[1] the truth

7 3 0
                                    

"tetangga baru ya, Bu?"

"iya, Ra. nih ibu tadi buat brownis trus kayaknya kebanyakan, tolong anterin ke tetangga baru ya."

"oke siap, pake minyak wangi dulu bentar."

"hadeh dasar anak gadis."

kedua tangan membawa brownis ukuran sedang memanjang yang barusan Ibunya buat. berjalan beberapa langkah dengan santai menikmati matahari sore.

"woi, ngapain?" teriak pria dari dalam rumah yang ada tepat di depannya.

pria itu hanya menunjukkan kepalanya di atas pagar rumah yang tidak terlalu tinggi.

"eh sorry-sorry, ini gue mau nganterin brownis, dari nyokap." kata Tara dengan sedikit berteriak juga.

"gue kira lo lagi shooting drama." kata pria itu sembari membuka pagar.

"kenapa shooting drama?"

"abisnya diem doang sambil nutup mata, lagi ngapain sih—" ucapan pria itu terhenti, lalu menatap Tara dengan satu alis terangkat.

"Tara." kata Tara, seolah mengerti dengan situasi.

"emang lagi ngapain sih, Ra?" kata pria itu sekali lagi.

"lagi nikmatin angin." kata Tara sembari tertawa pelan, ia sebenarnya sedikit malu.

"Jakarta mana ada angin?"

"ada, barusan gue nikmatin kok."

"hahaha oke, ini gue terima ya? makasih banyak, salam buat keluarga lo." Tara langsung menyerahkan kotak berisi brownis tadi kepada pria itu.

"iya sama-sama, gue balik ya."

"hati-hati."

Tara langsung membalikkan badannya dan berjalan sekitar 4 langkah sedang.

"udah nyampe." kata Tara sembari melambaikan tangan kepada pria yang masih diam di depan pagar.

lekukan senyum dari pria itu pun terlihat. Tara tidak tahu apa itu sengaja atau tidak. tetapi ada satu hal yang Tara tahu.

dan dengan tidak sengaja, ia telah jatuh cinta.

ia sedikit menyesali tingkah lakunya yang mungkin saja bisa membuat pria tadi merasa aneh. ini pertemuan pertama mereka, tentu saja Tara ingin membuat kesan pertama yang baik bagi pria itu.

ah, iya, pria itu. Tara belum sempat menanyakan namanya.

paginya, Tara dengan terburu-buru bergegas sarapan lalu memakai sepatunya, lalu berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

langkahnya terhenti saat ia melihat pria kemarin di depan matanya.

"lho, sama?" kata pria itu sambil menunjuk dasinya dengan dasi yang Tara gunakan.

"eh ayok buruan, telat ini." kata Tara lalu bergegas berjalan dan disusul oleh pria tadi.

lagi-lagi dengan secara tidak sengaja ia mengajak pria itu untuk berangkat sekolah bersamanya.

hari Senin, hari yang paling Tara benci. karena bel masuk sekolah berbunyi lebih cepat daripada hari biasanya.

"jadi lo anak baru?"

"iya, jadi lo anak lama?"

"menurut lo?"

dibalas dengan tawaan kecil dari pria itu.

mereka berada dalam mikrolet yang isinya hanya ada mereka dan seorang ibu dengan tas pasarnya.

"kenapa naik mikrolet?"

sa-taraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang