epilogue

3 1 0
                                    

menjadi mahasiswa benar-benar menyusahkan. tapi mau bagaimana lagi, ini adalah hal yang pernah Tara impikan.

hari ini, di tempat makan langganannya depan alfa, Tara sedang berkutat dengan tugas-tugasnya.

tetapi pandangannya teralihkan kepada tembok dihadapannya. matanya langsung tertuju pada post it berwarna merah mudah.

'hari pertama gue makan di sini, bareng Tara, 21/12/20.'

tulisannya masih ada, tetapi penulisnya telah pergi. Aksa benar-benar telah memulai semuanya di sana, Malang, tanpa Tara.

Tara sering mengeluh perihal perasaannya. "pertemuan pertama padahal juga ngga jelas, momennya juga gitu-gitu aja, tapi kenapa gue bisa jatuh sedalam ini?" batinnya.

ia rindu. ia rindu mendengar suara Aksa saat pagi-pagi dihari libur hanya untuk mengajaknya berlari pagi, padahal sebelumnya Tara sudah memperingati untuk tidak mengajaknya lagi, ia hanya terlalu malas.

Tara rindu belajar bersama Aksa, sembari memakan cemilan dan bercanda ria.

Tara rindu membicarakan hal acak dengan Aksa.

Tara rindu makan bersama Aksa di tempat ini. tempat yang sekarang Tara kunjungi. ia pernah sendirian ke sini, tapi mengapa rasanya berbeda setelah Aksa pergi.

Tara juga mendapat kenyataan bahwa Aksa tidak akan pernah benar-benar kembali, ke rumahnya di sini.

nyatanya keluarga Aksa memutuskan untuk sekalian pindah ke Malang, setelah Omanya Aksa yang berada di Depok berpulang. dan Ayahnya Aksa yang sudah mencapai masa pensiunnya.

yang mau tidak mau rumah itu akhirnya memiliki pemilik baru.

Tara memang masih mempunyai kontak Aksa, mungkin Aksa pun begitu. namun keduanya terlalu takut untuk memulai percakapan.

tidak tahu apa yang ditakuti. mungkin takut jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya?

diambilnya post it dengan warna yang sama.

'pada tahun yang berbeda, tanpa Aksa, 21/12/22.'

setelah melihat kalender di ponselnya, ia sedikit terkejut mengetahui fakta bahwa ternyata itu adalah tanggal dan bulan yang sama.

tepat dua tahun.

dua tahun lalu dimana ia makan dan mengobrol ringan dengan Aksa.

dua tahun lalu dimana Tara bilang, "kita sama mulu." tapi nyatanya malah semua perbedaan yang membuat mereka jauh, bukan lagi persamaan yang membuat mereka bersama.

"kita ini jauh, Sa, jauh banget."

dilihatnya cover laptop yang ia gunakan. itu kado dari Aksa di hari ulang tahunnya.

nyatanya Tara berulang tahun saat tepat Aksa berangkat ke Malang.

adapun surat pendek melonkonis, isinya gini,

"happy birthday Attara, semesta benar-benar hanya membuatmu sebagai seseorang yang hanya bisa ku kagumi selama aku di sana.

tapi aku tidak pernah menyesal, Ra, untuk pernah mempunyai perasaan ini. aku senang bisa mengenalmu.

semesta sudah ku minta untuk selalu menjagamu, tapi jaga-jaga kalau saja semesta lengah karena aku banyak meminta, tolong juga jaga dirimu sendiri.

maaf karena pergi tiba-tiba. jika aku ingin egois, aku memilih untuk menetap. tapi seperti yang kamu bilang, 'kita ngga bisa, sekalipun kita egois.'

itu cukup memberi tahuku bahwa kita hanya dua insan yang tidak sengaja dipertemukan, lalu dengan tidak sengaja juga merasakan perasaan yang hanyanya tidak pernah ada.

aku tidak akan mengganti nomor ponselku, jaga-jaga jikalau kamu butuh menghubungiku.

Attara, aku maunya tidak pergi, tapi semesta mengharuskan. maaf karena lagi-lagi aku harus mengikuti maunya semesta.

kamu jaga diri ya, makan dan istirahat yang cukup. bahagia, jangan sakit."

surat yang membuat Tara rasanya ingin berlari kembali ke bandara dan mengambil Aksa untuk dipeluknya.

tetapi setahun cukup membuat Tara terbiasa melakukan semuanya sendirian, lagi.

Aksa bagaikan tokoh tambahan, yang datang dan pergi tanpa ia duga. yang membuat Tara merasa ditemani lalu dengan cepat merasa sendiri lagi, kembali seperti awal ceritanya.

tapi tidak apa. Angkasa, Tara bahagia. terimakasih karena telah meminta semesta untuk menjaganya.

— FIN

seperti yang Tara pernah bilang, "i'll be fine."

sa-taraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang