andri kasih ke aku tuh nyata banget sakitnya" Ucap ku dengan suara yang memelan.

"Yaudah Mbak sabar aja, lagian gak ada salah nya memulai hubungan baru sama Radit. Dia baik juga kok, belajar buka hati buat dia"

"Gak bisa, udah di coba tapi tetep sama hasilnya" Balasku.

"Udah gak usah terlalu dipikirin, jalanin aja seperti seharusnya. Kan yang terpenting kebahagiaan kamu Mbak" Balas Alifa dengan seulas senyumnya.

Jika tidak ada Alifa, aku tak tau bagaimana diri ini dan selemah apa aku. Dia teman curhat ku selama berada di kampung. Dia yang selalu membantu menenangkan pikiranku. Aku bersyukur di waktu yang menurutku sedang di fase tidak baik-baik saja ada orang yang tepat di sampingku.

🍁🍁🍁

Malam tiba saat waktunya untuk kembali istirahat, memberi waktu untuk pikiran dan hati beristirahat sejenak. Waktu belum menunjukan larutnya malam tetapi aku sudah terbiasa tidur lebih awal. Karena memang suasana di kampung tidak seramai suasana di kota.

Hari ini aku sama sekali tak membuka ponselku. Selain tak ada sinyal aku juga malas untuk membukanya. Sinyal di kampung ku lumayan buruk tetapi masih bisa jika hanya untuk berkirim pesan melalui aplikasi BBM.

Bahkan mungkin ponselku sudah banyak pesan atau panggilan suara masuk dari Radit. Tetapi aku enggan untuk membuka ponselku, jangankan membuka memegang saja rasanya tidak ingin. Saat ini aku benar-benar nyaman dengan keadaan ini. Aku memejamkan mataku dan melupakan sejenak tentang Radit.

Bahkan dua hari lalu Radit menelponku malam hari. Waktu belum menunjukan larut malam saat itu. Tetapi aku memberikan ponselku kepada tanteku, aku meminta tolong kepada tanteku untuk mengatakan ke Radit bahwa aku sudah tidur. Sungguh aku manusia kejam yang tak tahu diri.

Mungkin besok ketika aku ingin membuka ponsel maka akan ku beri alasan terbaik agar dia mau memahamiku untuk kesekian kalinya. Entah alasan apa lagi yang akan aku berikan kepadanya. Memang sungguh aku manusia yang keterlaluan.

Flashback On

Ketika tengah malam aku masih berkutik dengan ponselku. Baru saja bisa bertukar kabar dengan sang pujaan hati. Rupanya dia baru bisa mengabariku setelah kegiatannya. Itu bukan suatu masalah asalkan dia memberi ku kabar. Hati ini selalu berbunga meskipun hanya berinteraksi malalui ponsel.

Pesan yang selalu aku tunggu selalu membuat jantung ini terasa berdebar. Senyum yang tersungging hanya karena pesan nya masuk.

Tetapi akhir-akhir ini pesan nya sudah tidak seperti biasanya. Dia sedikit berubah, entah apa yang membuatnya berubah. Biasanya ia selalu merespon dengan cepat dan selalu menyempatkan waktu hanya untuk membalas pesanku yang terlalu tidak penting. Tapi semua berubah beberapa hari ini, dia seperti tidak memperdulikan keberadaanku seperti awal dulu.

Apa benar kata-kata itu nyata, kalau lelaki hanya berjuang di awal ketika sudah mendapatkan maka sudah tidak berjuang untuk tetap mempertahankanya dan malah memilih meninggalkan.

Hingga malam itu terjadi, pesan yang membuat seakan dunia ku berhenti sejenak. Pesan yang membuat hatiku sakit bahkan kecewa dengan keputusannya. Dia meninggalkan ku, menyudahi semua hubungan denganku.

Malam yang cukup larut itu menjadi saksi betapa rapuhnya aku. Air mataku sudah tak mampu lagi aku tahan untuk menetes begitu saja. Pesan yang ia sampaikan seketika membuat hatiku hancur.

Hingga akhirnya aku larut dalam kesedihan dan terlelap dalam keadaan air mata yang sudah mengering. Rasanya masih sesak ketika aku bangun dan membuka mata. Semua sudah berubah, dia sudah pergi, dia sudah memilih jalannya dan dia sudah berhasil membuat hatiku patah.

Flashback Off

Sudah ku duga ketika pagi datang dan aku membuka ponselku ternyata sudah banyak sekali pesan masuk dan juga panggilan suara tak terjawab. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Radit -- kekasihku. Nampaknya dia begitu mengkhawatirkan aku, terlihat dari banyak nya pesan yang masuk.

Aku hanya tersenyum tipis seraya membaca Pesan-peasannya. Dia memang berhasil membuat hariku tak begitu sedih tetapi sakit itu masih berasa meskipun hampir dua bulan perjalanan kisahku dengan Andri berakhir.

Setelah membalas pesan dari Radit dengan alasan-alasan yang aku buat-buat tetapi tak semua alasan ku tak benar, disini memang susah sinyal jadi jaringan internet agak lambat. Semoga saja dia mau memaklumi. Hampir satu bulan menjalin hubungan bersama Radit rasanya tak ada yang berubah. Dia tetap lelaki baik yang tak mendapat hak kasih sayang dariku. Bahkan aku terlalu mengabaikan keberadaannya dalam hidupku.


_____Next____

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Kamu DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang