Chapter 1

26 5 2
                                    

***

Namaku Azalea Beneedict, karena namaku itu aku sering disebut aneh oleh orang. Aku tinggal di Asia tapi namaku, wajah, rambut, dan bola mata ku seperti orang Eropa.

Aku menghembuskan nafasku gusar, Lagi-lagi aku mendengar mereka menyebutku reinkarnasi anak kerajaan. Memang nya ada yang salah jika aku benar seperti itu? Ah, tapi tidak! Itu tidak mungkin! Di zaman modern seperti ini mana ada kerajaan seperti yang mereka pikirkan.

Aku juga sempat memikirkan kata-kata mereka, apa benar aku seperti itu?

Aku mengambil sehelai rambut putihku yang menjuntai panjang. Sudah berapa kali kucoba mengubah warna rambut ku ini menjadi hitam seperti pada umumnya. Tetapi itu hanya bertahan sehari, setelah itu warna nya kembali putih. Aku juga tidak tau mengapa hal ini terjadi kepadaku. Aku sempat bertanya kepada orang tua ku tetapi mereka juga tidak tau, karena semua keanehan yang ada pada diriku sudah ada sejak aku lahir. Keanehan ini juga tidak bisa ditelusuri oleh medis. Maka dari itu, aku dan keluarga ku mencoba untuk mengabaikan semua ini dan hidup normal seperti manusia pada umumnya.

"Hey, lihatlah kakak itu! Rambutnya lucu sekali! Putih, seperti rambut nenek-nenek!" ujar seorang anak kecil berambut sebahu di hadapan ku sambil tertawa. Aku hanya mendelik kesal dan mencoba mengabaikan nya.

"Ayo kita pergi, takut nanti kakak tua itu marah!" ujar teman nya. Mereka lalu berlari menjauh darimu sambil tertawa bahagia.

"Dasar anak kecil! Bisa-bisa nya aku disebut seperti nenek-nenek! Memang iya sih...... Tapi kan.... Tidak begitu juga!"
Aku kembali memperhatikan rambutku dan beralih memandang wajahku melalui kaca. Wajah pucat itu, dan rambut putih.... Memang benar terlihat seperti putri kerajaan. Apakah memang benar? Aku menggeleng lagi. Bisa-bisa nya aku memikirkan hal seperti itu lagi.

Selain memikirkan keanehan pada diriku ini, aku juga terpikirkan dengan persaingan ketat di sekolahku, aku harus mengalahkan ratusan siswa berprestasi untuk mendapat predikat lulusan terbaik sekolahku dan mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Setidaknya, hanya itu yang aku inginkan sekarang. Walaupun nantinya aku harus terpisah dengan keluargaku tetapi aku ingin mencoba hidup mandiri dan hidup di negara yang asing bagiku. Hidup di tengah-tengah mereka dan mencoba sesuatu hal..... Apakah mereka juga akan memandang keanehan pada diriku juga? Atau mungkin mereka akan bersikap biasa saja karena disana juga banyak orang berambut putih dan berkulit pucat seperti ku? Jika ada, tetap saja berbeda karena mereka berambut putih itu hanya warna cat bukan asli seperti ku. Dan kulit pucat mereka juga tak mungkin sepucat kulitku.

Ada suatu hal di seberang sana yang membuatku ingin menelusuri nya lebih lanjut. Sebuah kebun dengan rumput liar setinggi tubuhku. Di tengah kebun itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang sudah tua. Kebun itu cukup luas hingga posisiku saat ini tidak bisa melihat dengan jelas seberapa jauh aku harus melangkah menuju gubuk tua itu. Gubuk tua itu sangat kumuh. Tertiup angin sedikit saja pasti akan langsung hancur. Tak tau kenapa, ada suatu hal yang menarik dan membuat kaki ku ingin sekali melangkah kesana. Dengan jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang, aku harus menunggu cukup lama untuk bisa melintas dan menuju sana.

Setelah kurasa jalanan cukup sepi, aku melangkahkan kakiku ke tempat itu. Aku perhatikan lekat-lekat tempat di hadapan ku ini, terlihat cukup menyeramkan dan aneh.... Mungkin? Aku segera menyikap rumput setinggi tubuhku ini sedikit demi sedikit agar aku bisa berjalan dan masuk ke dalamnya.

Diluar dugaan, rumput ini ternyata cukup tinggi dan membuat aku tidak terlihat. Aku berjalan dengan hati-hati, takut saja jika tiba-tiba aku menginjak binatang berbahaya seperti ular, lalu ular itu mengigit ku. Atau mungkin saja ada binatang buas lain yang menantiku di ujung sana setelah aku berhasil menyikap rumput ini. Membayangkan nya saja cukup membuatku bergidik ngeri.

Akhirnya dengan setetes air bening yang membasahi dahulu sejak tadi, aku berhasil berdiri di hadapan gubuk ini. Ternyata aku berjalan cukup jauh dan... Yahhh aku masih berusaha mengatur nafasku yang tidak beraturan ini.

Gubuk ini sangat kecil, mungkin di dalamnya hanya ada ruangan kecil kosong yang berdebu atau semacamnya. Tetapi mungkin aku bisa beristirahat sebentar lalu pergi.

Dengan hati-hati, ku angkat kakiku untuk menaiki gubuk tua itu, suara decitan kayu tua yang ku pijak membuatku semakin takut bila gubuk ini rubuh. Aku mencoba membuka pintu gubuk ini dengan pelan, hanya gelap di dalam. Lalu aku melangkahkan kakiku untuk masuk dan menutup pintu nya kembali.

Tepat saat pintu nya tertutup, sebuah cahaya membuatku terkejut dan menutup mata dan wajahku menggunakan tangan. Setelah aku tersadar bahwa aku mendengar suara gemercik air, aku langsung membuka mataku perlahan dan terkejut dengan tempat berbeda yang ada di hadapan ku saat ini.

Eh, apakah aku salah melihat?

Tempat yang aku pijak saat ini bukanlah gubuk tua berlapis kayu, tetapi jalan beraspal yang disamping nya terdapat pembatas jalan yang terbuat dari besi. Tepat beberapa meter di hadapanku,ada sebuah jembatan besar yang dibatasi juga dengan batas besi yang memanjang dari samping menuju atas jembatan. Disamping pembatas jalan ada sebuah selokan kecil yang lumayan dalam. Lalu disamping nya ada beberapa pohon ubi?

Ah, bukan ubi! Itu seperti pohon ubi tetapi tidak menghasilkan ubi, lalu pohon apa? Entahlah, aku sebut saja itu pohon sejenis ubi. Pohon sejenis ubi itu ukurannya kecil dan jarak dari satu pohon ke pohon lain sangatlah dekat membuat tanah tempat tanaman itu berdiri tidak terlihat. Pohon sejenis ubi itu banyak sekali sampai-sampai tanaman itu memanjang sampai jembatan.

Di samping pohon sejenis ubi ada sebuah sungai yang airnya sangat deras. Air itu yang membuatku terkejut saat pertama kali datang ke tempat aneh ini. Disamping sungai ada sebuah bukit dipenuhi pohon dan rumput liar. Di atas bukit itu terdapat sebuah tempat semacam.... Bangunan pabrik mungkin?

Tepat disamping bangunan pabrik itu terdapat papan nama besar yang bertuliskan "Belvolous" disana terdapat juga beberapa bangunan kecil terbuat dari besi yang bisa aku simpulkan... Gudang?

Tempat ini sangat aneh dan asing? Ah, sepertinya tidak asing, aku seperti nya pernah menginjakkan kaki ku ke tempat ini sebelumnya. Mungkin?

Aku dikelilingi oleh gunung yang menjulang tinggi dan pohon yang ukurannya besar. Sejenak aku berpikir... Kenapa dari tadi tidak ada seorang pun disini? Hanya aku? Benarkah?

Aku memandang sekeliling, dan aku terkejut saat... Gubuk tua itu tidak ada? Lalu bagaimana caranya aku bisa kembali?

"Selamat datang tuan Putri Azalea Beneedict"

Eh?

***

Terimakasih telah membaca cerita Belvolous

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BELVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang